Aku mau jadi orang yang selalu meluk Karen waktu om pergi ke luar negri.
✈✈✈
Nath memasuki rumahnya dari pintu belakang yang langsung berhubung dengan dapur. Nath melepas sepatunya. Tangannya menenteng handphone dan tasnya tergemblok dibahu kanannya.
Nath mengernyit saat didapati rumahnya sepi. Bahkan anjing-anjingnya yang biasanya berkeliaran pun tidak ada.
Nath dengan cuek menaiki tangga menuju kamarnya. Ia mengerutkan kedua alisnya saat dilihatnya pintu kamar Karen terbuka lebar. Tidak biasanya Karen membuka pintu kamarnya selebar ini. Nath yang penasaran pun menghampiri kamar adiknya itu.
Nath mendapati papa, Kalvin, dan opa sedang duduk di sebelah Karen yang menangis. Entah karena apa. Sampai akhirnya, Cilo menggonggong karena menyadari keadaan Nath.
Semuanya termasuk Karen mendongakkan kepalanya. Pandangannya terpaku pada Nath yang juga memandangnya. Hidungnya di sumpal dengan tisyu yang sekarang memerah karena darah.
Karen melompat dari duduknya, lalu berlarian kearah Nath. Memeluknya sangat-sangat erat. Dan tanpa di sadari, tisyu yang menyumpal hidung Karen terjatuh.
"Naaaath..." lirih Karen.
Karen menangis sejadi-jadinya, membuat Nath bingung. Kedua kalinya ia menghadapi yang seperti ini, hari ini. Dan seperti tadi, Nath dengan ragu membalas pelukan Karen.
"Gue.. Kangen lo, Nath.." lirih Karen dan semakin menangis.
Darah yang mengalir dari hidung Karen mengenai baju seragam Nath. Membuat Nath kaget bukan main.
"Pa, ini darahnya kena baju aku." ujar Nath.
Papa bangkit lalu menarik Karen dari pelukan Nath. Karen terkulai di gendongan papanya. Dan darah segar masih terus mengalir dari hidungnya.
Penyakitnya kambuh.
"Kita ke rumah sakit ya sayang?" tanya papa cemas.
Opa bangkit bersama Kalvin, hendak menyiapkan mobil dan segala sesuatu yang di perlukan nanti di rumah sakit.
"Nathan.." lirih Karen.
"Iya nanti Nathan ikut. Yuk kita ke rumah sakit," papa menuntut Karen untuk memenuhi keinginanya.
Karen hanya bisa menurut dan memejamkan matanya di pelukan papanya, sedangkan Nath hanya berdiam diri disitu.
Nath memperhatikan bajunya yang terkena darah Karen. Banyak. Nath membuka satu persatu kancing seragamnya, lalu turun ke dapur untuk memberikan seragamnya kepada bibi.
"Di cuci atau di buang, den?" tanya bibi.
"Terserah." jawab Nath lalu kembali naik ke lantai atas, ke kamarnya.
Ia merogoh handphonenya, lalu menelfon papanya yang sekarang sedang dalam perjalanan ke rumah sakit.
"Pa, sebentar lagi aku ke rumah sakit." ujar Nath.
Tanpa menunggu jawaban papa, Nath sudah mematikan sambungan telfonnya. Kebiasaan.
Nath menghela nafas panjangnya. Ia sedih melihat Karen seperti tadi. Dan sepertinya, ego yang terlalu besar di diri Nath sudah mulai dapat di jinakkan sedikit demi sedikit.
Karena apa? Karena Gabi perlahan-lahan menyadarkan Nath mengenai perkataan opa waktu itu.
Semua wanita itu, baik. Bahkan kalo opa bilang, mereka luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SUDAH DINOVELKAN DAN SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA] [Complete story✔] [Highest rank : #5 in Teenfiction] ●●● "Gue tau gue bodoh, dan gue gamau ngulang kesalahan yang sama lagi." -Nathanael Gabriel Alexander. "Ya emang lo bodoh. Lo t...