Part 8

615 71 7
                                    

Jiyong pov

"Apa yang kau lakukan di sini malam-malam seperti ini huh?" Tanyaku dengan nada sedikit membentak kepada Dara. Aku khawatir kepadanya setelah Bom Sunbae menelpon dan mengatakan bahwa Dara belum pulang padahal ini sudah sangat malam. Aku mencarinya dan sekarang setelah menemukannya aku menjadi sedikit marah karena Dara tidak bisa menjaga dirinya sendiri. "Kau harusnya cepat pulang. Ibumu sangat mengkhawatirkanmu." Dia menatapku dengan sorot mata yang menunjukkan kelegaan. "Apa yang akan terjadi jika aku tidak datang? Kau harusnya bisa menj-" Aku tidak melanjutkan apa yang sebelumnya ingin aku katakan karena tiba-tiba saja Dara memeluk tubuhku dengan sangat erat.

"Terimakasih." Katanya ditengah pelukannya. Aku mendengar dia sedikit terisak. "Terimakasih karena telah menolongku." Ujarnya lagi dengan suara yang sedikit bergetar. Hatiku sakit mendengar isakan yang dia keluarkan jadi secara otomatis tanganku langsung membalas pelukannya dan mengusap punggungnya dengan sangat lembut untuk menenangkannya. Aku yakin Dara pasti sangat takut tadi dan aku sangat bersyukur karena aku datang tepat waktu sehingga orang mabuk tadi tidak berhasil melakukan sesuatu yang buruk kepada Dara.

"Tidak apa-apa." Kataku dengan lembut berusaha untuk membuatnya lebih baik. "Kau baik-baik saja dan aku ada di sini." Kataku lagi sambil terus mengusap punggungnya. "Berdirilah!" Perintahku sambil melepas pelukannya pada tubuhku lalu memegang bahunya dan membantunya untuk berdiri. "Aku akan mengantarmu pulang." Kataku yang dia balas dengan anggukan pelan.

Aku melepaskan jaket yang aku pakai kemudian langsung memakaikan pada tubuh Dara dan saat itulah aku melihat kaki kirinya yang tidak terbalut apapun. "Mana sepatumu?" Tanyaku sambil melihat Dara yang sepertinya masih syok dengan kejadian barusan karena ketika aku bertanya Dara hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar tempat kami berdiri kemudian melihat sepatu sneakersnya yang kini tergeletak tidak jauh dari tempat kami. Aku berjalan pelan kemudian mengambil sepatunya. Aku kemudian menggiringnya masuk ke dalam mobilku setelah sebelumnya memakaikan sepatunya yang telah terlepas.

"Ji wajahmu." Ucapnya saat aku sedang membantunya memakai sabuk pengaman. Aku langsung melihat wajahku pada kaca spion dan aku merasakan sakit setelah sadar bahwa wajahku kini sudah sedikit memar karena pukulan yang diberikan oleh orang mabuk tadi.

"Sialan." Kataku sambil sedikit meringis ketika melihat wajahku di spion mobil.

"Aku akan mengobatinya setelah kita sampai di rumahku." Katanya dengan nada khawatir.

"Tidak perlu." Kataku sambil menyalakan mesin mobil. "Aku akan mengobatinya sendiri." Kataku lagi. Setelah ini aku harus kembali menjauhinya karena aku sudah berjanji. Janji adalah janji.

Aku dan dia berkendara dengan diam. Aku tahu suasana diantara kami masih sangat canggung setelah kejadian malam itu, setelah dia tidak datang ke tempat di mana aku menunggunya. Aku sedikit melirik kepada Dara yang duduk dengan gelisah di sampingku, sepertinya ada sesuatu yang ingin dia katakan namun dia hanya diam saja.

Kami sampai di depan rumahnya dalam waktu lima belas menit saja. Aku membantunya untuk membuka sabuk pengaman yang dia pakai lalu diam dan menunggunya untuk keluar dari mobilku. Dia kembali menatapku dengan gelisah lalu beberapa detik kemudian aku mendengar suara pintu mobil yang dibuka namun Dara masih belum keluar. Aku meliriknya sekali lagi karena sedikit heran dengan tingkahnya ini.

"Ada apa Dara?" Tanyaku heran membuatnya langsung melihat kepadaku. "Kenapa kau tidak keluar?" Tanyaku lagi. Dara hanya terus memandangku kemudian dia kembali menutup pintu mobilku setelah beberapa detik.

"Jiyong malam itu aku datang." Ujarnya pelan sambil menunduk.

Dara Pov

"Apa maksudmu?" Tanya Jiyong dengan suara yang sedikit bingung ketika aku mengatakan bahwa malam itu aku datang ke tempat di mana dia menungguku. "Aku menunggumu selama tiga jam lebih dan kau sama sekali tidak muncul di hadapanku." Ujarnya lagi kini dengan suara sedikit terluka. Aku tahu, aku pasti telah melukai Jiyong karena keegoisanku saat itu.

Wonderfully StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang