#04 : Lelaki dan Petunjuk

21 3 0
                                    


Sudah berapa lama aku seperti ini...

Hari hariku berlalu tanpa makna

Satu petunjukpun tak kudapat

Benar...benar...aku memang ...seorang yang tidak berguna...

BROAK!!

Pintu kamarku hancur. Tubuhku langsung berbalik. Mataku benar benar terbuka lebar.

Siapa gerangan yang berani - beraninya menghancurkan pintu kamar ini?

Silau cahaya dari luar kamar, menusuk mataku.

"Judas..."

"Selamat Pagi , Asa" ucapnya santai.

"Tidakkah kau menunjukkan rasa bersalah di wajahmu itu, Judas?"

Judas tersenyum. Ia memperlihatkan padaku sesuatu dari saku jasnya.

"Hadiah untukmu"

Aku menggeretakkan gigi.

"Hadiah?! Aku tidak butuh itu!"

"Ini bukan sekedar hadiah. Benda ini, akan menuntunmu kepada 'dia'"

Mataku terbuka selebar - lebarnya.

"Maksudmu dia...Dia yang telah membunuh adikku..."

Ia mengangguk.

Aku berlari ke arahnya. Tanganku mencoba meraih benda yang seperti flashdisk itu. Namun, Judas malah menendang perutku. Aku meronta - ronta.

"J-Judas! Apa maksudnya ini?" tukasku.

"Apa yang kau pikirkan setelah mendapatkan hal ini? Membunuhnya? Menyiksanya?" Judas mendatangiku langkah demi langkah. Ia angkat kepalaku dengan kasar.

"Sudah pasti! Dia akan kubuat merasakan penderitaan Alisha!"

Aku menatapnya. Diapun menatapku.

"Asa, tatapanmu sudah seperti seorang pembunuh. Atau mungkin..." Judas berbisik kepadaku. "kau yang telah membunuhnya ?"

Jantungku seolah tertusuk besi panas. Seakan ada lubang besar yang terbentuk. Sakit! Rasa sakit itu menjalar sampai ke kepalaku.

"Apa maksudmu, Judas?!"

Judas bergerak mundur beberapa langkah. Ia menatapku dengan sinis. Tatapan ini belum pernah kulihat sepanjang aku bersamanya sejak kuliah.

Aku berusaha bangkit. Dengan menyandar di dinding, aku berhasil menopang tubuhku.

"Judas..." aku bertanya lagi. "apa maksud perkataanmu itu?"

"Haruskah aku memperjelasnya, Asa." Tatapan sinisnya berubah menjadi penuh kemarahan.

Aku benar benar tak tahu harus berkata apa lagi. Tapi aku ingin tahu kebenarannya.

"JUDAS!!! BERITAHU AKU SIAPA PEMBUNUHNYA?! APA KAU TAHU BETAPA TERSIKSANYA AKU SELAMA INI. APA KAU TAHU...JUDAS!!!"

"KAU INI!!!" Judas yang tak mampu menahan diri, langsung meninju wajahku.

Tinjunya itu menghempaskanku ke dinding. Aku membalas tinjunya. Namun dengan gesit ia menghindar. Kemudian meluncurkan tinju keduanya di perutku. Sampai sampai aku berlutut karena kesakitan.

"KAU MASIH SAJA BERKATA SEPERTI ITU DENGAN WAJAH POLOSMU?!" teriakan Judas seperti auman harimau.

"APA MAKSUD MU BERMUKA POLOS, HAH?!"

Judas mengangkatku. Kedua tangannya memegang kuat kerah baju. Ia hadapkan wajahnya sejajar denganku.

"KAU INI!!! KAU YANG TELAH MEMBUNUH ALISHA!!!"

Ucapannya itu membuat jantung terasa berhenti berdetak. Mataku tiba - tiba kehilangan cahaya. Kelesuanpun menjalar ke seluruh tubuh.

"A-Apa m-maksud mu, J-Judas? A-Aku tidak mungkin membunuhnya. Dia adikku satu satunya. Bagaimana mungkin aku---" ucapanku terhenti saat melihat selembar foto itu. Mataku tak bisa berkedip.

"Lalu bagaimana kau menjelaskan foto ini?" Judas menitiskan air matanya.

Dadaku terasa sangat sesak. Bahkan aku tak mampu membuang nafas.

Ini benar - benar sulit dipercaya.

