Pertemuan

78 5 0
                                    

Matanya berwarna cokelat gelap dengan tatapan meneduhkan. Hidungnya yang mancung tepat berada di depan hidungku. Aku terpana dengan wajah tampannya yang semakin mendekat...

Bibirnya mulai menyentuh bibirku dan....

TUKK TUUKK TUKKK!!!

"Hallo, mbak! Hei, mbbaaakkk!!!!"

Ternyata mimpi. Aku menemukan diriku setengah sadar terbangun dari tidur di atas meja receptionist. Lagi...

"Mbak! Bangun, mbak. Gimana sih masa tidur disini", suara berat dari orang yang mengetuk mejaku. Buru-buru kuperbaiki kacamata agar tepat posisi dengan jari telunjukku. Perlahan aku mendongakkan kepala ke arah suara dengan mata separuh tertutup. Tampak seorang pria muda, wajahnya samar, menggandeng seorang wanita. Yah... mungkin wanita penghibur yang sedang mabuk. Ku lirik jam dinding, ternyata sudah pukul 2 pagi.

Isshh... Dasar lelaki hidung belang. Mengganggu mimpi indahku saja.

"Apaan sih, mas!?" Jawabku gusar dengan tampang kesal.

"Ini mau dibayar gak? Saya udah mau cek out." Jawabnya dengan nada jengkel.

"Kamar nomer berapa?", balasku manyun sambil menatap layar komputer.

"608."

"475 ribu."

"Nih." Ucapnya sambil meletakkan uang tunai senilai Rp.500.000 di atas mejaku. Aku meraih uang itu langsung mengambil uang kembalian tanpa memperhatikannya. Ternyata ia sudah keluar sambil menopang wanita mabuk itu menuju parkiran. Aku berlari sampai keluar pintu masuk hotel.

"Hei, mas. Nih uang kembaliannya." Teriakku sambil melambaikan uang kembalian. Ia menoleh sekilas ke arah ku.

"Simpan aja, mbak. Buat mbak ngelap tuh iler basi di pipi." Teriaknya sambil melambaikan tangan kirinya membelakangiku.

Kamvret. Nyebelin banget sih. Sok suci. Hhuuu... Gumamku sambil memegang kedua pipiku yang basah karena iler. Aku lalu beranjak perlahan menuju pintu hotel sambil menyapu iler di pipiku.

Begitulah caraku melalui malam-malam menyebalkan di Hotel tua ini. Hotel tempat prostitusi. Uppsss....

Namaku Jhoanna Victoria Geraldie. Aku bekerja sambilan di hotel tua dekat perusahaan tempatku bekerja dengan gaji yang pas-pasan. Sebagai karyawati biasa, dengan ijazah SMA, gaji yang kuterima setiap bulan belum dapat menutupi kebutuhan di rumah. Ditambah lagi adik perempuanku yang masih sekolah. Ibuku, Virna, menjual kue basah yang biasa dititip di warung-warung sekitaran komplek. Ayah? Aku sudah lupa dengan sosok ayah yang sudah meninggalkan kami demi wanita selingkuhannya. Aku tinggal bertiga dengan ibu dan kakek di rumah. Rumah kami sederhana namun lebih baik dari sekedar tempat berteduh. Meskipun terasa berat, aku tetap bersyukur karena kehidupan pahitku ini masih jauh lebih baik dibandingkan berjuta orang di luar sana.

"Mbak." Suara yang tak asing kudengar dari arah belakangku menghapus lamunanku tepat sebelum aku melangkahkan kaki memasuki pintu masuk hotel. Aku menoleh.

Pria yang tadi...

"Kenapa, mas? Bekasnya ketinggalan?" Tanyaku jutek. Aku memang benci pria mesum seperti dia. Wajah tak berdosa, berhati siluman buaya.

"Mbak karyawati di Ralph Group, kan?" Tanyanya halus sambil menunduk sopan.

"Iya, kenapa?"

"Mbak gak kenal saya?"

Mataku menyempit dengan dahi mengkerut sambil memperhatikan pria itu dari ujung kaki sampe ujung rambut. Dalam hati aku bertanya penasaran.

Siapa? Siapa? Siapa?...

Ms. Dreamer Finding LoveWhere stories live. Discover now