Part 2

110 15 0
                                    

"Lo bandit yang suka jual organ dalem ya?!" tuding Fanya mengambil satu langkah mundur. Dirinya terlalu syok mendengarnya dari orang yang baru saja ditemuinya beberapa saat lalu.

Reyno tertawa. "Emangnya wajah aku sejelek itu?"

"Sok halus banget lo pake aku kamu!"

"Kenapa? Lo baper ya?" Reyno meringis mendengarnya.

"Dasar orang gila lo! Dasar stress! Idiot!" Fanya melangkah pergi dari ruang UKS. Meninggalkan Reyno yang tersenyum bodoh menatap punggungnya yang perlahan semakin menghilang.

***

"Lo sebenernya ngerti kan, pelajaran fisika" Tasha menunjukkan senyuman penuh artinya pada Fauzan yang masih memasang tampang datar. "Lo cuma cari kesempatan biar bisa ketemu gue kan?" lanjutnya menaik turunkan alisnya, menggoda.

Fauzan mengangkat sebelah alisnya, pura pura tak mengerti. "Enggak kok" jawabnya pendek. "Yaudah aku ganti baju dulu. Gerah soalnya" lanjutnya lantas berdiri sembari mengipasi tubuhnya.

Tasha terbahak. Fauzan tampak lucu sekali saat sedang malu malu. Tampangnya memang masih sama datarnya, tetapi wajahnya mulai memerah seperti pantat bayi. Sebelum benar benar menghilang, Tasha menyusulnya. Tampaknya masih belum puas juga menggoda Fauzan.

"Cie yang wajahnya merah cie" pekiknya. "Cie yang masih malu malu"

Fauzan berdehem berkali kali. Menghindari tatapan Tasha dengan wajah malu malu membuat Tasha semakin terbahak melihatnya. Tasha berbalik. Saat itu pula Hanif telah berada dihadapannya.

"Ya?"

"Ada yang mau gue bicarain"

Tasha mengangguk mengiyakan. Dia mengikuti langkah Hanif tepat dibelakangnya. Keduanya berjalan menuju taman sekolah. Hanif memandang sekitar, memastikan keadaan aman. Keduanya terdiam selama beberapa saat. Sampai akhirnya Hanif membuka suara,

"Lo pasti tau kalo gue suka sama Siva" Hanif menghela napas. Dia menatap Tasha melanjutkan, "Kira kira kapan sahabat lo bisa peka?" tanyanya putus asa.

"Udah sejauh ini," Tasha menjeda. "Sayang kalo nyerah sekarang"

"Jadi gue harus gimana?"

"Bikin dia sadar kalo lo suka sama dia"

"Dengan cara apa lagi? Gue udah kehabisan cara buat luluhin dia. Dia cewek terunik yang pernah gue temuin. Walaupun begonya minta ampun, gue... sayang sama dia" Hanif tersenyum samar. Bayangan Siva seperti mengelilingi pikirannya.

"Lo tau dia cewek antimainstream" Tasha tersenyum penuh arti. "Jadi, lo juga harus pake cara yang antimainstream buat bikin dia sadar"

***

Bel pulang sekolah berdering. Siswa segera mengerumuni pintu gerbang. Begitu pula dengan Tasha. Dia tidak menyadari bahwa sedaritadi Reyno mengikutinya. Reyno tanpa basa basi menghalangi langkah Tasha.

"Masukin nomer Fanya" Reyno menyerahkan ponselnya tanpa banyak berkata-kata.

"Dasar orang sinting!" Tasha berusaha menghindar tetapi Reyno masih menghalanginya. Tidak punya pilihan lain Tasha akhirnya berteriak , "TOLOOONGGG... ADA PENJAHAT KELAMIN.. TOLONG‼!" teriaknya diikuti oleh segerombolan orang yang langsung mengerumuni Reyno.

Melihat kesempatan itu, Tasha langsung berlari menyelamatkan diri. Salahkan mulutnya yang tidak pernah ada filternya. Dia kan hanya berusa menyelamatkan diri.

