"Ayo, aku memberi mu kebebasan untuk menyerang lebih dulu.", ucap pria berambut pirang panjang yang ada di depan ku ini. Aku baru sadar ternyata rambut pria ini panjang. Karena dari tadi ia kuncir rambut nya.
"Ayo ! Serang dia !!", teriak salah satu penonton di sekitar ku. Ya, tanpa ku ketahui pusat perbelanjaan yang ramai ini menjadi arena pertandingan antara aku dan pria pirang itu.
"SERANGGG !!", teriak penonton yang lain.
"Apa kau dengar itu ? Bahkan para penonton menyuruh mu untuk menyerang ku sekarang juga.", ucap pria pirang itu sambil menunjuk ke arah penonton yang dimaksud.
Aku tetap tidak bergerak dari tempatku ini. Aku sedang memikirkan taktik yang tepat untuk mengalahkannya. Aku tidak boleh gegabah dalam pertarungan penting ini. Memang aku baru mengenal Minako selama 1 minggu lebih--kira-kira. Tapi, entah kenapa aku akan merasa seperti pecundang jika aku tidak bisa mendapatkan Minako kembali. Apa ini yang selalu di rasakan oleh para bodyguard ?
"Masih belum mau menyerang ?", ucap pria berambut pirang itu tiba-tiba sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana hitam yang ia pakai.
"DASAR PENAKUT !", teriak seorang penonton lagi yang membuatku menoleh ke arah sumber suara. Ku lihat seorang pria sedang melarikan diri dari area pertandingan ini. Cih, justru kau yang penakut.
"Ada ribut-ribut apa ini ?!", bentak seseorang dengan suara yang rendah. Aku tau pasti siapa orang itu. Para polisi.
Tanpa sepengetahuan pria pirang itu, aku langsung berlari dengan cepat ke arahnya dan memukul titik pusat di badannya agar ia lumpuh.
"Aku chi-blocker.", bisikku kepadanya sebelum ia benar-benar roboh ke tanah. "Si..Sialan kau..", ucap pria itu yang sudah terguling di tanah. Yap, ia mati rasa dan tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.
"Aku ambil ini.", aku pun menarik Minako dari pegangan pria abu-abu itu. "Kau..", ucap pria abu-abu itu dengan wajah terkejut, begitu juga dengan ku. Entah dimana aku merasa pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya.
"Kejar dia !", perintah seorang polisi yang membuatku sadar dari lamunan. Tanpa basa-basi, aku berlari sekuat mungkin sambil mengendong Minako di belakang ku.
"SAMPAI BERJUMPA KEMBALI !", teriak orang itu--siapa lagi kalau bukan pria berambut pirang yang tergeletak di tanah. Aku mengabaikan teriakannya dan tetap fokus dengan perlarian ku ini.
Untuk ketiga kalinya, aku berlari-larian di Iwatodai Strip Mall.
------
"Haah.. Haah.. Hah..", aku masih mengatur sirkulasi nafas ku. Perlarian tadi cukup membuatku kelelahan. Bergerak dengan lincah dan menghindari orang-orang yang berjalan. Ditambah dengan para polisi yang mengejarku dari belakang.
Aku hampir lupa untuk membuka balutan sapu tangan di mulut Minako. Ia masih pingsan di tempat tidur ku--dan aku sekarang sedang duduk di lantai.
Aku tidak tau harus berkata apa lagi. Gadis itu benar-benar.. Ia telah melanggar perintah yang pertama. Aku harus membangunkannya sekarang untuk meminta penjelasan darinya.
Aku pun berdiri dari lantai dan berjalan ke arah wastafel kamar mandi. Lalu aku membuka keran wastafel dan mengenggam sedikit air di tanganku. Kemudian aku keluar dari kamar mandi dan menyiramkan air itu ke wajah Minako.
"Bangun.", ucapku sambil masih menciprat-cipratkan sisa air yang ada di tangan ku ke wajah nya. Aku tau dia di bius, tapi tetap saja. Aku harus membangunkannya sekarang juga.
Diam. Tidak ada respon dari nya. Gadis itu tetap saja tertidur di atas tempat tidurku. Aku pun mencoba mendekat ke wajahnya dan mulai menciprat-cipratkan air.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Bad Boy and A Good Girl
Romance"Kenapa aku tidak boleh jatuh cinta padamu ?" -Minako Arisato "Jangan pernah mencintaiku." -Shinjiro Aragaki Aku perempuan dan dia laki-laki. Rasa cinta bisa saja muncul di antara kami. Tapi, kata dia kami tidak boleh saling mencintai. Begitu juga d...