Chapter 6

6.1K 247 5
                                    

Hai hai !!

Update nya mau cepet kan ? Nih, Author cepetin '-' 'kan author orangnya baik~

Ngomong", makasih ya udah baca cerita ini ^^

-----------------------------------

"Pip pip pip pip.."

"Bu bu bu bu..."

"Ga bu bu bu ga.."

"Kau stress ?", tanya seorang pria berkaos putih polos dipadu dengan celana hitam selutut. Dia bertanya kepada seorang gadis tanpa menoleh ke arahnya. Ia terlalu serius dengan majalah yang sedang ia baca sekarang.

"Pi pi pi pi..", gadis itu malah menjawab pertanyaannya dengan bunyi-bunyi aneh yang dari tadi ia buat. Kalau kita lihat secara kasar, pria itu mirip dokter rumah sakit jiwa yang sedang mencoba berbicara dengan pasiennya--gadis rubi.

"Diam.", perintah pria itu sambil bersandar di sofa krem, ruang tengahnya.

"Bu bu bu bu..", gadis rubi itu tetap melanjutkan aktivitasnya di atas karpet bulu yang berwarna senada dengan sofa tadi. Dia berguling ke kanan, lalu ke kiri. Tak jarang juga ia mengacak-acak rambut rubi berkuncirnya.

"Minako..", ucap pria itu dengan nada memerintah. Atau lebih tepatnya dengan nada berhenti-sekarang-atau-kau-akan-tau-akibatnya-nanti.

"Ngeenggg...", gadis yang di panggil Minako tadi tetap mengeluarkan bunyi-bunyi aneh dari bibir kemerahannya yang mungil itu. Ia seperti tidak menganggap keberadaan pria yang dari tadi menyuruhnya diam.

Mungkin karena jengkel atau apa, pria berambut cokelat itu langsung menarik tangan Minako dengan cepat dan memaksanya untuk duduk di pangkuan pria itu.

"Kau mau di hukum ?", tanya pria itu dengan nada sedingin mungkin dan juga tatapan mata yang tajam nan dingin. Sekarang gadis rubi itu tidak bisa mengelak lagi. Ia duduk di pangkuan pria itu. Kedua tangannya juga di pegang kuat oleh bodyguard nya.

Minako menelan ludahnya secara perlahan-lahan--seperti takut ketauan oleh bodyguard nya. Semakin ia menelan ludah, semakin dekat juga wajah mereka berdua. Minako--gadis polos dan manis itu hanya bisa merasakan panas di pipi dan juga kedua telingannya.

"Ti-Tidak.. Aku tidak mau di hukum..", ucap Minako terbata-bata sambil menggeleng-gelengkan kepala. Siapa yang tidak berbicara terbata-bata jika wajah mereka hanya berjarak 1-2 cm ?

Bodyguard nya pun menurunkan Minako dari pangkuannya ke karpet bulu di lantai kayu cokelat tadi setelah puas dengan jawaban Minako.

------

Yang tadi itu...

Aku menggeleng-gelengkan kepala sekuat-kuatnya. Kejadian tadi benar-benar membuatku syok. Aku tidak boleh terkena serangan jantung di usia muda seperti ini.

Mulai sekarang, aku harus membiasakan diri untuk selalu mengikuti semua perintah senpai ! Kalau tidak, aku akan di hukum.

"Senpai..", panggil ku dengan nada sedikit merayu sambil menyilangkan kaki. "Apa ?", jawabnya tanpa melepas pandangan matanya dari majalah yang ia baca dari tadi.

"Aku mau jalan-jalan..", kataku sambil menunjukkan sisi imut ku agar hatinya luluh. Ya, aku benar-benar ingin jalan-jalan keluar.

Dia menjawab ku dengan tatapan tajam yang berarti 'tidak'. Dasar manusia tak punya perasaan.

"Senpaiiii.. aku bosan di rumah terus ! sudah 1 minggu aku disini dan hanya menghirup oksigen yang sama. Aku butuh oksigen luar juga !", ucapku kepadanya panjang lebar.

"Tidak.", jawab senpai dengan singkatnya.

Aku baru saja ingin membalas jawabannya yang singkat itu. "Hukuman menunggu jika kau tak mengikuti perintah ku.", ucap senpai yang membuat aku menutup mulut ku yang dari tadi sudah bersiap-siap mengoceh.

A Bad Boy and A Good GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang