25 tahun sudah Jasmine tinggal di panti asuhan Kasih didaerah Denpasar Bali. Panti asuhan ini dimiliki oleh seorang wanita berdarah Jawa yang menikah dengan seorang pria asal Bali dan memutuskan tinggal di Bali. Ibu Kasih yang sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri. Ibu Kasih tipikal wanita Jawa pada umumnya, ayu, anggun, lemah lembut, dan keibuan.
Meskipun panti asuhan ini gak terlalu besar, panti asuhan ini tetap menjadi tempat favorit beberapa donatur yang menyukai pelayanan yang ditawarkan ibu kasih kepada setiap donatur baru atau orang yang berminat menjadi orang tua angkat penghuninya.
Menjadi yang paling tua di panti membuat Jasmine menjadi seperti contoh untuk 33 orang penghuni panti lainnya. Itulah mengapa meskipun Jasmine merasa lelah setelah bekerja disalah satu Bank, dia tetap rajin membantu Ibu Kasih mengurus adik-adiknya yang lain.
Hari sabtu siang begini panti lebih sepi karena banyak anak panti yang masih bersekolah dan sibuk ekskul atau kerja kelompok.
Tinggalah Jasmine sendiri dengan beberapa adik-adik panti yang masih TK dan SD yang tampak bahagia bermain bersama di playground milik panti.
Jasmine yang sedang tidak ada kerjaan untuk dibantu lebih memilih asik dalam lamunannya dibangku taman panti yang persis bernaung dibawah pohon bunga tanjung yang menyebarkan bau khas wangi.
Jasmine bukannya gak pengen keluar hang out bersama teman-teman kantornya disaat weekend begini, tapi impiannya untuk membuka usaha coffe shop membuat dia harus mengubur dalam-dalam segala nafsu konsumtifnya demi menabung untuk modal usaha.
Sedang asik-asiknya melamun, tiba-tiba Jasmine dikejutkan oleh sebuah suara.
"Hei! Melamun apa kamu?" Sapa seseorang membuyarkan pikiran Jasmine yang sedari tadi melayang-layang tak tentu arah.
"Idih... Sok tau! Siapa juga yang melamun." Sambar Jasmine begitu mengetahui yang menyapanya adalah Jojo teman masa kecilnya.
"Gak usah boong deh. Keliatan banget tau kalo kamu lagi melamun. Ada apa sih? Cerita dong.".
"Pusing aku Jo. Udah coba masukin proposal coffe shop kita ke pinjaman mikro tapi masih belum juga ada response. Duh... Padahal kan kita pinjemnya gak banyak.".
"Mungkin proposal yang kamu buat masih kurang rinci kali Jey." Balas Jojo kepada teman masa kecilnya itu.
Jey itu nama panggilan Jasmine sejak kecil. Entah kenapa orang-orang membuat nama panggilannya begitu. Menurut Ibu Kasih, Jasmine sendirilah yang mengucapkan panggilan dirinya sebagai Jey.
"Udah rinci banget Jo. Aku sampe bolak-balik nanya temenku yang orang kredit mikro gimana caranya biar proposalku di approve. Tapi kok masih belum ada kabar ya?".
"Sabar aja lah. Mungkin emang prosesnya panjang." Balas Jojo sambil tangannya sibuk memainkan rambut Jasmine yang dikepang disamping kanan.
"Tapi sampe kapan dong aku musti sabar Jo? Ini tuh udah bulan ke 2 sejak proposal itu aku kirim ke bank." Balas Jasmine sambil menarik kepangan rambutnya yang dijadikan mainan kumis-kumisan oleh Jojo.
"Ih pelit banget sik. Aku kan pinjem bentar kepangannya. Mau liat serem gak wajahku kalo pake kumis." Jojo merajuk melihat Jasmine menarik kepangan rambutnya yang sedang dijadikan mainan kumis.
"Serius dong Jo. Tadi kamu nanya aku ada apa. Nyuruh aku cerita. Sekarang kamu malah sibuk mainin rambutku. Tau gitu gak mau deh cerita sama kamu lagi." Balas Jasmine balik merajuk sembari berdiri dari posisi duduknya dikursi taman panti.
"Gitu aja ngambek. Huh! Payah... Iya-iya deh maaf. Aku serius nih sekarang. Hayok lanjut cerita." Sambar Jojo sambil tangannya menarik Jasmine untuk kembali duduk pada posisi sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Kopi Cinta Di Korea
RomanceSetelah menanti selama 25 tahun berharap kedua orang tuanya menyadari kesalahan mereka dan menjemputnya dari "Panti Asuhan Kasih", kini Jasmine mencoba memilih menjadi gadis yang realistis. Dikuburnya hasrat untuk bertemu kembali dengan orang tuanya...