Upacara penerimaan murid baru, hal yang membosankan bagi sebagian murid terutama jika acara sudah memasuki bagian 'amanat dan semacamnya'. Tapi sebagai pendatang baru, mereka harus menunjukkan sopan santun mereka walau mereka harus menderita dengan teriknya matahari.
Ika sendiri tampak masih setia dengan posisinya. Sesekali dia melirik teman baru di sampingnya yang dengan pulasnya tertidur sambil berdiri. Ika kaget saat mendapatinya sudah tertidur. Di sikutnya beberapa kali bahkan sampai Vania hampir jatuh. Bukannya membuatnya menjadi sadar, malah dia kembali ke posisi sebelumnya dan melanjutkan tidurnya. Ika benar-benar tak habis pikir kenapa dia bisa berkenalan dengan Vania.
"...cukup sekian dari saya. Maaf apabila ada kesalahan. Selamat pagi." Kepala sekolah turun dari podium setelah memberikan sambutan.
""Selamat pagi!""
Semua murid menjawab dengan semangat saking senangnya karena sambutan yang luar BINASA dari kepala sekolah telah usai. Sedangkan Ika hanya memerhatikan Vania yang ikut menjawab keras dengan matanya yang sudah terbuka lebar. Sebenarnya ada apa dengan gadis di sebelahnya ini? Bagaimana jika dia harus menghabiskan tiga tahunnya di sini bersama Vania? Bisa-bisa dia stress berkepanjangan.
Sepertinya dia harus rutin mengecek ke dokter setelah ini. Tidak! Dia harus mengecek setiap hari!
Para murid kelas 10 berdesakan di depan papan mading sekolah. Di sana terpampang informasi pembagian kelas beserta walinya.
Ika tidak ambil pusing dengan itu, dengan uletnya ia menyalip kerumunan bak iklan susu diet di televisi. Di saat seperti ini, ia sangat mensyukuri tubuh mungilnya.
Dengan telaten Ika mencari namanya pada setiap kelas. 'Ah!ketemu!' tunjuknya pada absen nomor 14 di bagian kelas 10-2.
Ika menelusuri nama-nama murid yang akan menjadi teman sekelasnya kalau-kalau ada yang dikenalnya. Benar saja, ia menemukan nama tak terduga yang dikenalinya atau tepatnya seorang yang baru dikenalnya pagi tadi. Vania Jadira tepat di absen nomor 35.
Wah dewi fortuna sepertinya sedang mempermainkan keberuntungannya. Atau tulisan di mading salah cetak harusnya bernama Putri Ika tapi tertukar? Atau panitia sedang menjahilinya kemudian akan bilang kalau ada kamera tersembunyi dan melambaikan tangan ke arah kameranya? Imajinasi Ika benar-benar di luar kendali.
"Sepertinya kita sudah di takdirkan bersama ya, Ika." terdengar suara dari belakangnya. Tanpa berpaling pun dia sudah tau siapa itu.
Mereka pun segera menuju kelas dengan Ika yang terlihat muram. Vania tak menghiraukan Ika dan melanjutkan jalannya. Ika menggelengkan kepalanya. Mungkin dia memang sekelas dengan orang semacam Vania, tapi bukan berarti itu mempengaruhinya. Ika hanya harus fokus pada pelajaran sekolah saja. Tak ada yang perlu di khawatirkan.
Akhirnya mereka sampai kelas yang mereka tuju dan berganti mencari bangku kosong. Bukan bangku mistis yang membawa malapetaka itu ya. Setelah menemukan tempat kosong di pojok kelas, sesegera mungkin mereka lari menempatinya. Ika tepat di dekat jendela, sementara Vania di sebelahnya.
Vania langsung menjatuhkan kepala dan tangannya di atas meja menyamankan diri. Berbeda dengan Ika yang mengeluarkan tempat pensil dan buku tulis.
"Lo perfeksionis ya?" Tanya Vania tiba-tiba. Ika menengok sebentar ke Vania kemudian kembali ke bukunya.
"Ngga juga. Gue selalu nyiapin apa yang perlu." jawabnya sambil mengambil pulpen. "Semua orang pasti juga melakukan persiapan seperti ini."
"Eh? Emang iya?" Ika langsung menoleh ke Vania. Menatapnya tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
They-days
Roman pour AdolescentsIka seorang introvert, dihadapi Vania sesama murid baru di skolahnya yg konyol dan santai parah! Catherine, bule yang bicaranya sopan tapi nyelekit di hati. 2 orang cowok yang yg slalu bertengkar karena masalah sepele turut mewarnai hari" di dekolah...