Setelah mendengar pengakuan Ika dan penjelasan Bella, keterkejutan Ika menular kepada yang lain. Bahkan Adnan yang menjadi penasaran, turut mendengar begitu terkejut dan tak percaya sepaham dengan Bella.
"Habis si Ed itu kerjaanya cuma ngapelin Bella." namanya yang tadi di sebut langsung diprotes tapi tak di indahkan oleh yang lainnya. Mereka lebih tertarik dengan konfirmasi Ika.
"Orang yang kerjaannya cuma ngapelin kak Bella itu emang kakakku." tak ada alasan lagi untuk mengelak ucapan Ika.
"Emang sampai segitunya ya sampai kakak sekalian ngga percaya Ika sama kak Edward kakak adek?" Vania yang paling pertama menerima realita. Awalnya memang dia terkejut mengetahui hubungan antara Ika dan Edward, tapi menurutnya respon kedua kakak kelasnya ini terlalu berlebihan.
"Yah iya lah!" ucap Adnan dan Bella bersamaan. "Bayangin aja adeknya yang kalem dan normal ini punya kakak nyentrik yang suka nyari masalah sama guru padahal dia itu ketua OSIS?!"
Walau penjelasan Adnan agak sarkasm tapi para murid kelas 10 itu sedikit terkejut karena ketua OSIS mereka ternyata punya sifat seperti itu.
'apa aku sebegitu membosankannya?' ,Sementara si 'adek' Cuma diam terpaku akibat kata-kata yang dirujukkan Adnan padanya.
"Gue ngga nyangka kalau kakak lo punya kelakuan 180 derajat beda dari lo." celetuk Galih kagum walau wajahnya masih datar-datar saja.
"Yang aku ngga nyangka itu ternyata kakak jabat sebagai ketua OSIS." ucap Ika sambil memerhatikan meja di depannya yang menurutnya lebih menarik dari apapun. Hening sesaat sebelum gebrakan mengalihkan perhatian mereka.
"Lah lo sendiri kenapa ngga tau kalau kakak lo itu ketua OSIS?!" tanya --atau bentak?-- Vania dengan heran lalu meringis kesakitan memegangi tangannya. Ika sempat kaget karena ulah Vania tadi membuka suaranya lagi.
"Mana aku tahu! Lagian kakak juga ngga pernah ngasih tau..." Ucapannya menggantung sesaat.
"Apa pernah ya?" tanya Ika pada dirinya sendiri membuat orang-orang di sekitarnya menatap nyalang padanya.
Terus saja di cobanya mengingat-ingat perihal itu tapi tak berhasil juga. sementara yang lain tetap menunggu, menunggu dan menunggu terus menunggu. Dan entah sudah berapa banyak kata menunggu muncul. Hingga Ika menunjukkan tanda-tanda bahwa dia mengingat sesuatu dan teman-temannya langsung mengerubunginya.
"Oh ya kakak pernah ngomong sekali deh."
"Dan lo baru inget sekarang?!" tanya Rika sambil menatap Ika tak percaya.
"habisnya kakak itu pas smp suka bolos, sekalinya masuk aja telat. Di tambah dia juga pernah kena masalah.." untuk bagian terakhir Ika memelankan suaranya. Melihat dia masih di pandangi buru-buru dia menambahkan kata-katanya. "Ta-tapi dia itu pinter jadi guru ngga ada yang berani sama kakak."
"Nah, itu fakta yang menyebalkan." ucap Adnan di tambah anggukan Bella.
"Sepertinya kak Edward itu sangat pintar ya? Adnan saja sampai mengakuinya." Catherine yang daritadi diam akhirnya buka suara.
"Kayaknya dibilang pinter aja ngga cukup. Jenius mungkin? Mendekati gila." saut Bella.
"Jadi bisa dibilang tampang oke, otak boleh, sifat amburadul." ucap Galih yang membuat yang ada di sana menengok ke arahnya. Ucapannya sih bener, tapi jika keluar dari mulut Galih entah kenapa seperti sedang membicarakan tentang dirinya sendiri.
"Gue ngga mau denger itu dari lo, Ga." ucap Rika mewakili pendapat semua yang ada di sana.
"Tapi gue daritadi penasara," lanjut Galih tak mempedulikan ucapan Rika "kok kak Adnan manggil kak Edward cuma 'Ed' doang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
They-days
Teen FictionIka seorang introvert, dihadapi Vania sesama murid baru di skolahnya yg konyol dan santai parah! Catherine, bule yang bicaranya sopan tapi nyelekit di hati. 2 orang cowok yang yg slalu bertengkar karena masalah sepele turut mewarnai hari" di dekolah...