Chapter 2

375 37 17
                                    


Writer P.O.V

Akhirnya setelah 5 jam menunggu penerbangan dinyatakan dapat berlanjut, meski sedikit lebih lama dari yang diperkirakan tetap saja ini membuat Alara lega akhirnya dalam hitungan jam dia bisa sampai di kampung halamannya.

Setelah semua beres Alara memasuki pesawat dan mencari tempat duduknya di Bisnis class, jika bukan karna Ayahnya yang membooking tiket pesawat pasti Alara sudah berada di kelas ekonomi tapi Alara tidak mau menolak apa yang telah disiapkan ayahnya dan membuat hati laki-laki yang disayangnya itu kecewa sehingga dia menuruti kemauan Ayahnya tanpa protes.

Setelah dibantu oleh seorang pramugari akhirnya Alara mendapatkan tempat duduknya dan mengeluarkan sebuah novel untuk dibaca kali ini dia membaca "The Fault In Our Stars" karangan John Green, penulis favoritnya, ini sudah entah yang keberapa kali dia membaca buku ini tapi tetap saja dia merindukan karakter-karakternya.

Baru saja Alara ingin membalik halaman novelnya seseorang menghempaskan diri ke bangku sebelah Alara, Alara mengintip dari balik novel ternyata seorang laki-laki memakai kacamata hitam dan hoodie, tubuhnya lumayan berotot tapi bukan otot-otot athlete yang mengerikan hanya otot-otot penanda dia seseorang yang menjaga kesehatan dan otot tersebut sangat pas untuk pria tersebut tak lama pria itu membuka kacamatanya yang langsung saja membuat jantung Alara ingin copot entah untuk yang keberapa kalinya hari ini.

"Kau lagi?" lagi-lagi laki-laki itu yang mencerca Alara duluan.

Alara hanya diam tidak menggubris.

"Excuse me, is there an empty seat that I can exchange with mine?" Alara malah memanggil seorang pramugari untuk mencarikannya bangku kosong agar dia bisa bertukar bangku.

"Hey! Apa kau pikir aku ini memang hantu, jutaan orang diluar sana ingin berada disampingku!" protes Marc, yang dibalas anggukan meremehkan oleh Alara

"Kau kira kau ini siapa?" tanya Marc lagi tak percaya apa jangan-jangan wanita ini tak suka laki-laki, setidaknya meskipun dia tidak pernah melihat motoGP setidaknya jika dia memang normal dia pasti bakal salah tingkah melihat pria seperti ku. Batin marc.

"Marc ada apa? Apa kau baik-baik saja?" dari belakang Emillio mendengar keributan suara marc

"Adakah yang mau berganti bangku denganku?" tanya Marc semua teamnya hanya melengos tak memberi jawaban, mereka terlalu lelah untuk bertukar-tukar tempat lagi, Marc hanya bisa geram sedang wanita disebelahnya menganggapnya seperti sampah.

Alara nampak sumringah ketika pramugari yang disuruhnya untuk mencarikan bangku kosong kembali menuju bangkunya

"Maaf sekali nona, tapi semua bangku full, karna delay tadi banyak penerbangan yang dialihkan sehingga banyak yang berganti pesawat" dengan sopan pramugari itu meminta maaf yang hanya bisa dibalas anggukan pasrah oleh Alara dan pramugari tersebut pun pamit.

"Ini akan jadi penerbangan paling membosankan dihidupku." Gumam Marc yang terlalu keras sehingga Alara dapat mendengarnya dengan jelas.

"Excuse me Mr. siapa namamu? mike marc matt or whatever sekali saja bisakah aku minta tolong kepadamu untuk menutup mulutmu setidaknya sampai aku tiba di tujuan ku?" Alara mencoba bersabar

"Kau pikir aku mau mengobrol denganmu?" tanya Marc balik, Alara hanya melengos sambil mengambil earphonenya dan kembali membaca novel tanpa menghiraukan Marc.

Alara dan marc hanya menghabiskan waktu penerbangan mereka dengan tertidur dan saling menghindar satu sama lain, biasanya Alara jarang tertidur dia lebih senang membaca tapi kasus kali ini berbeda yang membuatnya harus memilih tidur dibandingkan berdebat dengan pria yang dianggapnya orang gila, begitu juga Marc, biasanya dia lebih suka bermain game atau meneliti hasil balapannya tapi saat ini rasanya energi yang dia punya terkuras habis oleh gadis di sampingnya itu.

The Slipstream ( Marc Marquez Fan Fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang