Joan POV
"Nak Joan mau, kan, nikah sama anak om?" Tiba-tiba Om Dovi memulai pembicaraan.
UUHHUUUKKKK....UUHUUUKK...UUHHUUKK....
Aku tersedak air teh yang ku minum. Sampai-sampai airnya keluar melalui hidungku. Buru-buru kuambil tisu di meja langsung menutup hidungku. Eyang segera menepuk punggungku.
"Astaga nak Joan sampai kaget begitu, Pah." Ucap tante Memei tak enak sambil melirik suaminya.
"Gak papa tante. Joan tadi buru-buru minum jadi tersedak gini." Jawabku meredakan kekhawatiran tante Memei.
"Jadi... Gimana? Nak Joan mau?" Tanya Om Dovi sekali lagi. Kini kedua pasutri itu menatapku penuh harap. Aku mengalihkan pandangan pada eyang. Aku bingung harus menjawab apa. Eyang mulai mengerti arti pandanganku.
"Eyang tahu ini mendadak. Tapi Joan perlu tahu kalau perjodohan ini sudah disepakati eyang dengan ayahnya nak Dovi sejak jauh-jauh hari. Kami ingin cucu-cucu kami menjalin hubungan erat layaknya kami yang bersahabat dulu." Jelas eyang sambil menerawang melihat ke langit-langit.
"Betul nak Joan." Timpal tante Memei. Aku diam sesaat dan berpikir.
Setidaknya aku bisa memenuhi wasiat eyang. Lagi pula anak Om Dovi belum tentu mau kan, pikirku.
"Baiklah, Joan bersedia menikah dengan anak om dan tante." Jawabku pelan. Sesaat tampak senyum lebar di wajah om Dovi dan tante Memei.
Dalam hati aku hanya bisa berharap anak mereka menolak perjodohan ini. Mungkin aku memang termasuk jomblo akut, tapi aku masih ingin menikmati masa lajangku. Aku tak begitu tertarik dengan pernikahan ini. Apalagi aku tidak mengenal calon suamiku itu.
"Kalau begitu, nanti tante atur pertemuan nak Joan dengan anak tante, ya." Ucap tante Memei sumringah.
-------
Yoel POV
Sial. Gara-gara kejadian semalam nama baikku terancam tercoreng. Betris memang selalu merepotkan. Sampai kapan mau begitu terus...
Siang itu pikiranku tak karuan. Aku menggerutu di dalam hati. Aku mengingat kejadian 2 hari yang lalu. Betris mantan kekasihku ketika SMA yang juga seorang artis, tepatnya pemain sinetron, sering merepotkanku. Sudah berjuta kali ia memohon untuk kembali, tapi aku menolak. Entah dia bodoh atau sengaja mencari perhatian, aku selalu jadi super hero-nya ketika ia mabuk. Sudah beberapa kali ia diajak tidur oleh lelaki-lelaki brengsek yang mengambil kesempatan ketika ia mabuk di club malam. Mengingat posisi jabatanku sekarang aku harus berhati-hati, terutama pada karyawati di hotel itu. Aku tak ingin citraku rusak.
Aku harus menemukannya...
Aku terus berjalan dari arah kantin menuju lift. Sampai akhirnya aku terhenti di depan deretan kubikel pagawaiku. Aku menoleh dan berhenti sejenak. Ada pagawai yang tertunduk suntuk di meja kerja.
Inikan masih jam makan siang. Pegawai rajin mana sih yang masih di meja kerja?
Aku berjalan perlahan mendekati kubikel itu sambil berusaha melihat wajah pegawai tersebut.
"Ehemmm... Bukannya seka...."
Ya Tuhan... Dia tidur. Iler mautnya sampe tumpeh-tumpeh di lantai. Ada perempuan jorok begini?
"Ehhmmm... Eehhmmmm..." Sengaja kukencangkan suara agar ia terbangun, ternyata sia-sia. Lama kuperhatikan wajah lucunya yang tak asing buatku. Aku tersenyum sendiri. Tiba-tiba ia membuka mata. Mata kami bertemu seolah berkata "siapa ya?". Iapun menarik kepalanya dari meja dan menegakkan tubuh.
YOU ARE READING
Ms. Dreamer Finding Love
RomanceYoel James Ralph POV "Masukkan tanganmu ke dalam saku celana saya." "WHAATTT???" Tanyanya kaget. "Saya bilang SE-KA-RANG!" Paksaku. "Ahh.... Hai, Na", ucapnya sambil melambaikan tangan ke arah belakangku. Sontak aku menoleh kebelakang dan... BUUKKKK...