Fauzan baru saja beristirahat saat latian karate, ketika pesan dari Tasha masuk kedalam ponselnya. Sambil membuka pesannya Fauzan meneguk minumannya.
Natasha Auryta : "Bang Ojan, nontonnya batal. Saori"
Sebaris pesan yang diterimanya itu membuat dirinya syok. Kebetulan dia itu adalah tipe laki-laki yang gengsi. Jadi dia memilih untuk menjawab,
Fauzan Setiawan : "??"
Natasha Auryta : "Ada study tour. Tata harus ikut"
Dia bergumam, "Cuma karena study tour doang dia ngebatalin date kita yang pertama? Padahal gue udah beraniin diri buat ngajak dia nonton."
Fauzan Setiawan : "OK"
Natasha Auryta : "Nontonnya kapan kapan aja. Tata yang beli tiketnya"
"Gue gak butuh tiket, gue cuma butuh lo" desahnya lalu melanjutkan karatenya yang tertunda. Sebelum melanjutkan latihannya, dia menyempatkan untuk membalas pesan untuk Tasha.
Fauzan Setiawan : "(y)"
Mungkin lain kali saja..
***
"Lo masih betah ya sama Fauzan? Padahal dia udah bersikap dingin gitu sama lo" Hanif menatap lurus ke arah Siva. Tasha menoleh kearah Hanif karena dia merasa bahwa ucapannya itu mengarah padanya.
Tasha tersenyum, lalu dia menjawab, "Dulu, Gue juga pernah ngerasa kayak lo nif." Tasha menjeda. "Tapi akhirnya gue sadar kalau sejauh ini hubungan gue sayang kalau diakhiri gitu aja. Jadi, gue bertahan walaupun tanpa status."
"Setidaknya hubungan kalian ada peningkatan" Hanif melirik Siva yang sibuk berdebat dengan Reyno. Dia melanjutkan, "Kayak sekarang contohnya. Apa gue berhak buat marah sama dia kalau dia bercanda sama orang lain?"
"Lo pikir gue berhak buat marahin ojan pas dia bercanda sama cewek lain? Gue sebenernya gak suka kalau cewek-cewek itu minta tumpangan sama bang ojan gue. Tapi gue sadar posisi gue."
***
Setelah Fanya mengobati luka-luka yang ada di tubuh Reyno, Fanya pun meletakkan kotak P3K.
"Jadi, lo itu pangeran yang ketemu gue pas pulang sekolah?" Siva mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia menatap Reyno penuh harap.
Reyno mendelik. "Ah enggak kok" jawabnya menggaruk tengkuknya dengan kikuk. "Kita belum pernah ketemu, oke?"
Fanya terkekeh mndengar perdebatan keduanya. Mereka bertiga sudah sama sama tahu kalau Siva ini tidak akan pernah salah mengenali lelaki tampan. "Lo mungkin pernah deketin Siva kali" sindirnya disambut gelengan tegas dari Reyno.
"Gue gak pernah deketin dia" bantahnya meyakinkan.
Siva mengerutkan keningnya bingung. Dia secara refleks berucap, "Kita emang gak pernah deket kok Fan" ujarnya kemudian melanjutkan, "Tapi dia pernah nyegat gue buat minta nom—mmm—mm" saat itu pula ucapannya terpotong.Reyno dengan cepat membekapnya, sebelum Siva benar benar akan menghancurkan rencananya yang telah dia susun secara matang.
"Nom apa?" Fanya bertanya heran.
"Bunyi apaan tuh?" Reyno memotong. "Oh, lo lagi sakit perut ya? Mending lo eek dulu biar gak kembung" sarannya dengan senyuman terpaksa.
Siva menggeleng, tapi Reyno kembali menyela, "Aduhh ini baunya udah kemana-mana. Mending sekarang lo ke wc, biar gak mencret disini"
"Iya Siv. Mending lo ke kamar mandi dulu" Fanya ikut ikutan. Dia menyangka Reyno benar benar serius dengan ucapannya.
"Tapi Fan! Gue gak mo eek"
"Mending lu coba cek dulu di wc" Reyno kembali menyarankan dengan wajah serius. "Udah cepettan sana" suruhnya membalikkan badan Siva dengan paksa.
Dan bodohnya...
Siva malah dengan pasrah masuk ke dalam rumah.
"By the way, tadi itu.... nom apa Rey?"
ANJING!! JADI DIA GAK LUPA??
TBC