BAB 11

10 4 0
                                    

Laras kembali meninju samsak yang ada dihadapannya dengan membabi buta. Penuh emosi.

Ia mengabaikan deringan ponsel miliknya yang sedari tadi berbunyi. Tanpa ia lihatpun Laras tau saat ini yang menelponnya pastilah Raif.

File serta berkas-berkas yang didapatkan Laras dari Monicapun sekarang masih terletak diatas meja didekatnya, sama seperti kondisi hpnya. Terabaikan.

Buk! Buk! Buk!!

Sudah hampir 2 jam Laras seperti ini. Keringat sudah membasahi tubuhnya.
Ia ingin melupakan semua ucapan Monica beberapa waktu yang lalu. Ia mencoba untuk berpaling dari kenyataan bahwa Latifa sahabatnya yang sekarang adalah seorang pengkhianat yang telah bersengkokol dengan pembunuh orang tuanya.

BHUKK! Bersama Pukulan keras itu Laras berteriak mengeluarkan emosinya.
"Tidak mungkin!!"

Laras kemudian terduduk. Ia sudah tidak bisa lagi pura-pura tidak mempedulikan rasa sakit dihatinya saat ini. Ya, luka lama itu kini telah kembali terbuka.

Laras kemudian memeluk lututnya, dan mencoba menahan tangisnya. Tubuhnya bergetar hebat.

Laras kemudian mencoba berdiri dan mengambil file serta berkas yang sedari tadi ia abaikan.

Ia membacanya dengan pelan-pelan. Semakin banyak ia membaca, semakin banyak informasi yang didapatkan oleh Laras, semakin banyak pula Hatinya tertusuk-tusuk oleh kenyataan. Setelah sampai pada bacaan tentang kasus pembunuhan orang tuanya, Laras sudah tidak kuat lagi. Ia menangis sejadi-jadinya.

"Ibu.."
"ayah.."
"aku merindukan kalian.."
"Apa yang harus aku lakukan.. aku sakit. Sakit sekali Bu, Yah.." ucap Laras sambil menangis

#disekolah

"Daf, Gimana.. udah berapa kali gue ngehubungin Laras tapi gak diangkat-angkat." Ucap Raif panik

"Oke sabar, If. Pokoknya sekarang kita bilangin ke guru dulu kalo Laras sakit terus harus pulang. Gak mungkin kan kalo tiba-tiba dia bolos, ntar kalo sampe ketahuan bibinya dia bisa dihukum habis-habisan" ucap Daffa mencoba menenangkan sahabatnya ini

Ke khawatiran Raif bukan tanpa alasan, pasalnya Laras gak pernah sskalipun bolos seumur-umur Raif kenal Laras. Bahkan saat ia sakitpun Laras selalu maksa untuk tetap sekolah, alasannya karena di sekolah lebih baik dari pada dia harus di rumah dengan bibinya.

*sekarang sudah menunjukan pukul 16:40 WIB*

"Nona! Kenapa kau tertidur disini" ucap Alka khawatir sambil berlari mendekati Laras

Laras pun terbangun, rupanya ia tadi tertidur. Matanya sembab.

Laras tidak menjawab ucapan Alka. Ia berdiri mengambil berkas-berkas itu serta ponselnya lalu berjalan meninggalkan Alka tanpa satu patah katapun.

"Nona!" Teriak Alka lalu menahan tangan Laras

"Lepas. Saat ini aku sedang ingin sendiri, Alka" jawab Laras tanpa menoleh kearah Alka sedikitpun

Alka hanya bisa pasrah dan melepaskan Laras.

Padahal sudah sebulan ini Laras berubah menjadi lebih ceria, tapi kenapa tiba-tiba ia berubah menjadi seperti ini lagi, batin Alka.

Rupanya Laras tidak pulang ke rumah bibinya, ia malah menyewa hotel.

Laras kembali melanjutkan membaca berkas-berkas itu.

Amarah, dendam, kekecewaan kembali mencuak dari diri Laras.

Bukankah dulu ia pernah berjanji akan melakukan hal yang setimpal pada pembunuh berengsek yang telah merebut kebahagiannya?

Same MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang