Five - Aya

120 15 4
                                    

Hali pov.

Bel istirahat telah berbunyi, lebih baik menghabiskan waktu di kelas saja. Mengapa aku menghabiskan waktuku di kelas saja

Pertama aku anti sosial, kedua tidak bisa bersosialisasi, ketiga malas, keempat karena aku tidak bisa bersosialisasi aku tidak punya teman.

Aku melihat keluar jendela, daun-daun berguguran dan aku jadi teringat Aya.

Flashback.

"Hali Hali, lihat daun-daun berguguran dan lihat warnanya sudah menguning."

"Apakah itu senyuman terakhir yang aku lihat darimu? Aku masih ingin bersamamu, bermain-main bersamamu.", batinku sedih.

"Hali jangan bengong dong, sini bermainlah bersamaku."

"Hmm."

"Lihatlah ada keong, jadi geli."

"Itu bukan keong itu siput, bodoh."

"Apa bedanya sih Hali? Sama saja."

"Jelas-jelas saja beda."

"Sama."

"Terserah."

"Aku harus mengatakan ini tapi sulit...", batinku putus asa.

"Hali bengong terus, kenapa sih ada masalah?."

"Tidak ada kok."

Aku melihat bunga berwarna putih, lalu aku memetiknya. Aku menyembunyikan bunga itu dibalik punggungku.

"Disini sejuk sekali."

Aku mendekati Aya lalu memasangkan bunga putih itu ditelinga Aya.

"A-...a..pa ini?.", Aya memegangi telinganya.

"Bunga putih. Kau terlihat cantik seperti itu.", aku memegangi leherku dengan wajah memerah.

"Eh? Eh...eum.", Aya terlihat salah tingkah.

"Dan aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

"A-..apa?"

"Aku... aku...."

"Iya?."

"Aku... lusa nanti akan pindah ke Amerika dan menetap disana selama 8 tahun."

"Bercandanya ga lucu Hali."

"Aku serius Aya."

"Mengapa kau pindah? Kenapa Hali?."

"Ini demi orang tuaku."

"Gak, kamu gak boleh pergi. Aku masih ingin bermain bersamamu, kumohon jangan pergi.", Aya memelukku dan menangis terisak-isak.

"Kumohon mengertilah."

"Kenapa kau baru bilang sekarang, kenapa? Kamu jahat Hali jahat."

"Maaf.", aku memeluk Aya sangat erat.

"8 tahun itu lama sekali, Hali."

"Aku janji 8 tahun lagi, kita akan bertemu."

"Kau tukang mengingkari janji."

"Kali ini aku sungguh-sungguh."

"Janji?.", Aya mengancungkan jari kelingkingnya.

"Iya aku janji, tetaplah menungguku sampai pulang.", aku membalas mengancungkan jari kelingkingku.

Promise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang