Chapter 7

34 4 0
                                    


"Oh ya. Gue ada kabar baik sama kabar buruk. Mau denger yang mana dulu?"

"Yang buruk dulu aja." jawab Vania spontan. Dia sungguh penasaran apa yang akan di beritahu Galih.

"Rika ngga kepilih jadi ketua kelas." langsung saja Rika menghembuskan nafas lega. Vania sendiri hanya mengerang kecewa."Ga seru ah! Terus kabar baiknya?"

Galih mengangkat kembali ujung bibirnya dan menjawab."Selamat Rika, seenggaknya lo berhasil jadi wakil ketua."

Rika kembali shock dan Vania yang bersorak gembira. Ika yang mimiknya telah normal kembali, hanya tertawa kecil sebagai respon.

"Ya udah yuk pulang." ajak Ika kepada yang lainnya. Mereka pun langsung berjalan pulang tak mempedulikan Rika yang masih muram.

"Eh rumah lo semua-- kecuali si Galih pastinya-- dimana?" tanya Rika tiba-tiba, mencoba mengenyahkan pikiran dari 'masalah baru' dan mengembalikan semangatnya yang hilang tadi. Semuanya kompak langsung menengok ke arahnya.

"Gue sih di gang deket perempatan sana." ucap Vania sambil menunjuk arah rumahnya dengan dagunya.

"Kalian tau perumahan di dekat sekolah?" tanya Catherine dan yang lain mengangguk. "Aku tidak tinggal di sana."

"Hei!" Saat itu juga mereka ingin sekali menimpuk Catherine. Bisa saja bule satu ini bercanda.

"Sorry, just kidding. Aku tinggal di perumahan venus." decak kagum pun bermunculan mengingat bahwa perumahan itu merupakan perumahan elit yang isinya bisa di pastikan orang-orang kaya.

"Kalau aku deket kok. 5 menit naik angkot juga nyampe." jawab Ika. 'itu juga kalo ga macet sih...'

"Itu kan lumayan jauh. Malah lebih jauh dari Catherine. Apa ngga kemalaman sampe rumah?" ucap Vania. Dia sendiri yang rumahnya bisa di bilang tergolong dekat saja merasa antara rumah dan sekolah itu jauh banget.

"Enggak kok. Kan aku udah bilang kalau naik angkot cuma 15 menit." Rika dan Galih saling menatap kemudian mengangguk menyetujui sesuatu--

"Mending lo jangan naik angkot deh, Ka." "Mendingan dianterin Rika aja." --Dan ternyata yang diucapkan keduanya justru berbeda. Rika dan Galih saling memandang heran.

"gue kira lo sepikiran sama gue." sungut Rika. "gue kira elo yang sepikiran sama gue." delik Galih. Muncul listrik statis di antara mereka. Rika mendengus, malas melanjutkan perdebatan karena ada hal yang lebih penting saat ini.

Rika menengok ke arah Ika "Bahaya kalau cewek naik angkot sendiri apalagi ini udah mau malem. Bareng kita aja. Lagian searah juga kan?"

"Iyain ajalah, Ika. Gue yakin lo ngga bakal berkutik kalau lu udah di culik sama supir angkotnya kan?" walaupun kata-kata Vania membuat Ika kesal tapi ada benarnya juga. "Gue khawatir lho kalau lo beneran naik angkot."

Untuk pertama kalinya Ika merasa tersentuh dengan ucapan Vania sejak dia bertemu dengan Vania. "Gue sama Rika juga bakalan nganterin sampe rumah lo. Kan bu Anita juga udah ngasih tau kita berdua buat jagain kalian." ucap Galih membuat Ika semakin tersentuh. Tapi ada sedikit perasaan tidak enak karena merepotkan teman-temannya itu.

"Tapi aku ngga enak juga kalau nyampe ngerepotin kalian." pundak Ika di pegang seseorang dan saat dia menengok didapatinya yang melakukan hal itu adalah Catherine.

"Keselamatan kamu lebih penting. Jadi kita lebih baik jalan saja bersama-sama ya" ucapan Catherine membuat Ika tak sanggup menahan senyumnya. Di angguknya kepalanya menerima ajakan teman-temannya itu. Vania langsung merangkul Ika dan mereka pun langsung berjalan pulang.

They-daysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang