Part 9

752 78 5
                                    



Dara Pov

"Aku tidak menyukainya, aku tidak akan mau pacaran dengan namja gila seperti dia," Aku menutup kedua telingaku dengan kedua tangan sambil menatap kesal kepada Bom yang sejak tadi terus merecokiku dengan semua kata-kata yang pernah aku katakan kepadanya dulu. Dia sedang mengejekku karena akhirnya aku berpacaran dengan Jiyong dan menelan lagi semua yang pernah aku katakan untuk menolak Jiyong.

"Hentikan Bommie!" Ada nada peringatan dari suaraku yang sudah mulai jengkel. Alih-alih berhenti, sahabatku yang paling menyebalkan ini malah semakin mengejekku lagi dengan kembali mengatakan kata-kata penolakanku untuk Jiyong dulu. "Aku mohon berhentilah! Bukannya kau yang menyuruhku untuk meninggalkan semua egoku dan menerima Jiyong?" Tanyaku kepada Bom. "Tapi lihatlah setelah aku melakukan apa yang kau katakan kau malah mengejekku." Kataku sambil mengerucutkan bibir. Dia tertawa dan akhirnya menghentikan apa yang dari tadi dia lakukan.

"Apakah kau tahu bahwa aku hampir pingsan saat melihat kalian tadi berpegangan tangan?" Tanya Bom setelah kami diam selama beberapa saat. Ingatanku langsung berputar pada saat aku dan Jiyong sampai di kampus tadi pagi. Wajahku langsung memanas ketika aku mengingat kejadian itu. Dia mengapit tanganku dengan sangat erat, menunjukan kepada semua orang bahwa kini aku adalah miliknya dan hal itu membuat wanita-wanita yang menggilainya menatap tangan kami dengan mata dan mulut yang dibuka dengan sangat lebar. Aku yakin kami sekarang sudah menjadi topik terhangat untuk dibicarakan di kampus. "Lihatlah pipimu merona." Ujar Bom sambil tersenyum menggoda. Aku langsung memegang kedua pipiku dengan kedua tanganku.

"Berhenti membuatku malu Bommie." Ujarku sambil sedikit cemburut. Dia hanya menggelengkan kepalanya sambil berdecak lalu kembali tertawa. Dia sepertinya senang sekali karena akhirnya aku dan Jiyong menjadi sepasang kekasih.

"Jadi tadi malam kalian memutuskan untuk bersama?" Aku mengangguk membalas pertanyaannya. "Kenapa tiba-tiba kau menerima Jiyong huh?"

"Seperti yang selalu kau kira bahwa sebenarnya aku telah jatuh cinta kepada Jiyong dan tadi malam saat aku menatap mata Jiyong hatiku serasa diisi oleh semua penghuni kebun binatang. Pokoknya Jiyong membuatku meleleh ketika dia menatapku. Aku bahkan tidak tidur semalaman karena takut bahwa semua hal yang terjadi adalah mimpi."

"Wah Dara ini pertama kalinya aku melihatmu seperti ini. Aku yakin Jiyong benar-benar sudah membuatmu kalah telak." Aku mengangguk setuju dengan apa yang Bom katakan. "Kalau begitu ceritakan dari awal bagaimana kalian bisa bertemu tadi malam!" Aku langsung menceritakan semua kepada Bom tanpa ada satu hal pun yang aku lewati. "Jadi ibumu melihat kau dan Jiyong berciuman?" Tanyanya dengan mata yang dibuka dengan lebar, aku mengangguk kemudian dia tertawa lagi. "Aku tahu kalian sedang kasmaran tapi bagaimana bisa kalian berciuman di depan gerbang rumah huh?"

"Dia tiba-tiba menciumku dan lagipula aku mana tahu bahwa ternyata eomma dan Durami sedang mengintip kami dari jendela."

"Tapi bagaimana bisa Jiyong menemukanmu tadi malam?" Tanya Bom yang aku balas dengan senyuman.

"Aku pikir itu karena takdir." Kataku masih sambil tersenyum kemudian aku mencondongkan kepalaku kearah Bom lalu membisikan sesuatu kepadanya. "Aku rasa Jiyong adalah takdirku." Bom menatapku dengan wajah geli ketika aku kembali menatapnya. Dari caranya menatapku aku bisa tahu bahwa Bom berpikir bahwa aku ini sangat konyol. "Takdir lah yang telah membawa Jiyong kepadaku tadi malam. Kalau bukan karena takdir mana mungkin dia bisa tahu bahwa aku belum pulang?" Aku mendengar Bom berdecak sambil menggelengkan kepalanya setelah aku selesai menyelesaikan perkataanku. Aku langsung mengerutkan kening setelah melihat reaksinya. "Waeyo?" Tanyaku bingung.

Wonderfully StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang