Api berkobar di kediaman megah itu. Asap membumbung tebal ke udara, hitam dan pekat. Orang-orang ramai menonton kekacauan yang terjadi di sana. Para petugas pemadam kebakaran tampak sibuk melakukan beberapa hal sekaligus: memadamkan api, juga menyelamatkan beberapa korban yang masih terjebak di dalam. Bisik-bisik penuh nada kekhawatiran memenuhi udara—kabarnya, ada orang dewasa dan anak-anak yang masih terjebak di dalam.
Pekikan penuh rasa syukur langsung terdengar ketika seorang petugas pemadam keluar menembus api. Di dalam pelukannya, ada seorang anak laki-laki. Nama anak itu, Nathanael Gabriel Alexander.
Ketika anak itu diturunkan dari gendongan, ia langsung berlari kencang ke arah Papa yang menunggu di luar. Mereka berpelukan sambil menangis. "Pa! Mama, Pa! Karen! Mama...!" raung Nath sambil menunjuk ke arah pintu rumah yang telah dilalap api.
Sebagai jawaban atas raungan Nath, Papa ikut menatap rumah yang sudah dilalap api itu dengan tatapan cemas. Pria itu lalu berteriak kepada salah satu petugas yang menyuruh mereka mundur, "Istri dan anak saya masih ada di dalam...!"
Petugas pemadam hanya mengangguk dengan sabar. Ia tetap menyuruh mereka mundur, karena api sudah semakin besar dan akan berbahaya kalau mereka berada di dekat sana. Tak lama, terdengar suara-suara napas tertahan ketika seorang lagi petugas keluar dari dalam api sambil memeluk seorang anak perempuan yang terlihat sudah lemas.
"Karen!" Papa langsung berteriak. Sosoknya menyongsong Karen dan petugas itu, meninggalkan Nath sendirian di belakang.
Nath menatap pemandangan itu dengan mata membelalak. Bukankah tadi seharusnya Karen bersama Mama? Kenapa petugas itu hanya membawa Karen...?
Nath ingat jelas bahwa Mama sedang memeluk Karen, berusaha melindungi gadis kecil yang sakit-sakitan itu dari asap dan api. Lalu, Mama menyuruh Nath lari duluan untuk mencari bantuan. Nath sudah menunjukkan jalan kepada petugas, sebelum akhirnya dibawa keluar karena kobaran api yang semakin besar. Seharusnya Mama juga selamat, kan? Ke mana Mama?
Petugas pemadam yang membawa Karen tampak bicara serius dengan Papa. Sementara itu, tatapan Nath liar mencari-cari ke arah rumah yang terbakar itu. Dadanya berdentum semakin cepat. Bunyi api yang menjilat-jilat seluruh rumah membuat telinga Nath berdenging.
Tak kunjung menemukan sosok Mama, Nath kecil pun berlari menuju rumah yang terbakar itu. Para petugas langsung berteriak-teriak. Para penonton memekik ketakutan. Seorang petugas berhasil menarik Nath dan membawanya kembali ke Papa.
"MAMA! MAMA...! MAMA MASIH DI DALAM...!!!"
"Nath, Nath... Sudah..." Papa memeluk erat Nath sementara anak laki-lakinya itu meronta-ronta dengan air mata berderai. "Relakan, Nak... Relakan Mama..."
Nath tidak mengerti. Kenapa dia harus merelakan Mama? Bukankah Mama masih ada di dalam sana, menunggu untuk diselamatkan? Kenapa hanya Karen yang berhasil keluar?
Papa tetap memeluk Nath dengan erat. Tangisnya hening. Matanya menatap rumah yang terbakar itu dengan kepedihan yang tak terkatakan.
Seluruh energi tiba-tiba meninggalkan tubuh Nath. Anak laki-laki itu tampak lemas dengan tatapan mata kosong. Ekspresi lenyap tak berbekas dari wajahnya. Lalu, pandangan Nath jatuh pada sosok adik perempuannya yang terkulai lemas di tandu ambulans.
Kalau saja Mama tidak melindungi Karen...
Kalau saja tubuh Karen tidak lemah, jadi dia bisa ikut berlari keluar dari api bersama Nath...
Kalau saja... Kalau saja... Kalau saja Mama...
Gara-gara Karen...!
--
comment ya pendapat kalian ttg part pertama ini :)
hope you like it <3
griertoast.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SUDAH DINOVELKAN DAN SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA] [Complete story✔] [Highest rank : #5 in Teenfiction] ●●● "Gue tau gue bodoh, dan gue gamau ngulang kesalahan yang sama lagi." -Nathanael Gabriel Alexander. "Ya emang lo bodoh. Lo t...