prolog

7.5K 315 27
                                    

"Nik!" Robin berlari, membawa tas ranselnya yang kebesaran. Badan mungilnya yang berlari diiringi hentakan tasnya membuat Niken menahan tawa.

"Lo ninggalin gue." Robin mengerucutkan bibirnya.

"Lo kelamaan." Niken nyengir.

Dua siswa berseragam putih-biru itu berjalan menuju sekolah mereka, mereka terlihat sangat ceria, tertawa sana-sini sampai geram pengendara motor dibuatnya karena mereka berjalan seenak jidat seperti jalan itu milik nenek moyang mereka.

"Hati-hati dong!" Robin menyentil telinga Niken yang terlihat karena rambut panjangnya terjalin rapi.

"Iya hahaha. Lo kocak banget kemarin nyuri mangga di rumah pak Selamet tau gak. Pake acara jatuh segala." Niken masih tertawa.

"Lo jangan ngetawain gue terus dong!" Robin dongkol sekali dengan gadis di sampingnya ini.

"Niken. I love you hehe." Robin nyeletuk.

Pletak.

"Aw." Robin mengusap kepalanya, jitakan itu sukses membuat kepalanya pening.

"Kebanyakan nonton sinetron sih." Niken tertawa lagi.

"Ya guenya bercanda. Siapa juga mau pacaran sama cewek alay macem elu?" Robin menjulurkan lidahnya, mengejek.

"Apa lo bilang?!"

"Facebook lo aja fotonya monyong-monyong. Kurang-kurangin woy." Robin tertawa.

Niken mendengus.

"Iya-iya, maaf." Robin menjulurkan jari kelingkingnya.

Niken pura-pura ngambek.

"Yah. Enggak mau ya?" Robin masih tetap menaikkan jari kelingkingnya di hadapan Niken.

"Iya ih. Makanya jangan nyebelin."

"Iya, hehe."

"Bin."

"Hm?"

"Sama-sama terus ya?"

"Iya."

Kita itu kaya kupu-kupu. Bisa bermetamorfosa kapan saja. Waktu sudah mengaturnya.

Seandainya aku tahu kalau itu memang kamu, aku sudah memilihmu dari awal. Tapi kalau aku memilihmu dari awal, mana tahu kita arti sebuah pengorbanan dan perjuangan? –

******

Hi jangan lupa selalu update sama revisi-nya time ya!😚

WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang