"manis"

154 11 2
                                    

"hyung! entah kenapa aku semakin tidak menyukai anak itu"  celoteh Dino yang memasuki kamarku.   Aku hanya menatap kearahnya tanda ingin meminta alasan dari ucapannya itu.    "kau lihatkan. Dia bahkan sudah merebut posisi Soohae dari Appa"   sambungnya lagi.

"tidak akan ada yang bisa merebut posisi Soohae dari Appa. Termasuk anak itu"  ujarku pada Dino.  

"tapi, kau tidak lihat. Apa yang dilakukan Appa pada Mia tadi, sama dengan yang biasa Appa lakukan pada Soohae." 

"aku lihat. Tapi tetap saja, tidak ada yang bisa merebut posisi Soohae dari Appa. Apapun yang terjadi"  jelasku lagi pada Dino.

"kalau bukan karena wanita itu. Eomma dan Appa tak akan berpisah. Dan kita juga tidak akan berpisah dari Soohae, dia pasti kesepian dirumah."   

Masih saja Dino sibuk dengan ocehan ocehannya perihal Mia dan Mama nya itu.
Aku juga masih tidak terima akan perpisahan Appa dan eomma.

Ditambah beberapa bulan setelah mereka berpisah. Appa memberi kabar bahwa dia ingin menikah dengan wanita berkebangsaan Amerika, itu sudah cukup mebuatku tak terima.

Tapi, lepas dari semua itu, aku lebih memilih diam dan terlihat  menerima keberadaan mereka. Walau sebenarnya tidak seperti itu.

Lebih baik aku diam dari pada mengoceh tampa henti seperti Dino.

"apa yang akan kau lakukan sekarang hyung?"  tanya Dino padaku.   "ahh aku kembali kekamarku dulu. Good night hyung!"  ucap Dino lagi dan berjalan keluar dari kamarku.

*****

MIA POV

   
      Aku membongkar tas sekolahku. Memastikan adanya tugas atau tidak.  kubuka satu-persatu buku tugasku, dan akhirnya. Soal bahasa Korea terpampang jelas dihadapanku.

Aku mencoba menjawab beberapa soal yang aku mengerti. Dan soal yang sama sekali tidak kupahami kulewatkan begitu saja.

"Dino oppa!"  panggilku dari balik pintu kamarnya.  "Dino oppa, kau dengar aku?"  tanyaku memasuki kamarnya.   "Oppa!"   panggilku lagi.

Namun, sekeras apapun aku memanggilnya ia tak akan mendengar. Dia sibuk dengan buku yang dia baca. Belum lagi earphone yang ia kenakan. bahkan musik yang ia mainkan dapat kudengar dari sini.

"Oppa!"  panggilku dengan menyentuh pelan lengannya.

Mata tajamnya kini mengarah padaku. Dingin, sinis, seperti itulah tatapan yang kurasakan saat ini.

"apa maumu?"  tanyanya kini

"aku ada tugas bahasa korea, aku sudah mengerjakan beberapa soal. Tapi ada beberapa soal lagi yang tidak ku pahami"  jelasku. 

"lalu?"  tanyanya sinis

"tolong bantu aku oppa. Tolong ajari aku"  ucapku.

"pergilah, minta bantuan pada yang lain saja"  ucapnya dan kembali fokus pada buku yang ia baca.

"tapi. Kumohon tolong aku oppa!"  rungutku padanya dengan menarik pelan lengan bajunya.

"PERGILAH!"  bentaknya dengan melemparkan buku yang ia baca kearahku.

"AUW!"   jeritku kesakitan karena sudut buku itu mengenai pelipisku.

    Aku bergegas keluar dari kamar Dino oppa. Aku takmau ia melakukan hal yang akan membahayakan aku dan juga dirinya.Lagi pula Aku tidak mau Mama dan Papa mendengar suara kerasnya.

"Oppa"  panggilku dari balik pintu kamar Jihoon oppa. iya, kali ini aku akan mencoba meminta tolong padanya.

"siapa?"  tanya Jihoon oppa dari kamarnya.

"ini aku" jawabku.

Selepas itu, tak ada lagi kata-kata yang dikeluarkan Jihoon oppa.

       Aku menberanikan diri untuk masuk kekamarnya.

"Jihoon oppa. Bisa bantu aku mengerjakan tugasku? ini tugas bahasa korea. Ada beberapa yang tidak aku pahami"   jelasku padanya.

Ia menatapku perlahan dan beralih kearah buku tugasku. diraihnya buku tugas yang ada ditanganku.
jemarinya kini sibuk menuntun pena untuk menuliskan jawaban dari soal-soal itu.

"ini!"  ucapnya dengan menyerahkan buku tugasku.    "ada apa dengan pelipismu? kenapa bisa terluka?"  tanyanya lagi.

"aku, ini.. I.Ini karena aku tak sengaja menabrak meja, saat mengambil pensil yang terjatuh"  jelasku berbohong.

"gunakan ini"  ucap Jihoon oppa dan memberikan plester padaku.

"trimakasih Oppa!"  seruku. spontan kedua sudut bibirku terangkat Membentuk sebuah senyuman.

kulangkahkan kakiku keluar dari kamar Jihoon oppa dengan hati berbunga-bunga.
Bukan karena bertemu dengan pria idamanku, melainkan karena mendapatkan perhatian tulus dari Jihoon oppa.

*******


"MORNING!! mam, dad, oppa!"  seruku sesaat setelah sampai di area meja makan yang sudah pastinya ada Jihoon oppa dan Dino oppa.

Mata tajam Dino oppa kini beralih kearahku. Tidak. Lebih tepatnya, ia memperhatikan plester yang ada di pelipisku. sadar akan mata tajamnya, aku hanya membalas dengan senyumanku ini.

"Mia!"  panggil Mama tiba-tiba dan mau takmau membuatku harus beralih menatap kearah Mama.

"ada apa dengan pelipismu?"  tanya mama.

"benar. Ada apa dengan pelipismu? kenapa kau menaruh plester disitu?"  tanya Papa yang ikut menimpali pertanyaam Mama tadi.

"ohh i..Ini. Aku-" 

"aku apa?" tanya papa lagi.

"ini.. Ahh ini tergores  ujung meja saat aku mengambil buku yang terjatuh"  jelasku pada papa.

*****

JIHOON POV

"ini.. Ahh ini tergores ujung meja saat aku mengambil buku yang terjatuh"  ucap Mia menjawab pertanyaan Papa dan Mama.

"bukankah samalam dia bilang karena ingin mengambil pensil yang terjatuh? kenapa jadi buku?"   gumamku saat mendengar penjelasan Mia.

aku kembali melanjutkan sarapan pagiku walau masih bingung. Kenapa yang dia jelaskan padaku berbeda dengan yang dia jelaskan pada Appa.

"jihoon" 

"Jihoon!" 

"hyung!kau dipanggil Appa"  ucap Dino dengan menyenggol lenganku pelan.

"ya?!"  ucapku spontan.

"ada apa?" tanya Appa.

"tidak ada apa-apa"  jawabku dengan melahap sarapan pagiku lagi.

"kali ini tak ada alasan. Kau harus mengantarkan Mia ke sekolah"   ucap appa yang hampir saja membuat makanan yang ada dimulutku terlempar keluar.

"tapi-" 

"tidak ada tapi-tapian"  ucap Appa memotong ucapanku.

"My Brother's" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang