Hariku berubah menjadi berwarna kembali semenjak Edo hadir dalam hidupku sebagai seorang kekasih, iya kekasih. Bukan sahabat lagi.
Lucu rasanya apabila aku memutar cerita tentang kita. Awal bertemu tidak ada sapaan satu sama lain, seiring waktu ia mengikuti teman-teman yang selalu menggangguku, berubah baik kepadaku untuk sekedar mencurahkan isi hatinya, dan pada akhirnya kita sama-sama terjebak cinta.
Canda, tawa, dan bahagia selalu menjadi pemanis dalam kisah-kasih kita. Tidak ada kata jaim dalam kamus kita, selalu menjalani dengan santai dan menghargai satu sama lain. Aku mulai merasakan indahnya perbedaan, indahnya persahabatan, indahnya jalinan kasih sayang.
Hampir setiap menit waktuku selalu dengan Edo, baik di sekolah atau pun di chat. Oh, astaga! Aku belum membaca satu chat darinya semalam karena aku tertidur.
Edo : An!! Mamaku tau tau kalo aku pacaran sama kamu, lho. Barusan aku cerita ke mama.
BENAR-BENAR GILA!!! Kenapa dia bercerita tentang aku? Ah! Moodku menjadi hancur, rasanya tidak ingin membalas chatnya. Tunggu sebentar! Kenapa aku harus panik? Seharusnya aku senang karena ia berani mengenalkanku kepada keluarganya, meskipun hanya pada ibunya. Apa karena hubungan kita yang baru seumur jagung ini yang membuatku gelisah? Rasanya tidak. Iya benar. TIDAK. Atau karena perbedaan ini yang membuatku merasa gelisah? Ugh! Entahlah, aku enggan berpikir panjang.
Ani : Terus mamamu bilang apa?
Edo : Mamaku bilang kalo kamu cantik. Hampir mirip Cina gitu deh..
Ani : Bukan itu maksudku.. Gimana responnya tentang perbedaan kita?
Edo : Oh.. No respon kok. Cuma disuruh hati-hati aja. Selagi masih ada waktu, pikirkan baik-baik.. Itu katanya.
Dug! Rasanya seperti terkena goresan jarum. Terbesit. Sepintas terlintas di pikiranku tentang apa yang ada di pikiran mama Edo. Ia seperti menyarankan supaya Edo menjauhiku. Ya, karena perbedaan pastinya. Oh tidak juga, bisa saja ia membiarkan Edo menjalani sesuai keinginannya. Ah sudahlah, ikuti saja permainan waktu.
Seperti remaja lainnya, kisah-kasihku bersama Edo sangat menyenangkan, bahkan bisa dibilang aku lebih beruntung daripada mereka. Lewat perbedaan ini kita bisa lebih saling menghargai, saling mengerti, dan saling mengingatkan, indah bukan? Aku sangat menikmati perbedaan ini seperti aku menikmati masa mudaku. Indah rasanya.
Ketika hari Minggu datang, aku tidak pernah mengajak atau selalu menolak ajakan Edo untuk berjalan-jalan. Karena aku tahu di hari Minggu ia harus pergi ke tempat peribadahannya. Begitu juga dengan Edo yang selalu menghentikan obrolan ketika waktu ibadahku tiba, ia selalu mengingatkanku untuk melaksanakan ibadah.
Bohong rasanya apabila dalam suatu hubungan tidak pernah ada konflik. Terkadang aku merasa risau dengan perbedaan ini. Tapi untungnya selama ini semua konflik itu bisa diselesaikan dengan baik-baik. Pasti ada yang mengalah untuk menyelesaikan masalah, selalu ada yang menasehati untuk meredakan emosi. Dan ini yang membuatku semakin yakin bahwa kita mampu menghadapi perbedaan. Ya. Aku yakin.
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