Apa - apaan ini? Foto macam apa ini? Kenapa? Kenapa 'aku' bisa ada di foto ini?

Apa yang ditunjukkan foto itu pasti dusta!

"J-Judas! Kau tahukan, Aku tidak mungkin membunuh adik kandungku sendiri---"

Lagi lagi aku tidak sempat menyelesaikan ucapan.

"Ya. Kalau adik kandung. Tapi Alisha bukanlah adik kandungmu...Dan lagi..."Judas menggeretakkan giginya. "Dan lagi foto ini jelas jelas menunjukkan kalau kau yang membunuhnya. Dengan pisau itu kau melukai Alisha. Awalnya aku tidak percaya. Tapi setelah foto ini dan pisau itu ditemukan...aku benar benar kecewa denganmu, Asa" Judas langsung meninju wajahku. Tanpa ampun.

Apa maksudnya ini? Ini benar benar tidak masuk akal. Bagaimana mungkin aku membunuhnya? Alisha, adikku sendiri?! Ini benar - benar tidak masuk akal.

Tinjuan Judas menari - nari di wajahku. Rasa sakit itu tak dapat mengalahkan 'keanehan' yang aku rasakan ini.

"Sudah cukup, Judas" Seorang berpakaian layaknya detektif itu menangkap tangannya.

Namun Judas masih saja ingin terus memukulku.

Pria itu segera mengunci gerakan Judas dan menjatuhkannya di lantai.

"Kalau kau lakukan lebih dari ini, kau bisa terkena hukuman pidana"

Judas terus menggeretakkan giginya. Dan terus bermuka masam. Namun ia tak punya pilihan.

Begitu pula dengan diriku. Aku juga tidak punya pilihan.

Detektif itu menunjukkan sebuah lencana kepadaku.

"Namaku Dean. Aku seorang investigator resmi pemerintah dan mendapat perintah untuk menangkap pembunuh Alisha Hakim. Pelaku dari dari kejahatan ini adalah abangnya sendiri, Asa Hakim. Dengan bukti - bukti yang telah ada, penangkapan dilaksanakan. Mohon kerjasamanya."

Investigator itu berkata seperti layaknya penegak keadilan.

Apanya yang keadilan? Aku tidak membunuh adikku sendiri.

Apa - apaan ini.

Saat Investigator itu hendak memborgolku, aku memukul wajahnya. Dengan langkahku yang cepat, aku berhasil keluar dari kamarku.

Ketika menuruni tangga, tiba tiba saja badanku tertimpa sesuatu yang berat. Akupun tidak bisa bergerak.

Investigator itu ternyata melompat tepat ke arahku. Ia menjambakku sekeras kerasnya seakan rambut hendak terlepas semua. Lalu ia membenturkan kepalaku ke lantai.

"Bukankah sudah kukatakan...'Mohon kerjasamanya', kan?" Aku melihat tatapannya menjadi tidak senang. Dengan dibumbui hawa membunuhnya yang membuat wajahku putih seketika.

Jika aku melakukan hal bodoh seperti itu lagi, aku pasti mati... bisik instingku.

Keesokan harinya, aku telah ditetapkan sebagai tersangka secara resmi. Dengan memakai baju oranye bergaris putih dan memegang papan nomor tersangka aku difoto oleh berbagai media massa.

Aku tidak tahu harus berbuat apa. Tidak ada satupun orang yang membelaku. Semuanya menganggapku seorang pembunuh. Padahal...aku tidak mungkin melakukannya.

Bahkan Pak Tenjo dan Agni tidak bisa membelaku. Apalagi Judas. Ia bahkan tidak memberikan persaksian apapun untukku sewaktu di pengadilan.

Apa - apaan ini?! Kenapa semuanya menyalahkanku? Dan siapa dia yang telah membunuh adikku? Aku harus mengetahuinya? Aku harus tahu, siapa yang telah membuat foto ini. Aku harus tahu. Tak peduli berapa lama aku di penjara. Ketika bebas, aku pasti akan menemukan pembunuhnya.

Setidaknya itulah yang kurencanakan......Namun keadilan tidak memihakku...

Beberapa hari kemudian, hasil keputusan untuk hukuman yang aku terima telah keluar.

Berdasarkan pasal X ayat Y dalam Bab Tindak Pidana, Aku, Asa Hakim, dijatuhi hukuman mati.

~000~

Reverse METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang