Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun aku selalu menunggunu. Bosan, hanya bisa menyaksikan jarum jam yang terus berputar.
Aku sempat mengira kau melupakan janji kita, dan terkadang aku percaya kau akan menepati janjimu, janji ketika kita masih berusia 9 tahun.
Aku selalu mengingat jari kelingking kita menyatu dan janji itu terucap di bibirmu, jika kita akan bertemu 8 tahun kemudian.
Kau tahu?, aku tidak rela kau pergi begitu saja, terasa sesak di dada. Entah aku yang terlalu berlebihan atau sebagainya, tapi kau sangat berarti untukku.
Ketika kau sudah pergi, perasaanku campur aduk, antara merelakan, tegar, sedih, kecewa, kesal.
Setelah 8 tahun telah terlewati, kita telah menginjak usia 17 tahun ya, tapi menemukanmu tidak semudah membalikkan telapak tangan, berusaha bertemu denganmu tidaklah secepat memindahkan air ke wadahnya.
Aku sadar mustahil kita akan bertemu lagi, mungkin kau sudah melupakanku. Dan janji kau itu hanya penenang saja.
Maaf jika aku terus berharap hal yang mustahil, tapi bolehkan aku berharap sekali ini saja?
Aku ingin kau kembali, aku ingin kau menepati janjimu itu, kumohon tepati janjimu itu, aku merindukanmu. Rindu saat kita masih bermain bersama, rindu ketika kau berusaha melindungku, rindu ketika aku menangis kau menghiburku, rindu sifat dinginmu, aku rindu segala-galanya tentangmu, Hali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen FictionKau tahu rasanya ditinggal teman masa kecilmu?, rasanya sangat sakit, karena dia sangat berarti untukku. Dia berjanji padaku akan bertemu denganku 8 tahun kemudian. Rasa percaya dan tidak percaya selalu menghantui diriku, tapi takdir yang akan menj...