Sial! Itulah yang ada di pikirkannya sekarang. Gadis itu mempercepat langkahnya. kuncir kudanya melambai-lambai ke kanan-kiri ketika ia berlari. Sesekali dia melirik jam tangannya dan kembali fokus berlari.
Ia bangun lebih lama dari biasanya, matanya begitu berat untuk terbuka. Gara-gara begadang membaca buku semalam, ia begitu mengantuk pagi ini.
"Ya Tuhan, semoga masih sempat.." lirihnya gelisah.
Jika dia sampai terlambat, akan dia hajar kakaknya sampai babak belur.Dengan teganya sang kakak meninggalkannya hanya karena urusan penting yang dia TAHU apa itu. Hal ini diketahuinya ketika membaca memo yang di tempel di pintu lemari es.
Di tambah, keadaan ibukota yang macet membuatnya berfikir ulang untuk menaiki angkutan umum. Dan akhirnya beginilah. untung jarak ke sekolahnya tak begitu jauh.
Melihat gerbang bertuliskan SMA 20 yang sudah di depan mata, membuat kakinya berlari semakin cepat.
"PAK! JANGAN DI TUTUP DULU!" teriaknya saat penjaga gerbang mulai menutup gerbang perlahan. Entah tidak mendengar atau tuli, penjaga itu terus menutup gerbangnya dengan santai.
Dia berlari sekuat tenaga menggapai gerbang. Dan berhasil! Dia harus bersyukur dengan tubuhnya yang kecil ini. Si penjaga gerbang cukup terkejut karenanya.
"Kau terlambat." suara seseorang mengintrupsinya.
Dia menengok ke asal suara, mendapati seorang pemuda tak jauh darinya. Di lihat dari skoder bertuliskan 'XI' di pundak pakaiannya, pemuda itu adalah kakak kelasnya.
"Maaf kak. Tadi saya terlambat karena di jalan macet. Jadi saya segera lari dari rumah." jelasnya sambil mengelap keringat. Sepertinya dia mesti nimbang berat badan lagi deh.
"Saya mengerti. Kali ini saya maafkan mengingat kau murid baru." pemuda itu membuka buku yang di pegangnya dan mengambil pulpen.
"Bagaimana kakak tau saya mu " melihat kakak kelas di depannya memerhatikannya dari atas ke bawah. " maaf saja kalau saya pendek."
"A-ah kalau begitu siapa namamu? Walau kau murid baru, saya tetap harus mencatat namamu."
"Ika Putri."
"Eh? Kayaknya pernah denger deh namanya." kakak kelasnya ini membuat pose berfikir yang menurut gadis bernama Ika itu menggelikan.
"Ya udah kak, saya ke lapangan dulu." Ika berlalu meninggalkan kakak kelas itu yang masih tampak berfikir.
""Untung tepat waktu.""
Ika berhenti. Ada orang lain yang mengucapkannya bersamaan dengannya. Dia kembali memutar badan dan mendapati gadis lain di balik gerbang. Tadi dia bilang 'tepat waktu' kan?
"Apa maksudmu tepat waktu?! Kau terlambat 15 menit dan bilang tepat waktu?! Habis ini kamu bersihin lapangan!" kakak kelas tadi menghampiri gerbang dan membukannya.
"Sebutkan nama dan kelasmu."
"Vania Jadira. Kelas 10."
"Eh? Kau murid baru juga?"
'juga?' Vania memiringkan kepalanya untuk melihat Ika yang masih memperhatikan drama yang berlangsung di depannya.
Vania langsung tersenyum dan melambai kan tangannya. Ika yang bingung hanya melambaikan tangan begitu saja tak lupa membalas senyumannya. Kakak kelas itu heran dan menolehkan kepalanya kemudian menengok ke Vania lagi.
"Temen?" Kakak kelas itu menunjuk Ika dengan jempolnya. Vania membalasnya dengan senyuman lagi, kali ini di tujukan untuk kakak kelas di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
They-days
Fiksi RemajaIka seorang introvert, dihadapi Vania sesama murid baru di skolahnya yg konyol dan santai parah! Catherine, bule yang bicaranya sopan tapi nyelekit di hati. 2 orang cowok yang yg slalu bertengkar karena masalah sepele turut mewarnai hari" di dekolah...