Chapter 23

1.5K 89 6
                                    

Niken berjalan menuju kelas dengan langkah sedikit gontai untungnya ada Helena dan Erin yang memapah Niken.

Mereka sudah tidak peduli lagi atas apa yang dibicarakan oleh siswa lainnya tentang dirinya yang diberitakan di mading. Niken mengerti, hidupnya harus tetap dijalani, toh sudah mau ujian.

Ketiga gadis itu memasuki kelas yang ramai, tatapan mereka beralih pada Isa yang duduk sendirian di sana.

"Isa?" senyum Niken berbinar.

Isa langsung berdiri dan berlari seraya memeluk Niken erat. Yang dipeluk hanya kelabakan.

"Hey, apaan nih?" Niken berusaha menagan tawanya.

"Maafin gue Nik." ucapnya seraya melepas pelukan itu.

"Untuk? Lo sama sekali gak salah apa-apa sama gue Sa." Niken tersenyum, senyum yang meluluh lantakkan hati Isa yang dengan bodohnya menghianati Niken.

"Mading itu, kerjaan gue." Isa tertunduk lesu. Bahkan bila ia ditendang pun ia sudah siap.

Ketiga sahabatnya itu hanya diam, bingung, tidak percaya dan kecewa atas perlakuan Isa.

"Elo?!" Helena menyentak.

"Elo kenapa gini sih?! Gue- astaga Sa gue bener-bener nggak nyangka." Erin membulatkan bibirnya.

"Kenapa Sa?" kini giliran Niken yang angkat bicara, suara serak itu, sukses membuat Isa menitikkan air mata penyesalannya.

"Gue salah apa Sa? Lo bilang dong, kalo gur salah, maaf." lanjut Niken.

"Karena Sarah." jawaban Isa membuat ketiga sahabatnya tertegun.

"Sarah?"

***********

"Lo putusin Niken?! Demi apa lo?!" Delon berteriak persis di samping telinga Kevin.

"Ah, mupeng gue dengerin lo tau gak." sahut Kevin santai.

"Lo, wah parah lo beneran sinting kan. Gue kata apa kalo lo belum siap lupain Sarah gak usah sok-sokkan pacaran deh" Delon mengusap-usap kepalanya yang tidak gatal itu, entah kenapa dia yang repot sendiri.

"Dia udah punya Robin kali." sekali lagi Kevin membuat Delon mengerang.

"Astaga. Lo tuh rumit banget tau gak Vin. Mereka cuma temen gak lebih. Gak kaya lo sama Sarah!"

"Dia kekanak-kanakkan Lon. Ini itu gak boleh dikiranya gue apaan."

"Vin, lo pernah ada buat dia? Lo pernah mikirin dia? Lo pernah tau rasanya khawatir seperti dia? Bahkan sedikitpun lo gak rasain apa-apa buat dia. Di kepala lo cuma ada Sarah, Sarah, dan Sarah. Sampe kapan lo mupengin dia terus kalo jelas-jelas di depan mata lo ada yang lebih baik?" ucap Delon panjang lebar.

"Waktu emang udah buat lo gak bisa lupain Sarah, tapi nanti waktu juga yang buat lo bener-bener nyesel ninggalin Niken. Inget itu Vin."

Entah kenapa kata-kata terakhir Delon membuat hati Kevin sedikit tercekat. Keputusan Kevin sudah bulat.

"Gue bakal tepatin janji gue ke Sarah, Lon." ucap Kevin.

"Oke, monggo." sahut Delon menahan emosi.

**********

"Robin! Keluar lo!" Sarah memukul-mukul pintu kelas diiringi gerakan mata indahnya mencari laki-laki berkacamata itu.

Yap, ia menemukan laki-laki itu duduk santai dengan telinga yang disumpel pake headset. Sarah langsung menghampiri Robin.

"Woy! Budek!" ucap Sarah sambil menarik headset Robin dari belakang. Tapi sial, Robin tidak sengaja menyiku perut Sarah sampai ia hampir terjatuh. Tangan Robin sudah melingkar sempurna di pinggang Sarah, menyelamatkan gadis itu agar tidak jatuh.

"Bisa hati-hati?" ucap Robin enteng.

Dan yap Sarah blusshing akibat perlakuan Robin dari kemarin yang membuatnya benar-benar mabuk.

"Lo!" Sarah melupakan perasaannya itu. Ia langsung ke inti permasalahan.

"Apa?" Robin langsung berdiri. Sarah hanya mendongak. Jelas, Robin jauh lebih tinggi dibanding Sarah.

"Lo udah ngibarin bendera perang sama gue!"

"Iya benar." sahut Robin santai.

"Lo bener-bener ya!" Sarah langsung mengeluarkan sumpah serapahnya.

"Lo gajelas ngomong apa." ucap Robin lagi.

"Lo bikin malu gue di kafe!" bentak Sarah lagi.

"Bikin malu? Kaya gini?" Robin langsung melingkarkan tangannya di pinggang Sarah, membawanya maju ke dalam dekapannya 'lagi'.

Sarah membulatkan matanya, baru pertama kali ia merasakan perasaan ini, perasaan yang tidak pernah dirasakannya pada lelaki lainnya kecuali Kevin.

"Malu?" ucap Robin lagi, Sarah hanya diam.

Cup.

Robin mencium pipi Sarah, ia langsung melepaskan pelukannya. Iya otomatis seisi kelas bersorak. Sarah masih berdiri kaku di tempatnya.

Robin mendekat lagi, ia menyelipkan rambut panjang Sarah ke belakang telinga gadis itu. Robin mendekatkan bibirnya ke telinga Sarah yang membuat seisi kelas bersorak lebih keras.

"Makanya jangan macem-macem sama gue." bisiknya.

Sarah bisa merasakan hembusan nafas dari seorang Robin yang membuat nafasnya lebih kalang kabut.

Tanpa Sarah sadari, hati Robin juga berdetak kencang atas perlakuannya sendiri kepada Sarah. Perasaan yang sama saat ia ada di dekat Niken.

*******

Woyo! Chapter 24 pendek ya guys wkwk. Iya sengaja biar kalian makin penasaran.

Btw ini udah mau ending loh ya, jadi yah begitulah. Hehe

Lupa, aku bakal publish cerita keduaku, tapi aku selesaiin ini dulu. Astungkara, TIME bisa cepet selesai dan tetap disukai oleh kalian❤

Regards,

Dapin

WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang