2.2 Perubahan dan Air Mata

517 56 2
                                    

Aku menatap pantulan diriku di cermin, gadis di hadapanku memakai kerudung cokelat. Tampak aneh di mataku, frustasi aku langsung melepasnya. Sekarang gadis di hadapanku berambut hitam panjang, tak terlihat aneh memang. Namun entah mengapa gadis yang berada di hadapanku sebelumnya terlihat lebih baik. Aku sudah memakai dan melepas kerudung cokelat itu enam kali.

Rasanya gadis dengan kerudung cokelat tadi terlihat terlalu aneh di mataku. Meski pun saat melihat pantulan cermin itu ada perasaan asing dalam diri. Rasanya nyaman dan kau tahu perasaan aman seakan kau terlindungi? Itu rasanya. Sulit sekali didefinisikan. Namun meski dengan keraguan dalam diri, aku kembali memakai kerudung cokelat itu. Aku menyingkirkan semua perasaan aneh dan lainnya, mencoba untuk tersenyum dengan pantulan diriku sendiri. Memang aneh dan orang pun akan mulai berkomentar namun meski dengan segala keraguan itu aku tetap menggunakannya. Kutepis itu semua, entah darimana keyakinan itu muncul. Entah malaikat mana yang berada di tubuhku, tapi saat aku membuka pintu dan tersenyum, Mama langsung memeluk dan menciumku. Dan aku menangis dalam pelukannya.

Mama tak pernah memintaku untuk memakai kerudung, tapi aku tahu jika ia bersyukur dan mendukung penuh keputusanku. Yang lucu adalah bagaimana seseorang yang berbeda dariku membuatku menjadi lebih baik. Hanya beberapa kata darinya membuatku benar-benar tersindir dan memberanikan diri untuk menutupi auratku. Tapi jika kamu mengatakan aku melakukan ini semata-mata karena Abra, kamu salah. Karena sepenuhnya ini keputusanku, mungkin perkataan Abra memang menjadi cambukku namun bukan berarti aku berubah untuknya. Aku melakukan ini untuk diri sendiri.

"Hei," sapaku padamu yang tengah duduk di halaman depan rumahku. Kamu tengah menunduk dengan ponsel di tangan, saat aku memanggil. Kamu baru mendongak lima belas detik kemudian dan menatapku dengan pandangan yang sungguh sulit untuk aku artikan. Jadi aku berputar di depanmu, membuat rok merah mudaku ikut berputar. Setelah melihat kelakuanku, kami tersenyum. Jenis senyum yang tak pernah kulihat sebelumnya, tapi yang membuatku bingung adalah setelahnya kamu menangis. Dan aku terlalu bingung untuk menghiburmu.

* * *

Let US GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang