"Kukira hati ku akan baik baik saja ketika menolaknya, tapi ternyata aku semakin tak karuan! Sial. Hatiku tak tenang, kenapa juga otakku ini terus memutar memori bersama nya, ya Tuhan.." rutuk Ji Eun di dalam hatinya.
"Wae Ji? Kau tampak gelisah eoh?" tanya Jae Min yang sedang duduk sembari memangku Jira.
"Ahng anio eonni, nan gwaenchanna" ucapnya dengan seulas senyum.
"Bagaimana dengan Kyuhyun? Apa keputusan mu jika eonni boleh tahu.."
Seketika ruang bercat broken white itu hening seketika bak rumah kosong yang tak dihuni.
"Aku menolaknya eonni.." Ji Eun melirih.
Didalam hatinya sungguh tak ada penolakan untuk namja yang sampai saat ini masih bersemayam dihatinya. Hanya saja kekecewaan itu membuat nya takut jika disuatu waktu mereka bersama Ji Eun akan kembali terjatuh dilubang yang sama.
"Kau menolaknya? Wae Ji? Apa sakit hati mu mengalahkan cinta mu pada nya?" Jae Min mulai bertanya kembali. Ji Eun merunduk, menitikan air matanya. Ia tak tahu mengapa ia sangat rapuh jika sedang berhadapan dengan Kyuhyun padahal Ji Eun ingin sekali membalas perbuatan namja itu tapi nyali nya seketika menciut merasa takut jika sebaliknya Kyuhyun yang kembali memukulinya, memakinya dan menghina nya seperti dahulu. Ji Eun sudah terlalu muak dengan luka.
"Nde..hiks..aku takut eonni..hiks aku takut..." Ji Eun menutupi wajah nya yang bersimbah dengan air mata. Jae Min tahu luka tak dapat sembuh dengan cepat.
"Ssstt..berdamailah dengan luka dihati mu Ji,"
"Tapi ini terlalu sakit eonni..hiks bagaimana jika aku menerima Kyuhyun? Dan Kyuhyun akan menyakiti Jira seperti ia menyakiti ku? Bagaimana jika Kyuhyun meneriaki Jeno seperti Kyuhyun yang meneriaki ku seperti ia sedang berhadapan dengan binatang? Bagaimana eonni? Hiks.. Mian jika aku egois hiks..percayalah eonni aku hanya tak ingin jika Jira dan juga Jeno merasakan apa yang aku rasakan hiks.. Eonni anak anakku masih terlalu belia jika harus bergelut dengan luka.. Eonni hiks..mengertilah.."
Ji Eun masih tersedu. Yah, intinya Ji Eun takut untuk memulai kembali semuanya. Ji Eun terlalu perduli dengan anak anaknya, maksudnya Ji Eun sangat tak ingin anak anak nya terluka seperti ia, eommanya.
"Eonni tahu kau takut ji, tapi tak ada yang tahu jika Kyuhyun sudah tulus dan berubah, percayalah Tuhan tahu yang terbaik untuk kalian.."
"Setidaknya biarkan hati ku ini beristirahat sejenak eonni, setelah sekian lama hati ku menghajar luka luka sialan itu.."
"Eonni mengerti, jja eonni harus menemui oppa mu dulu, eonni sudah ada janji dengan eunhyuk oppa.."
"Malam malam begini?"
"Nde, tadi eunhyuk oppa bertemu donghae oppa dulu di cafe saat kau dan kyuhyun pergi, dan sekarang giliran ku yang kencan dengan nya setelah kau dan dia hahahaha"
"Aishh eonni, baiklah kalau begitu eonni berhati hatilah, sampaikan salam ku pada oppa.."
"Nde, eonni pergi.." pamit nya sembari meletakkan jira pada gendongan sang eomma.
Ji Eun kembali terdiam, bergelut dengan alam pikirnya. Apa bisa ia berdamai dengan hatinya?
"Kau benar eonni, aku tak boleh egois, jika jira sudah besar nanti pasti ia akan menanyakan dimana appa nya.."
Drrrtt..drrrtt..drrttt
"Wae eonni?"
"___"
"Jinjja? Bagaimana bisa?"
"Hiks.. Tuhan apalagi ini hiks.."
Ji Eun mendudukan dirinya yang lemah, kaki nya tiba tiba seperti jelly yang tak mampu dibuat berdiri. Kaget, khawatir, takut dan cemas. Semua rasa itu beraduk bercampur menjadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance (ON EDITING)
De Todo"Aku tahu mungkin ini adalah ungkapan yang tak tahu diri. Tapi sungguh aku hanya ingin kau! Demi Tuhan aku hanya ingin kau"