Chapter 1

4.3K 239 16
                                    

Niken berpacu, melawan keringat, melawan panas yang membara. Ia tetap berdiri di sana, tidak mau pergi. Ia tetap berjuang mendapatkan yang ia inginkan.

"Bu! Nasi saya woy lama banget nih saya berdiri!"

"Sabar neng." ibu kantin masih sibuk nyomot makanan buat anak lain.

Niken geram. Ia lapar. Banget.

"Mau makan bareng?" suara laki-laki super cool itu mengagetkannya.

Niken melongo, mengetahui siapa pemilik suara super menggelegar yang menggetarkan hatinya.

Kevin Adnyana, si cowok super famous se-antero SMA HARAPAN. Bukan apa-apa, Niken sudah menaruh hati pada laki-laki itu sejak baru masuk ke sekolah menengah atas. Anggota paskibraka juga anggota osis. Ditambah perawakannya yang tinggi jangkung juga suara cool nya, membuat Niken meleleh.

"Kevin?"

"Yuk, daripada kamu ngantre nggak dapet-dapet." Kevin menertawakan Niken. Niken dengan dandanan super gak jelas, penuh keringat dan wajah kumal itu membuat Kevin tertarik.

Gadis itu istimewa, menurutnya. Well, dia beda aja. Gadis yang memili 17 lapis percaya diri entah darimana dapatnya.

"Boleh-boleh." Niken nyengir kuda.

Robin, Isa, Helena, dan Erin yang sedari tadi menunggu gadis itu bingung, pergi kemana cewek gesrek aneh itu.

"Bin, kenapa tuh si Niken ganti gaya rambut jadi pendek begitu? Stres mau ujian?" Helena menguyah baksonya sampai mulutnya penuh.

"Kesambet anime tuh cewek." Robin mengelus-elus perutnya yang sudah penuh itu.

"Dia masih sanggup ngantre? Lama amat." Isa mendengus.

"Bukan ngantre, tapi makan sama pujaan hati." Erin menggerak-gerakkan alisnya.

"Ha?" keempat orang itu serempat membulatkan bibir dan bola matanya.

Erin terkejut.

"Biasa aja dong."

"Maksud lo?" Robin mengernyit.

"Noh liat sono!" Erin menunjuk ke salah satu meja.

Di sana terlihat Nikan dan Kevin sedang duduk berhadapan dengan satu piring bagi berdua.

"Buset, ngapain tuh anak?" Robin mendengus kesal.

"Mimpi indah dia malam ini." Helena menggeleng-gelengkan kepala.

"Lo kelamaan sih Bin!" Isa menepuk bahu Robin.

Nyesssss.

"Omongan lo nusuk banget sih." wajah Robin kecut.

"Makanya buruan." Erin tertawa lebih kencang.

"Bodo." Robin menopang dagu. Malas.

*********

"Bin lo tau tadi gue makan sama Kevin?! Astaga itu adalah hal terindah dalam hidup gue." Niken terus berceloteh sepanjang menuju parkiran.

"Hm." Robin hanya manggut-manggut tak berselera.

"Robin! Gue lagi cerita juga. Ah males deh." Niken berhenti tiba-tiba tidak mau mengikuti Robin berjalan.

"Apaan sih sok ngambek begitu deh. Buruan dong ah panas nih." Robin menutup kepalanya dengan topi hoodie nya.

"Biarin. Hati gue lebih panas kalo lo nggak dengerin gue ngomong." Niken cemberut. Ia menundukan kepalanya.

Robin langsung berlali menghampiri Niken.

WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang