Prolog

113 10 9
                                    

Suasana hening, mayoritas peserta fokus pada alat tulis dan lembar soal masing-masing. Mereka tengah mengerjakan tes masuk akademik jalur regular.Para peserta diberi waktu 90 menit untuk menyelesaikannya dan telah dimulai sejak pukul delapan pagi tadi. Tes ini diadakan di dua ruangan, A dan B.

Di ruang A. Dalam menit-menit ketegangan itu, seseorang berdiri dan maju menuju meja terdepan. Kedua tangannya terulur, menyerahkan lembarnya kepada seorang lelaki dewasa yang diyakininya sebagai pengawas tes.

Si pengawas menerima lembarnya, lalu melihat waktu di smartphone-nya yang diambil dari saku kiri kemejanya. Sementara gadis itu masih di berdiri tempat.

"Yakin? Tak perlu terburu-buru. Masih ada 30 menit lagi - " tuturnya sambil melirik pada kolom nama di lembar gadis itu " Ika."

"Iya, tadi saya sudah mengeceknya berulang kali."

"Baiklah,kau boleh keluar." Segera Ika merapikan alat tulisnya. Setelah salim, gadis itu segera keluar ruangan. Beberapa orang ada yang menatap kagum. Namun adapula yang masih bergelut dengan lembar tes, salah satunya gadis berambut pirang yang paling mencolok di sudut ruangan.

Ika, orang pertama yang menyelesaikan tes masuk akademik SMA 20 di ruang A.

Sementara di ruang B, tampak seorang lelaki menatap lurus pada seorang pemuda di seberangnya. Hal ini dilakukannya sejak 15 menit yang lalu setelah ia menyelesaikan lembar tesnya, tapi belum mengumpulkannya entah kenapa.

Saat si pemuda yang ditatap berdiri hendak mengumpulkan tesnya, dia tiba-tiba turut berdiri pula dan langsung menyerobot si pemuda di depannya yang sontak menuai keterkejutan di sekitarnya.

"Yes, gue menang!" ucapnya setelah menyentak keras meja pengawas mengumpulkan lembar tesnya . Tentu saja kata-katanya ditujukan pada orang yang diserobotnya tadi.

Lawan bicaranya mematung, masih tercengang atas kejadian yang baru menimpanya. Untungnya, ia tak sampai terjatuh. Kini menatapnya kesal.

"Apa sih,Ga! Biasa aja kali! Emangnya lo pikir kita lagi kompetisi, apa?!" Oke, sepertinya mereka lupa kalau sedang ada guru yang saat ini menatap mereka geram. Sementara para peserta lainnya turut memperhatikan mereka yang 'berbicara' seolah berada di dunia sendiri mungkin.

"Gue ngumpulin lembar tesnya lebih cepat dari lo." Jawabnya datar. Sontak emosi pemuda di hadapannya kian membuncah. Tak habis pikir dengan jalan pikiran teman semasa SMP-nya kini.

"Lo tuh ya " belum pula perkataannya diselesaikan, sang guru pengawas keburu memotongnya.

"Udah selesai ngobrolnya?" guru itu tersenyum, namun disekitarnya terasa aura mencekam. "Kemarikan lembarmu, dan keluar dari sini segera!"

Barulah ia sadar bahwa mereka tengah menjadi pusat perhatian. "Ma-maaf, bu." Buru-buru ia memberikan lembarnya. Namun saat ia menoleh kembali, 'teman'-nya yang memulai perkara sudah tidak ada. 'Tch, sialan lo, Ga' rutuknya dalam hati.

Setelah dua orang itu pergi, sang guru menoleh dan memandang ke seisi kelas. para peserta yang menyaksikan kejadian tadi kini menatapnya pula.

"Apa? Selesaikan tes kalian! 10 menit lagi!" sentakannya membuat mereka tersadar dan kembali fokus untuk melanjutkan penyelesaian jawaban tes mereka masing-masing. Satu pemikiran pasti terbesit di benak mereka untuk memasukan pengawas ini kedalam daftar 'guru killer' apabila mereka lolos nanti.


Ini story pertama kami di wattpad sebagai penulis amatir, jadi Readers... vote dan saran tentunya sangat membatu ya!

They-daysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang