Ray menganga, bahkan Ald juga ikut-ikut mengangakan mulutnya. Ve lalu tersenyum dan meninggalkan mereka. Ray tersadar dan menatap Ald yang masih bengong.
"Tadi bilangnya belum ada pasangan" Sindir Ray
"Hm Eh it itu. Aku duluan ya" Ucap Ald lalu berlari menyusul Ve. Ald menarik Ve ke sebuah lorong yang sepi.
"Apa yang ka......" Ald menghentikan perkataannya. Ia bingung.
"Aku hanya tidak sengaja mendengar obrolan kalian. Dan aku ingin ikut pesta itu, lagipula kau belum punya pasangankan. Jadi, aku memutuskan untuk menjadi pasanganmu" Jelas Ve lalu pergi melanjutkan perjalanannya ke kelas.
"Ap apa? Bisa-bisanya dia mengambil keputusan secara sepihak" Ucap Ald kesal.
Hari ini Ald semakin sering memperhatikan Ve, bukan karena dia mulai jatuh cinta tapi karna keputusan Ve yang sepihak tadi. Apa yang dipikirkan oleh gadis itu? Apa ia tahu taruhannya dengan Ray ah bukan, Ald tidak akan pernah menyetujui taruhan itu.
"Kuliah terakhir jam berapa?" Tanya Ray. Ald kaget karena ia tadi masih melamun. Ray lalu melihat jam tangannya
"Setengah jam lagi" jawab Ald
"Ke kantin kampus yuk" Ajak Ray. Ald hanya bisa mengangguk. Setelah sampai di kantin, mereka langsung duduk di dekat kaca yang memisahkan kantin itu dengan sebuah taman. Makanan mereka telah datang, dan tanpa basa-basi mereka lalu menyantapnya.
"Kamu sama Ve udah jadian?" Pertanyaan yang meluncur dari mulut Ray itu membuat Ald tersedak.
"Tidak mungkin" jawab Ald seketika.
"Kenapa? Kamu kasihan sama aku?" Tanya Ray, mimik wajahnya kini berubah.
"Bukan, bukan karena itu. Tapi, ada sesuatu yang tidak bisa kuceritakan" Ucap Ald gugup.
"Hm oke kalau itu maumu,.....
"Hei, kita boleh gabung kan?" Potong seseorang. Semuanya sontak menoleh ke sumber suara.
"V Ve" gagap Ray.
"Tentu saja boleh" Ucap Fahri. Ve langsung duduk didepan Ald. Ray semakin gencar mendekati Ve.
"Kenapa kamu mau dateng ke pesta sama dia?" Tanya Ray
"Hmm, entahlah" Ucap Ve seenaknya.
"Mending sama aku aja. Kan lebih cocok" Usul Ray, Ald kini menatapnya tajam.
"Lebih baik aku tidak datang dibanding aku ke pesta itu sama kamu" Ceplos Ve santai. Ray langsung menatap ke arah Ald dan membuat Ald gelagapan.
"Lagipula banyak yang mengantri ingin jadi pasangan kamu di pesta" Ucap Ve
"Ah enggak juga kok" Ucap Ray
"Bukan pujian sih, cuma mengingatkan kalau kamu itu playboy" Ucap Ve.
"Udah enggak kok, beneran. Sekarang cuma mau ngejar 1 orang kok. Orangnya itu kamu" Ucap Ray sambil mengeluarkan jurus penakluknya.
"Sekarang sih satu, tinggal nunggu waktu aja nanti juga ketahuan cabangnya" Ucap Ve, ia tersenyum miring.
"Hahha, ya enggaklah. Aku udah tobat. Aku sekarang sudah sadar di hatiku hanya ada kamu" Ucap Ray. Ve menahan untuk tidak berpura-pura muntah seperti kebiasaannya saat ia mendengar perkataan menggelikan dari para pria.
"Makasih waktunya. Aku duluan ya" Ucap Ve sambil beranjak dari tempatnya
"Sampai jumpa Ald" Ucap Ve sambil mengerlingkan matanya, bukan kerlingan genit atau manja. Tapi kerlingan yang mengisyaratkan ide jahil dari Ve
"Ah habislah" Gumam Ald ia bertambah gusar setelah melihat kerlingan dari Ve. Pertanda buruk.
Kuliah Ald kini telah usai, ia berjalan gusar menuju ke tempat motornya terparkir. Sudah ada seorang gadis yang bersandar pada motornya. Ald melihat sekelilingnya, banyak mahasiswa dan mahasiswi yang melihat kakaknya itu. Tatapan heran dan tak percaya, serta ada juga yang menatap Ald sinis. Kakaknya itu termasuk mahasiswi yang populer, wajahnya yang cantik, tubuh proporsional dan pintar. Apa yang kurang dari dia? Hanya sikapnya yang agak kurang ramah, dulu dia ramah tapi entahlah. Mungkin karena rahasia yang disembunyikan dari Ald. Ald mencoba mengabaikan bisikan-bisikan dan tatapan yang ada. Ia dengan cepat menaiki motornya tanpa berkata-kata. Mereka akhirnya sampai dirumah setelah kebisuan di sepanjang jalan.
