BAB 6

21 5 4
                                    


*Harapan adalah Mimpi yang Tak Pernah Terlelap*

"Aku tidak akan berharap lagi, harapan itu hanyalah angan yang tak mungkin Terwujud."-Latifa

Latifa's pov

*kumohon siapa saja tolong aku! Siapapun itu.. tolong aku! Kumohon..* batinku tak henti-hentinya berteriak meminta tolong sementara mataku tetap tertutup rapat-takut menghadapi kenyataan bahwa wajahku akn segera mendapatkan pukulan kasar dari orang yang sempat ku sangka sbg Teman. 

*Bugh!*
.
.
Argh sial..

ku pikir orang yg sprti malaikat itu ada. Kupikir harapan itu nyata. Kupikir permohonan disaat terdesak itu akan terwujud. Tp faktanya malah menyakitkan.. tak ada yg menolongku. Tak ada yg namany harapan!

darah mengucur dari tangan kiriku.
Rasa nyeri bercampur pedih sekarang menggerogoti lenganku.

Untungny tdi ketika Monica memukulku aku sempat refleks melindungi wajahku dengan tangan kiriku.

Entah mereka sudah tak pnya hati ato mmng mreka sdh biasa membully anak" sprtiku ini. Sehingga tak tampak secuilpun raut wajah-wajah bersalah diantara mereka. Cih!

"Seperti katamu! Kau kn yg mmng mnginginkan disiksa? Dasar kau org miskin tak tau diri." Ucap Monica dengan senyum sinisnya

Sementara aku masih terus saja meringis kesakitan.

"Klo bgtu tlng balikin surat dri ibuku, kumohon.. itu sngt berharga untukku" pintaku dengan air mata yg sdh tak terbendung dri tadi.

Saat Monica hampir menjambak kembali rambutku, tiba-tiba Putri dtng dan membisikan sesuatu dikuping Monica.

Namun aku msih sdkit bisa mendngrny.

"Gawat Nic, ada satpam yg lg keliling sekolah ni . Cabut yuk ntr kita dpet mslh" kirany inilh yg dktakan oleh Putri kpda Monica

"Siall.."

"Ywdh. Skrng kita cabut dlu guys." Ujar Monica

"Ehh iya urusan kita blm kelar inget. haha bye!" ucapnya lgi smbil melemparkan surat Almarhum ibuku tersebut kewajahku.

Author's pov

"Nona kenapa kau terlihat kesal hari ini?" Tanya Alka

Laras hanya terdiam, ia terlihat berfikir.

"Jika kau ada mslh atau ada sesuatu yg ingin kau katakan, aku slalu siap untukmu nona" ucap Alka

"Aku.. ah tidak perlu. Lg pula ini tak penting." Setelah mengucapkn itu ia pergi kekamarnya

"Jika itu tak penting, maka tak seharusny kau tampak berfikir seperti itu nona. Wajahmu tak bisa membohongiku."

Langkah Laras tertahan. Ia ragu.

Akhirnya Laras memutuskan kembali duduk dsamping Alka.

"Hari ini aku melihat pembullyan lgi." Ujar Laras

"Lantas knpa nona? Bukankh kau mmng sdh biasa mlht hal-hal sprti itu dsklhanmu?" Tnya Alka sedkit bingung

"Masalahny aku tak tau knp aku bgtu sakit ketika melihatnya.. seolah-olah dia adlh org yg berharga yg tlh aku lupakan. Aku merasa marah pd diriku sendiri jdi aku hnya mengabaikannya" ucap Laras

"Kalo bgtu knp kau tdk mencoba utk membantunya? Kau tau kn, kau cukup memperingati anak-anak nakal itu dan mreka pasti sdh takut mngingat sifatmu yang dingin ini dan betapa kayanya dirimu"

Same MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang