BAB I

93 8 5
                                    

●Persahabatan Yang Mulai Retak? (1)●

*Tahun 2010, hari Jumat di daerah Sumatera Selatan*

Laras, Dania, Raffi, Annias, Vera, Bagas, Azizah adalah 7 sekawan yang bersekolah di SD yang sama. Mereka sudah satu sekolah sejak TK sampai kelas 5 SD sekarang ini. Mereka lebih dari sekedar teman, mereka bukan teman yang hanya datang ketika membutuhkan sesuatu, mereka bukan teman yang sekedar berkumpul untuk memamerkan harta orang tuanya masing-masing, mereka lebih dari itu! Mereka adalah sahabat yang saling melengkapi satu sama lain, layaknya ayah yang rela dibenci agar kau tak tersesat dari arah yang seharusnya, layaknya ibu yang menyayangimu tanpa harus terang-terangan mengungkapkannya, layaknya kakak yang mau maju di barisan paling depan ketika ada orang lain yang mengganggumu, layaknya adik yang sangat menyebalkan namun selalu membuatmu tertawa akan sikapnya.

Seperti biasa, sehabis pulang sekolah mereka langsung pergi ketempat mereka biasa berkumpul. Yap! Pondok yang dibuat oleh orang tua Laras 3 tahun yang lalu di atas pohon yang cukup rendah, orang tua Laras sengaja membangun pondok tersebut agar anaknya bisa leluasa bermain tanpa diawasi oleh orang dewasa yang sering berdatangan kerumahnya. Orang tua Laras adalah orang yang terpandang kerena Ayahnya adalah direktur pertambangan batu bara di Perusahaan terkenal di Pulau Sumatera. Sedangkan ibunya? Ia adalah desainer terkenal yang produk-produknya sudah terjual hingga ke manca negara. Dengan para pesaing yang semakin banyak dan banyaknya orang-orang yang tidak mampu berada dibawah garis kemiskinan, tidak memungkinkan nyawa keluarga kecil ini berada dalam bahaya. Maka dari itu, orang tua Laras sudah mewanti-wanti akan terjadinya sesuatu yang bisa saja tak terduga.

*Back to Pondok* "Eh, ras! Jiza belakangan ini kaya aneh gitu, ya gak sih?" Ucap vera pada Laras sambil melirik ke arah Azizah yang saat ini sedang menatap kosong ke arah buku pr-nya.

Dengan sedikit memperhatikan Laras menjawab"Well.. aku juga ngerasa gitu. Udah hampir beberapa hari ini dia rada diem. Gak kaya biasanya. Ntar pas pulang aku tanyain deh kenapa sikap dia kaya gitu."

"Yaa. Kalo itu menurutmu yang terbaik akusih setuju aja Ras" balas Vera.

"Hey!! Kalian ngegosipin apasih? Masih kecil aja udah kaya emak-emak arisan. Hahahaha" ucap Raffi meledek.

"Bukan urusanmu ompong!" Balas Vera sinis.

Tidak terima dibilang ompong Raffi langsung menjawab"Apa katamu gen..."

Sebelum Raffi menyelesaikan kalimatnya yang bakal bikin suasana tambah gaduh, Laras langsung mencairkan suasana"Hush! Kalian ini selalu aja berantem, ntar jadi jodoh loh! Hahaha" mendengar lelucon garing dari Laras sontak teman-teman yang lain ikut tertawa kecuali Azizah yang hanya tersenyum kosong. Melihat ekspresi sahabat karibnya seperti itu, membuat Laras semakin khawatir dengan kondisi Jizah.

"Yaudah yuk! Cepetan kelarin dulu pr-nya ntar keburu sore. Aku males nyari masalah sama tanteku yang lebih cerewet dari emak-emak se-RT kalo lagi ngerumpiin harga cabe!" Tukas annias yang menyadarkan teman-temanya atas kewajiban yang sedari tadi mereka tinggalkan.

*Jam Sudah Menunjukan Pukul 16:45 WIB*

"Ehh teman-teman udah jam segini! Pulang yuk. Ntar dicariin papa sama mama kita loh" ucap Bagas mengingatkan sambil menyeropot ingusnya *srottttt*

"Iya nih! Jam segini kalo kita belum pulang ntar ada tante-tante gir*ang yang bakal gangguan kita!" Raffi mulai asal bicara.