"Kak, lebih baik kita menggunakan mobil kakak" Ucap Ald. Friska tampak membeku di anak tangga yang ia pijak. Hingga beberapa saat, ia menghembuskan nafasnya berat
"Baiklah" Ucapnya agak ragu. Ald sudah menunggu kakaknya di ruang tengah, tak berapa lama kakaknya akhirnya keluar dengan pakaian casual, jika kalian berpikir dia akan berpakaian feminim seperti saat ia memakai seragam maid di cafe kalian salah besar. Dia itu tomboi. Dia lebih cocok dibilang maskulin daripada feminim.
"Bisakah kau yang mengendarainya?" Tanya Friska. Ald menaikkan alisnya. Kakaknya tampak gelisah.
"Kakak tahu sendiri jika aku tidak mempunyai SIM untuk mengendarainya" Ucap Ald. Friska menghela nafasnya lagi. Ia terlihat tertekan, mereka berjalan menuju garasi. Friska perlahan membuka penutup mobilnya. Ia lalu membuka kop depan mobilnya dan menampakkan sebuah mobil sport berwarna ungu kehitaman
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Ald penasaran.
"Memeriksanya bodoh, mobil ini sudah lama tidak kupakai. Bagaimana jika ada yang tidak beres, itu sangat beresiko. Apalagi jika berada dijalan raya yang padat kendaraan itu" Jelas Friska.
"Kau tidak seperti biasanya, aku tak pernah melihatmu sekhawatir ini kak" Batin Ald sambil melihat tingkah Friska itu.
"Ok! Semua aman" Ucap Friska dan beranjak ke dalam mobil begitu juga Ald. Friska berkali-kali bergumam menenangkan dirinya sendiri.
"Ok! Sabuk pengaman. Kita siap" Ucap Friska
"Kak, tenanglah. Tidak akan terjadi apa - apa" Ucap Ald melihat kakaknya yang sangat gelisah. Friska mengangguk, ia mulai menghidupkan mobilnya dan perlahan berjalan menuju jalanan. Waktu terus berlalu, kini ia sudah mulai mahir 'lagi' mengendarai mobil sportnya. Mereka akhirnya sampai disebuah pusat perbelanjaan,
"Kak, apa kau masih ingin merahasiakannya?" Tanya Ald saat mereka telah turun dari mobil.
"Kakak belum bisa memberitahunya sekarang. Kamu bisa bertanya pada ayah dan bunda jika kamu mau. Kakak akan bilang pada mereka" Ucap Friska. Ald tak menjawabnya, ia sadar kakaknya belum sanggup menceritakan rahasianya yang mungkin kelam itu.
"Baiklah, akan kutanyakan nanti" Ucap Ald kemudian. Beberapa saat kemudian, mereka akhirnya keluar dari bangunan tersebut. Tanpa menunggu lama mereka memutuskan untuk pulang, karena Friska yang harus bekerja.
"Kau mau kemana besok?" Tanya Friska memecahkan keheningan yang terjadi di dalam mobil.
"Hmm, dirumah seharian mungkin" Jawab Ald
"Aku ingin mengajakmu jalan-jalan sebentar. Jika kau mau" Ucap Friska.
"Kemana?"
"Kau akan mengetahuinya besok. Itupun jika kamu menerima ajakanku" Ucap Friska
"Tapi bukannya kakak harus bekerja?" Tanya Ald.
"Masih ada waktu sebelum aku bekerja. Jika kau tidak mau bicaralah saja" Ucap Friska.
"Eh, bukan begitu. Baiklah aku akan ikut" Ucap Ald kemudian.
"Aku tidak memaksamu, Ok! Dan satu lagi jika kau ingin ikut jangan pernah mengajukan pertanyaan saat kita berangkat maupun pulang" Ucap Friska
"Kau mulai berlagak misterius lagi kak" Ucap Ald. Friska terkekeh.Bersambung
Kritik dan saran diperlukan.#Ivy Fortyne Valerie
KAMU SEDANG MEMBACA
Latent
RomanceProlog Telah lama kau memintal persahabatan dengan Sunyi. Bercerita ini dan itu tiada henti. Kau adukan segalanya, tentang semua yang kau lalui baik manis maupun pahit Kadang-kadang kau tertawa, kadang pula menangis. Namun, Sunyi tetap mengeja sepi...