Reyno mengumpat. Dia berteriak sekeras-kerasnya hingga membuat warga refleks berhenti. "Ini Cuma salah paham" ujarnya sambil sesekali meringis "dia adik saya. Dia marah karna saya lupa hari ulang tahunnya" Reyno menjelaskan kronologis kejadian yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

***

Tasha mengatur nafasnya. Sementara kedua sahabatnya menatapnya bingung. Tanpa menghiraukan pandangan bertanya keduanya, dia berkata, "Tau gak? Tadi gue ketemu orang sinting" ujarnya dengan ekspresi berlebihan. Tasha menatap Fanya, dia melanjutkan,

"Fan, gue tau banget lo stress karna gak cepetan dapet jodoh sekeren dan secakep bang Ojan. Tapi lo jangan godain orang sinting dong! Sejelek-jeleknya elo, dan sebutek-buteknya elo, gue mana rela sahabat gue ditaksir orang sinting?"

"Sembarangan banget sih itu mulut!" Fanya memekik mendengar ocehan sahabatnya yang semakin lama semakin absurd. Kalau tidak dihentikan sekarang, Tasha pasti akan semakin konslet. "Denger ya Ta.. sejelek-jeleknya dan sebutek-buteknya gue.. gue juga mana mau kali sama orang sinting!"

"Alah.. bukannya tipe tipe lo yang model begitu?"

"Kalian bicarain apa sih" Siva memotong. Cewek yang satu itu mengerutkan keningnya dalam dalam mendengar keduanya beradu debat. "Eh, masa tadi gue dihadang cogan dimintain nomer"

"Hah? Nomer siapa yang lo kasih, bego??!" Tasha langsung memekik. Pulang sekolah tadi, ketiganya memang pulang secara terpisah. Dan kalau Siva yang gobloknya gak ketulungan ini bertemu dengan si penjahat kelamin, bisa mampus si Fanya gara gara diteror itu si penjahat kelamin.

"Nomer Fanya lah" Siva menjawab bingung. "Kan yang dia minta nomernya Fanya. Emangnya kenapa?"

"Kenapa lo kasih bego?" Tasha mengusap wajahnya frustasi. Melihat wajah kebingungan Fanya, Tasha segera mengimbuhkan, "Itu pasti orang sinting yang gue ceritain, Fan! Si PK"

"Hah? PK apaan?" Siva bertanya.

"PENJAHAT KELAMIN, NJIRR"

"Wah keterlaluan lo Siv" Fanya refleks memijit keningnya tak percaya. "Kenapa lo kasih nomer gue sama orang sinting itu? Lo mau gue diteror?"

"Ya kan gue gak tau" jawab Siva polos. "Soalnya wajah dia ganteng. Jadi, gue mana nyangka dia ternyata PK?"

"Alah... wajah begitu mah gak ganteng kali siv" Tasha memotong. "Gantengan juga si Ojan" Tasha menjawab tak terima, calon pacarnya tersingkir begitu saja gara gara si PK yang baru ditemui Siva beberapa saat lalu setelah dirinya.

"Gantengan dia lah" Siva membantah. "Ojan ganteng. Percuma kalo wajah dia kekurangan ekspresi. Cowok tadi itu tinggi. Kulitnya putih gituuu"

"Mendadak pinter banget lo kalo masalah cowok!" Fanya memutar bola matanya malas. "Putihan itu Cowok apa Stevan William?"

Siva sudah membuka mulutnya, tetapi Tasha segera memotong, "Stevan William putih... Kalo si PK mah keputihan. Dia ama Stevan William kalo disandingin pake bluetooth pasti langsung keliatan mana yang orang dan mana yang cuma panu"

Fanya ngakak. Dia menjitak kepala Tasha tanpa perikemanusiaan. "Apa hubungannya keputihan sama bluetooth, njirr? Itu mulut lo kasih rem, gak bisa apa ya"

"Nunggu mulut gue pake rem mah sama aja nunggu lo dapet pacar kali" sahut Tasha ngakak. "Btw, kapan mau ngelepas status jomblo? Jadi single kek gue lah minimal"

"WUANJIRRR"

***

Tbc 

Problem of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang