Prilly pov
Setelah kejadian kemarin dimana Ali mengatakan ia akan bertunangan, aku lebih memilih untuk mengalah jika ia tak mau pergi dari hidup ku, biarkan lah aku yg pergi dari hidupnya. Dengan menerima beasiswa dari yayasan kampus ku yg sudah lama aku dapatkan tapi aku blum bisa memutuskan nya waktu itu untuk aku teriman atau tidak, tapi sekarang aku kuatkan tekad ku untuk menerimanya.
Bang kevin pun awalnya ragu memberikan ku ijin, tapi dengan sedikit desakan dari ku, akhirnya ia setuju juga, setelah itu aku menghubungi pihak yayasan dan mengatakan aku menerimanya, dan meminta keberangkatan hari ini, dan dengan cepat mereka mengiyakan keinginan ku.
Dan sekarang disinilah aku, menunggu penerbangan ku ke Ausi, hari sudah malam dan bang kevin masih setia menunggu ku, jadwal keberangkatan ku malam, maka dari itu aku masih menunggu, mungkin 30 menit lagi pesawat akan berangkat.
"Bie ingat jaga diri kamu baik-baik disana, kalau jam kuliah kamu udah selesai langsung pulang ke apartemen, kakak janji setiap abang punya waktu luang abang akan nyamperin kamu kesana" nasehat bang kevin kepada ku, membuat airmata ku menetes kembali sebenarnya sangat berat aku harus pergi ninggalin bang kevin, tapi bagaimana lagi ini harus ku lakukan.
"Jangan nangis bie, ini sudah menjadi keputusan mu" ucap bang kevin lagi membuatku meneguhkan hatiku kembali, agar tidak goyah
"Bie janji setiap hari bakalan selalu ngabarin abang, tapi abang juga jangan nyusulin aku kesana, abang disini aja, sampai waktunya aku kembali bang, bang janji jangan kasih tahu Ali aku dimana, biarkan dia bahagia bersama pilihan orangtuanya, abang janji" pintaku ke bang kevin,yg di balas anggukan kecil darinya
Terdengar suara panggilan untuk penerbangan ku, dan ini saat nya, aku harus pergi dan mengubur semua kenangan indah ku disini, dan berharap aku bisa melupakannya, walaupun aku sendiri tidak yakin apa aku bisa melupakannya.
"Bie berangkat bang, dan ini titip untuk Ali, cukup abang kasih ini sama dia bang" pamit ku, kekecup kedua pipi bang kevin, dan memeluk tubuh bang kevin erat, aku pasti akan merindukan kakak ku ini, kakak yg amat perhatian kepada ku.
Selamat tinggal Ali
*************
Author pov
Kevin memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya, hari sudah sangat larut dan itu membuat tubuh kevin sedikit lelah. Setelah dari mengantar prilly ke bandara, dia harus pergi ke rumah sakit milik orangtua nya karena ada sedikit masalah yg harus ia tangani.
Saat hendak melangkahkan kakinya matanya menyipit menatap kearah pintu, dilihatnya Ali tengah duduk memeluk lututnya sendiri dengan penampilan yg sedikit berantakan.
Di dekatinya sahabat nya itu, yg ia rasa tengah ketiduran mungkin sudah lama menunggunya.
"Li" seru kevin pelan, mencoba membangun kan Ali, di tepuknya bahu Ali pelan, dan sukses membuat Ali terbangun.
Ali mendongakan kepalanya, menatap kevin dan langsung bangun dari duduknya, terdengar helaan nafas lega dari bibir Ali.
"Kemana aja sih lo vin, lo tahu nggak gue udah 5 jam disini, tapi nggak ada yg bukain pintu, prilly mana? Gue telpon juga hp nya nggak aktif, Dari tadi gue disini udah kayak orang gila tahu nggak" cerocos Ali dengan tidak sabaran.
Kevin menghela nafasnya lelah, harus dari mana ia menjawab semua pertanyaan Ali itu
"Sorry deh, gue tadi ada urusan penting di rumah sakit, masuk dulu deh, gue buatin minum, gue juga haus nih" ucap kevin, langsung di buka nya pintu rumahnya, dan berjalan masuk dan di ikuti oleh Ali di belakangnya, mata Ali berkelana menyusuri setiap sudut rumah kevin, matanya langsung tertuju ke arah kamar milik gadisnya prilly, senyum tipis terukir dibibirnya, yg di pikirnya kalau prilly tengah tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TANPA RESTU
Fantasymencintainya, adalah hal terindah dalam hidupku, ingin memilikinya adalah harapan ku sejak dulu, tapi semua itu tak mungkin lagi semua hanya menjadi mimpi ku, mimpi yg entah akan terwujud atau tidak