Jiyong Pov
Ini sudah hari kesepuluh aku menjalani taruhanku dengan Dara dan bisa aku bilang peluangku untuk menang sepertinya bertambah banyak karena sudah beberapa hari ini Dara memperlakukanku dengan lebih baik, dia masih sering mengomeliku tapi tidak sepedas omelannya sebelum aku menawarkan taruhan ini dan yang lebih penting Dara sekarang mulai menerima ajakanku untuk pergi berdua setelah sesi mengerjakan tugas berakhir.
Kemarin aku dan dia pergi ke sebuah cafe dan di sana kami banyak mengobrol tentang dia yang sebenarnya sudah banyak aku ketahui -apapun tentang Dara pasti aku tahu- dan juga tentangku dan keluargaku. Aku senang karena bisa berbagi cerita dengan Dara itu seperti aku diberi kesempatan kedua untuk hidup lagi.
Sekarang aku dan Dara sedang makan di sebuah kedai yang menjual beberapa makanan ringan dan ramen. Dara tentu saja memesan ramen karena itu adalah makanan kesukaannya sedangkan aku memesan ceker ayam pedas kesukaanku.
"Kau serius tidak ingin makan ini?" tanyaku kepada Dara sambil menyodorkan sepotong ceker ayam kepadanya yang dia balas dengan memandang jiji kepada ceker ayam itu.
"Jauhkan itu dariku." Katanya sambil memundurkan tubuhnya. "Itu menjijikan." Sambungnya sambil bergidig.
"Ini makanan terlezat." Kataku sambil memakan ceker ayam yang aku pegang. Dara duduk tegak lagi lalu kembali menyantap ramen yang ada di hadapannya. "Kau benar-benar harus coba ini."
"Aku tidak akan pernah mau mencobanya." Katanya dengan mulut yang penuh ramen. "Aku heran kenapa orang-orang suka memakan kaki ayam." Sambungnya.
"Kau bisa bilang seperti itu karena kau tidak pernah mencobanya." Kataku yang masih mengunyah. "Aku yakin pasti kau akan ketagihan setelah tahu bagaimana dahsyatnya rasa ceker ayam ini." Kataku hiperbola yang dia balas dengan kembali bergidig.
"Jangan coba-coba kau memintaku untuk memakannya." Katanya yang aku balas dengan tertawa kemudian mengangguk menyerah karena Dara susah sekali untuk di provokasi.
"Dee." Kataku setelah agak lama.
"Huh?" Balasnya yang masih sibuk dengan ramen panasnya. Aku tersenyum karena Dara akhirnya menjawab saat aku memanggilnya dengan nama panggilan yang aku buatkan untuknya.
"Kau mau kemana setelah ini?" Tanyaku.
"Ya sudah pasti pulang. Dasar bodoh." Katanya tanpa melihatku.
"Aku harus membeli sesuatu di toko buku. Kau tidak keberatan menemaniku sebentar?" Tanyaku. "Aku akan mengantarmu setelah buku yang aku cari ketemu." Sambungku, dia mengangguk tanpa melihatku.
"Jiyong boleh aku meminjam ponselmu?" Tanyanya tiba-tiba setelah sebelumnya melihat ponselnya. Aku menyerahkan ponselku kepadanya. "Aku akan menghubungi eomma karena aku akan pulang telat, ponselku mati jadi apa boleh aku menelpon eommaku dengan ponselmu?" Tanyanya yang langsung aku balas dengan anggukan. Dia tersenyum kemudian langsung menelpon rumahnya dan memberitahu mereka bahwa dia akan pulang telat. "Terimakasih." Ujarnya setelah menutup telpon dan mengembalikan ponselku.
"Kau harus membayarnya nanti." Kataku sambil menerima ponselku yang dia ulurkan.
"Dasar perhitungan." Katanya sambil mendengus yang aku balas dengan tertawa karena senang menggoda Dara. "Ji." katanya tiba-tiba sambil melihatku. "Apa kau sudah menghafal semua yang akan kita presentasikan nanti?" Tanyanya kepadaku. Aku mengangguk lalu tersenyum yang membuatnya mengerutkan keningnya. "Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Tanyanya curiga.
"Aku hanya senang karena kau memanggilku seperti itu." Ujarku.
"Aku?" tanyanya sambil menunjuk dirinya dengan jari. "Memangnya aku memanggilmu apa?" Tanyanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderfully Stupid
Fiksi PenggemarMau lihat bagaimana perjuangan Jiyong untuk mendapatkan cinta Dara? Seniornya di kampus tempat mereka kuliah? apakah perjuangan Jiyong akan berbuah manis sehingga bisa mendapatkan cinta Dara yang sama sekali tidak pernah berpikir untuk menerima cint...