1 Oktober 2016
Pagi hari kepalaku pusing karena menangis semalam. Putra yang terlalu pasrah dengan keadaan atau karena aku yang terlalu khawatir ntahlah.
Ntah kenapa tiba-tiba aku sangat ingin menanyakan does he really love me or not? Bukannya aku ragu. Hanya saja ntahlah.
"Can I ask you something?"
"Sure."
"Do you love me?"
Aku sangat penasaran sampai aku terus menatap hp dengan cukup lama.
Tak lama dari itu, pesan dari Putra muncul.
"I do."
"What do you want me to do then?"
Putra tidak membalas pesanku hingga sepulang sekolah.
Sekitar pukul 2 siang, dia baru membalas pesanku.
"I want you to just be you."
Aku berdesir.
"I don't wanna lose you."
"I don't wanna lose you either."
Aku tidak tau harus senang atau apa. Sekarang, aku hanya ingin dia terus mengirimku pesan apapun itu.
"I have a surgery at 5."
Pesan Putra yang tiba-tiba membuatku sangat-sangat terkejut. Operasi? Separah itukah?
Aku ingin bertanya. Terlalu ingin. Tapi takut membuatnya marah. Aku hanya berharap dia tidak apa-apa.
"It might succeed but it might as well not."
Aku menahan air mata yang seakan memaksa keluar.
"Operasinya pasti berhasil sayang. Kamu harus semangat. Fight for me babe."
Hanya itu yang bisa aku lakukan. Menyemangatinya.
"It takes 3 to 4 hours so i might not reply to your texts."
"That's okay. I love you."
"Love you too."
Aku menangis. Aku takut. Aku sangat takut kehilangan Putra.
Tapi aku harus yakin dia pasti bisa sembuh.
Dia sudah ngelewatin masa koma selama 2 bulan.
Dia juga pasti bisa ngelewatin operasi yang gak sampai seharian.
"Dokternya bilang recovery nya 2-3 jam so in total 7 hours gue mungkin ga bales chat lo."
"Tapi kalo lebih dari itu gue ga bales.
Ya.
You know."
Aku menangis melihat pesannya yang seperti itu. Aku tidak mau kehilangan Putra. Terlalu sakit. Terlalu sulit untuk kehilangannya. Aku belum siap. Aku sangat belum siap.
"No no, don't say that."
"I'm just speaking the truth."
Kali ini tangisku mulai pecah. Inikah firasat? Apa dia tidak mau berjuang demi orang yang dia sayang?
He said he loves me.
Seharusnya dia gak pasrah seperti itu.
Seharusnya dia mau berjuang.
Setidaknya bilang kalau dia akan baik-baik aja.
Seharusnya dia bilang kalau dia bakal sembuh.
Seharusnya dia bisa bilang kalo dia gak bakal ninggalin aku.
Air mata mengalir begitu saja. Aku tau dia khawatir dengan operasinya. Aku tidak akan membahasnya lagi.
Sekitar pukul 16.20 aku mengirimnya pesan.
"Yang, lo disana sama siapa? Gue kesana ya. otw nih haha."
Pukul 16.45 Putra baru membalas pesanku.
"Sama keluarga. Haha sini dong."
Itu pesan terakhir yang Putra kirim. Gak ada lagi pesan dari Putra.
Aku khawatir. Sangat khawatir.
Aku hanya berharap Putra bisa melewati operasinya. I know he loves me. Dia bakalan berjuang demi orang yang dia sayang...
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Soul (COMPLETED)
RandomHanya sekedar mengenang sinar yang telah di telan sang langit kelam. 2 Oktober 2016 18.27