Judul: Bu, Maaf - Satu
Penulis: Jafreida
Publikasi: Juli 2017
Revisi: 16 Februari 2022"Aynaa!"
Seorang perempuan berkerudung segiempat berlari ke arahku sambil berteriak. Aku menoleh lalu tersenyum hangat padanya. Dia tersenyum lebar hingga terlihat deretan giginya yang rapi dan terawat itu.
"Ceria amat Del? ada apa?" Tanyaku pada gadis itu. Dia salah satu sahabatku sekaligus seatmate-ku. Namanya Della. Dia sang juara kelas dikelasku. Satu tingkat diatasku.
"Hari ini ibuku ulang tahun. Dia bahagia banget. Pantas dong aku jadi ceria" jawabnya tetap memamerkan deretan giginya.
Ulang tahun ibunya? Bahkan aku tidak tahu kapan ibuku ulang tahun. Dan jika tahu pun, mungkin aku tidak peduli.
Della sangat menyayangi ibunya. Sangat kontras denganku yang membenci ibu. Tapi aku selalu menyembunyikan kebencian itu. Aku tau jika teman-temanku mengetahui bahwa aku tidak menyayangi ibuku seperti mereka, maka mereka memberi komentar atau menyarankan untuk mulai menyayangi ibuku.
Bahkan Debby yang ibunya telah tiada saja ikut-ikutan menasihatiku. Aku muak. Aku sudah terlanjur membenci ibuku. Mereka tidak tahu saja bagaimana sosok ibuku. Tentunya berbeda dengan ibu mereka yang sebaik malaikat itu. Maka aku berpura-pura sudah menyayanginya. Dan seringkali mengalihkan topik pembicaraan dengan membanggakan sosok ayah ditengah cerita mereka tentang malaikat berwujud manusia itu. Karna bagiku sosok ayah yang lebih pantas disebut dengan sebutan itu.
"...jadi kamu mau ikut kan pulang sekolah?" Tanya Della mengakhiri cerita panjangnya yang tidak kudengar sama sekali karna sibuk membandingkan ibu bagi mereka dan ibu bagiku.
"Maaf Del, aku ada janji sama Fian mau ngerjain tugas. Jadi aku gak bisa ikut." Jawab ku tanpa mengetahui Della mau mengajak kemana pulang sekolah.
Dua detik kemudian aku menyesal menjawab dengan kata-kata seperti itu. Bukan menyesal karna menolak penawarannya. Melainkan menyesal karna menyebut nama fian. Aku takut dia curiga lalu berniat ikut dengan kami. Aku kan pengennya hanya aku dan Fian. tanpa orang lain, Termasuk sahabatku sendiri.
"Yaah.. yaudah kapan aja deh yang penting hari ini. Abis ngerjain tugas juga gapapa. Yang penting kamu dateng kerumahku. Ya? Ya? Plis.." Della memohon sambil merangkul pundakku
Aku pun mengangguk saja. Senyumnya kembali terlihat. Kami kembali berjalan memasuki kelas. Tak menunggu lama, bel masuk berbunyi nyaring.
◇◇◇◇◇◇
Hening. Hanya suara kaki melangkah yang mengisi keheningan itu. Langkah aku dan Fian menuju perpustakaan sekolah menepati janji semalam. Aku berjalan agak pelan agar berada di belakangnya. Agak grogi juga jalan disampingnya.
Sesampainya disana, aku langsung menyusuri lorong-lorong rak buku yang berjejeran rapi disana. Begitu juga dengan Fian. Dia sibuk meneliti setiap judul buku yang dilewatinya. Dia terlihat sangat serius sampai membuatku terpesona padanya. Aku menggelengkan kepala saat aku menyadari memperhatikannya terlalu lama.
Tiba-tiba terdengar telepon berdering. Fian merogoh hp-nya disaku. Yah tentu saja hp Fian yang berdering. Hp-ku tertinggal dirumah pagi tadi karna aku terburu-buru berangkat sekolah. Dan tentu saja ini gara-gara ibu yang lupa membangunkanku. Hfftt..
"..iya mama sayang.. Fian pulang sekarang deh. Mama tunggu sebentar ya" ucap Fian keseberang teleponnya.
'Jangan bilang, ngerjain tugasnya gak jadi. Aku udah bela-belain nolak ajakan Della, bisa barabe deh kalo sampe gak jadi..' ucapku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bu, Maaf
Short StoryAku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli s...