"Yaudah. Kalo gitu gue pulang dulu. Udah sore juga soalnya" Fanya berdiri dari tempat duduknya, melanjutkan. "Nanti malem kumpul lagi kan? Giliran dirumah siapa kali ini?"
"Rumah Siva" Tasha menjawab. Sementara Siva mengangguk mengiyakan sambil berseru,
"Oke"
***
Tasha yang sedang menuju rumahnya tiba-tiba terhenti karena melihat sosok lelaki yang sedang berdiri di depan rumahnya. Dia menyipitkan matanya. Dan dia memutuskan untuk mendekat padanya. Sepertinya dia mengenali lelaki tersebut.
Fauzan Setiawan. Lelaki itu menyadari bahwa Tasha berjalan ke arahnya. "Fauzan" bisiknya.
Menyadarinya, Fauzan ikut melangkah mendekat. "Ta,"
"iya?"
Fauzan berdehem. Dia terlihat sangat gugup, dan itu membuat Tasha mengira ngira apa yang akan dikatakan oleh laki-laki dihadapannya ini. Fauzan menghela napas panjang. Dia berkata dalam satu tarikan napas, "Nonton bareng?" Tanyanya tidak seperti bertanya. Dia menyodorkan 1 tiket yang sudah digenggam nya sedaritadi.
Tasha tercengang mendengarnya. Dia menatap Fauzan tidak percaya. "Hah?, Lo ngajak gue nonton? Gak salah? Lo gak lagi kesurupan kan?"
Fauzan meringis mendengarnya. Dia tau dirinya pertama kalinya mengajak Tasha pergi menonton dan itu mungkin membuat Tasha sedikiit bingung karena ajakannya yang terlalu tiba-tiba.
"Jadi?"
"O-oke, lo gak mau masuk dulu?"
"enggk-gak usah gue kesini Cuma mau ngomong itu doang kok" Fazan membuka pintu mobil sambil melanjutkan, "Kalau gitu gue pulang dulu" ujurnya sambil menyempatkan diri untuk mengelus rambut Tasha. Dia pernah membaca di salah satu web bahwa wanita suka jika kepalanya di elus.
***
Fanya berjalan menuju rumah Siva. Saat di perjalanan, dia disilaukan oleh lampu motor. Secara refleks punggung tangannya menutupi matanya. Kalau dari sinarnya motor itu bergoyang-goyang. Dan itu semua terbuti ketika suara klakson bercampur suara debuman yang keras seperti sesuatu yang membentur tanah.
Braaakkk....
Fanya memekik, "Ya ampun lo gak papa?" tanyanya mendekati orang yang baru saja terjatuh. "Bakk? Mass? Lo mbak atau mass?"
"Reyno" Jawabnya setelah membuka kaca helmnya. Dia tersenyum saat melihat Fanya. Bergumam, "Gue pasti udah ada di surga"
Fanya mengerutkan keningnya. Dia sepertinya pernah bertemu orang ini. Orang itu sepertinya masih dalam keadaan tidak sadar karena dia malah kembali berkata. "kok ada bidadari disini? Lo cantik deh"
Hanya satu orang yang pernah berkata seperti ini padanya. Dan itu langsung membuat Fanya mengenali orang ini. "Lo...!" dia membelalakkan matanya. "Lo bukannya si bandit penjual organ dalam itu??"
"Oo jadi ini bukan mimpi ya? Lo beneran ada di sini sama gue?"
"Udah ah buang-buang waktu gue disini" Fanya ingin meninggalkan Reyno sendirian saja beserta luka-lukanya. Namun pada akhirnya dia memutuskan untuk membawa Reyno ke rumah Siva. "Yaudah lah daripada lo disini ntar dibawa perampok mending gue bawa aja sepeda motornya "
"Kok lo jahat banget. Bantuin gue sini!" suruhnya sambil mengulurkan tangan.
Fanya menghela nafas. Pada akhirnya dia menyerah. Dan memutuskan untuk membantu Reyno berdiri saja. "Awas kalau habis ini lo masih mau jual organ dalem gue"
"Otak lu sebenernya dimana sih masak iya anak SMP jualan organ dalem. Organ dalem temennya lagi." Ujarnya sambil terpincang-pincang dan juga menuntun motornya.
"Baru aja lo bilang gue cantik sekarang nanya otak gue ada dimana, otak lu tuh yang ada dimana!!" Fanya mencibir membuat Reyno cengingisan. "Lo berhenti disini dulu ya. ini rumah temen gue,biar gue bisa ngobatin lo disini."
"O-okeyy"
Pada saat itu Tasha sudah berada di rumah Siva. Dia memutar bola matanya sambil mencibir "Kali ini siapa lagi yang lo bawa? Orang kecelakaan dimana lagi?" Fanya bergeser. Tasha kaget dia langsung membulatkan matanya dan berkata "Lo kan si PK itu!!" seraya menunjuk Reyno yang penuh lebam di kaki,tangan dan dahinya. "Lo mirip korban bencana alam "
"Kotak P3K lo sudah tau ada dimana kan?" Ucap Siva.
"Okey. Gue ambil sendiri di dalem yah.. nyokap lo ada di dalem kan?" tanya Fanya sembari melangkah masuk ke dalam rumah. "Jagain dia dulu bentar.. begitu begitu dia licik" pamitnya melirik Reyno yang mengulum senyum.
"Assalamualaikum"
Ketiganya menoleh ke arah yang sama. Disana Hanif berdiri sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Siva tersenyum tipis melihatnya. Dia berkata, "Eh, Hanif! Masuk sini, duduk dulu"
Hanif mengangguk sekilas sebelum melangkah masuk. "Gue kesini cuma mau ngasih tau. Kalau nama lo ada di daftar murid yang dipilih untuk study tour" ujarnya memberitahu.
"Study Tour?" Fanya yang baru saja keluar langsung melontarkan pertanyaan. Sambil melangkah mendekati Reyno, dia berkata, "Nama gue gimana? Ada gak?"
"Nama lengkap lo siapa?"
"Fanya Anggraini" jawab Fanya.
Reyno langsung memotong, "Kalau nama gue? Reyno Pratama. Tolong di cek" tanyanya langsung melirik Fanya.
"Kak Reyno ya?" Hanif membulatkan matanya. "Maaf kak. Ini cuma buat anak kelas 8, kelas 9 fokus buat UN" Reyno melengos, wajahnya langsung kembali bersinar saat Hanif melanjutkan, "Nama Fanya gak ada"
"Eh, gue dapet email nih. Ini... buat lusa kan?" Tasha terdiam. Dia tiba-tiba teringat akan janjinya pada Fauzan. "Kencan gue sama bang Ojan....Kencan yang pertama kali....Batal" lirihnya.
Semuanya terbahak mendengarnya. Ini kencan pertama mereka, tapi harus batal hanya karna study tour. Sepertinya nasib tidak berpihak pada mereka. Tasha mendesah. Dia mengetikkan pesan pada Fauzan.
Natasha Auryta : "Bang Ojan, nontonnya batal. Saori"
Fauzan Setiawan : "??"
Natasha Auryta : "Ada study tour. Tata harus ikut"
Fauzan Setiawan : "OK"
Natasha Auryta : "Nontonnya kapan kapan aja. Tata yang beli tiketnya"
Fauzan Setiawan : "(y)"
Fanya dan Siva yang sedari tadi mengintip chat keduanya, sontak berteriak, "ANJING!! BAHASA ISARAT!!"
+TBC