"Hmm. Oke-oke yaudah hari ini buat pr-nya sampe sini aja dulu. Besok kita lanjutin lagi ya!" Ucap Laras dengan riang.

Merekapun pualang bersama-sama, kecuali Jizah yang masih termenung di depan Pondok. "Ehh teman-teman kalian duluan aja gih. Aku masih mau ngebahas pr bentar lagi bareng Jizah hehe" ucap Laras pada teman-temanya sambil tersenyum ceria.

"Ok deh Ras! Hati-hati ya kalian. Dah byeee" balas teman-temannya.
Setelah teman-temannya sudah tak tampak dari pendangan mereka.

Azizah pun mulai membuka suaranya"Ngg.. Ras. Sebenernya ada yang mau aku omongin kekamu. Jujur sebenernya aku bingung banget harus bersikap gimana." Ada sesuatu yang tertahan pada kata-katanya..

"Udah kamu gak perlu malu. Gak perlu ragu ataupun gengsi. Inget kita udah sahabatan lebih dari 7 tahun! Dari kita kecil kita udah main bareng. Kita bahkan belajar ngerangkak, jalan, ngomong dan susah seneng bareng. Kamu udah aku anggap kaya saudara kandung aku sendiri. Jadi kalo misalnya ada apa-apa bilang aja, ceritain aja ke aku. Ya kalikan siapa tau aku bisa bantuin gitu. Atau kalo enggak setidaknya kalo kamu udah nyeritain masalah kamu ke aku, perasaan kamu bisa lebih lega dan beban yang kamu pikul gak buat kamu ssndiri tapi kita pikul bareng. Itukan artinya sahabat? Hehe" balas Laras sambil tersenyum ikhlas.

Melihat ketulusan sahabat karibnya itu, Azizah mulai menitikkan air matanya.
"Jah.. kok kamu malah nangis sih?? Aduhh aku salah ngomong ya? Maaf ya kalo aku salah ngomong" ucap Laras khawatir.

Sembari mengusap air mata dan ingusnya *srottt*,  Azizah berkata dengan terburu-buru"Ras! Kamu harus..." BEGH!! Tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulut Azizah dengan sapu tangan! Melihat hal itu tepat didepan matanya, Laras sangat terkejut dan refleks mundur kebelakang dan terduduk ditanah sampai tak mampu berkata-kata lalu terdiam ditempatnya.

Sementara itu Azizah terus berusaha membebaskan dirinya dengan meronta-ronta, ia pun berhasil menggigit orang jahat tersebut dengan sekuat tenaga, Azizah berteriak menyadarkan sahabatnya yang terduduk lemas diam tak berkutik tersebut"Laras lari!!! Selamatkan dirimu!! Argh!" Laki-laki tersebut memukul belakang kepala Azizah sehingga ia seketika pingsan.

Mendengar teriakan sahabatnya, jiwa Laras yang seolah melayang entah kemana, kembali lagi ketubuhnya. Kakinya mulai mengikuti perintah otaknya untuk berlari secepat mungkin sampai nafasnya sesak, berlari sejauh mungkin dari laki-laki yang ingin mencelakai ia dan sahabatnya itu. Sahabatnya? "Ah tidak! Apa yang telah aku lakuin!! Kalo aku lari dan ninggalin Jizah sendirian, Jizah mungkin gak akan selamat! Dia udah ngorbanin dirinya demi menyadarkan aku, kalo aku lari dan mentingin diri aku sendiri, sama aja kaya aku ngebuang hubungan persahabatan kita! Ngebuang sahabat yang udah aku anggap kaya saudara kandungku sendiri! Aku lebih baik terluka, daripada aku jadi sampah yang ninggalin sahabatnya sendiri disaat dia lagi ngebutuhin aku. Seengaknya aku harus berusaha dulu buat nolongin Jizah.. Tuhan aku takut." Batin Laras sangat tertekan pada saat itu, ia ingin sekali menangis tapi ada seseorang yang harus diselamatkan.

Ini bukan soal menyelamatkan diri sendiri, ini soal keberanian untuk menyelamatkan orang yang kau anggap berarti dalam hidupmu.

#maaf ya hari ini ceritanya sampe disini aja dulu ya^^

#TOKOH PEMERAN

#TOKOH PEMERAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Same MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang