Madly - 18

90 4 0
                                    

Sejak dua hari dikabarkan Keanu kritis. Ibu Arum tidak ada hentinya untuk tidak menitikkan air matanya.
Aura dan Aufa setia menemani Ibu Arum untuk menunggu Keanu sadar. Wajah babak belur milik Keanu membuat perih di hati Aura.

Aufa yang harusnya sedang menyelesaikkan tugas akhir kuliahnya, saat ini rela menemani Aura untuk menjaga Keanu.

Mata Aura memanas melihat wajah Keanu yang tak kunjung menampilkan senyum terindahnya.

"Udah seminggu lebih, Ke. Aura ga lihat senyum Keanu." Gumam Aura sambil menggengam tangan Keanu.

"Oh iya, Tante. Om Akbar bilang katanya Regan sudah di bawa ke kantor polisi atas penjelasan yang di berikan oleh Tegar." Tutur Aufa kepada Ibu Arum.

"Oh ya? Kapan saya bisa menemui anak lelaki yanh menghajar anak saya?"

"Mungking besok, Tan. Nanti saya antar."

Aura tidak ada hentinya menatap Keanu, tubuhnya terlalu banyak alat-alat rumah sakit. Penuh perban dan juga luka yang belum kering ada dimana-mana. Sakit rasanya jika harus membayangkan bagaimana ada di posisi Keanu saat ini.

"Aura." Sapa Aufa pelan.

"Ya kak?"

"Makan dulu yuk, kamu dari kemarin sore belum makan, sayang." ujar Aufa , tangannya teulur untuk mengusap rambut adiknya.

"Nanti ya kak, takutnya pas Keanu bangun, aku gak ada disininya." Jawab Aura tanpa melepaskan pandangannya dari Keanu.

"Nanti, tante yang akan telpone kamu kalau Keanu sadar, makan dulu ya, nak." Suara tante Arum membuyarkan obrolan kakak beradik tersebut.

Akhirnya Aura luluh, ditambah lagi ia memang lapar. Tapi ia tidak tega untuk meninggalkan kekasihnya sendirian.

"Keanu, Aura makan dulu ya." ujarnya tepat ditelinga Keanu.

"Aku balik lagi kok."

❌❌

"Coba jelaskan sama saya, jangan buat saya memakai kekerasan untuk kami buka mulut." Bentak Pak Akbar, kepala polisi yang menangkan Regan di gudang beras sore kemarin.

Jawaban Regan masih sama.
Sebuah smirk. Dia masih bungkam.

"Tegar!" teriak pak Akbar.

"Jika teman kamu tidak juga buka mulut, saya akan menggunakan cara apapun untuk membuat dia berbicara."

"Lo tinggal ngomong kalau lo ngejebak Keanu apa susahnya sih, Re. Ya Tuhan." Teriak Tegar frustasi.

Rasa kasian Tegar telah menghilang dengan sendirinya. Rasa sayang yang besar, sampai-sampai lelaki ini menjadi gay karena perhatian Regan yang mendalam. Lalu sekarang? Dia menjadi orang yang siap menerkam Regan kapan pun ia mau. Bahkan ia sudah berhasil membuat Regan menjadi sasaran empuk polisi.

"Ya, Keanu memang pantas untuk mati. Apa saya harus menjelaskan juga mengapa saya ingin membunuh Keanu?" Regan menatap wajah Pak Akbar dengan senyum ala iblis nya yang masih bertengger manis.

"Jelaskan! Jelaskan semuanya!" Jawab Pak Akbar tak kalah kuat.

"Keanu itu orang yang menghancurkan hidup saya. Dari Ayah saya yang menjadi seorang pembunuh gara-gara ibu saya yang berselingkuh dengan Ayah dia. Kedua perempuan yang paling saya sayangi, Aura Bellandita, dia cinta pertama saya, dan Keanu bisa dengan mudah merebut hatinya. Mengapa saya yang selalu di dekatnya tidak pernah ia lihat sedikit saja? Saya tidak bisa seperti ini terus. Saya harus bertindak untuk membuat kebahagiaan saya sendiri."

"Jadi menurut kamu dengan membunuh Keanu kamu akan bahagia? Yang ada kamu akan mendekam disini selama hidup kamu, Nak." jawab Pak Akbar, kumis tebalnya sedikit turun, tatapan matanya juga meredup, dia mulai mengasihani tahanannya.

"Silahkan, saya lebih baik hidup disini." ucapan Regan membuat beberapa Polisi yang berjaga menjadi kaget. Biasanya semua orang akan memberontak jika ia akan ditahan seumur hidup.

"Baiklah, untuk beberapa hari kedepan kamu akan saya tahan disini. Supaya saya bisa memantau kamu." Pak Akbar berdiri seraya mengajak Regan untul berdiri juga dan dibawanya ke tempat tahanan.

❌❌

Pagi hari disekolah cukup riuh. Gosip beredar dengan cepat. Tentang ketemunya Keanu dengan luka dimana-mana. Serta Regan yang ditahan oleh polisi dan juga tentang Aura yang sok cantik di rebutkan oleh dua laki-laki.

Gosip yang paling menjadi tranding topic pagi hari ini adalah REGAN GERALDI SEORANG PSIKOPAT DISEKITAR KITA.

"Bahkan guru-guru juga kaget, cowok sekalem dia bisa jadi tersangka gini." Ujar salah satu siswa di depan papan pengumuman.

"Salah sendiri sih itu Aura nggak mau milih si Regan aja."

"Kasian juga ya, Aura."

Dan masih banyak lagi komentar-komentar dari siswa siswi  tukang gosip di sekolah mereka.

"Jadi gimana?" Tanya Deno kepada Galih yang berada di sebelahnya.

"Kerumah sakit sekarang!" Ajak Galih sambil menarik lengan Deno.

"Yakin?"

"Cepetan, Deno!" Galih masih menarik lengan Deno dengan kasar.

Butuh waktu beberapa menit untuk mereka sampai di halaman parkir rumah sakit tempat Regan di rawat.

Galih membanting pintu mobilnya. Deno berlari mengejar Galih yang sudah berlalu jauh di depannya. Sudah satu jam yang lalu sejak Deno mendapatkan sebuah pesan singkat yang dikirimkam oleh Alata bahwa keadaan kritis yang di alami oleh Keanu telah terlewati.

"Gue hari ini gak sekolah! Dapet telpone dari kak Aufa kalau Keanu udah sadar. Kalau kalian mau kesini , kalian lihat situasi sekolah dulu. Jangan asal cabut."

Brak

Pintu ruangan Keanu terbuka dengan paksa. Menampilkan sosok Keanu yang sedang tersenyum ke arah mereka dan Aura yang masih terisak didalam pelukan Ibu Arum.

"Gue kira lo nggak bakalan bangun lagi, bro." celetuk Galih.

"Gue bakalan bangun, buat kalian yang ada disini semua dan princess gue yang satu ini."

Keanu mengusap kepala Aura yang ia rindukan beberapa hari ini. Hatinya menghangat mengingat Aura masih miliknya bukan milik Regan.

"Aku sayang sama kamu, Ke. Janji jangan kayak gini lagi aku gamau."

"Janji."

Sebuah ciuman dalam diberikan oleh Keanu kepada Aura.






-END

MadlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang