Bagian 1

9.2K 183 2
                                    

Lantunan musik mengalun lembut diruangan berlampu temaram itu. Sepasang kekasih tengah bergenggaman tangan sambil menatap satu sama lain. Lalu tiba-tiba si pria melepaskan genggamannya yang membuat si wanita terkejut. Si pria berdiri sambil merogoh saku celananya dengan diikuti tatapan heran si wanita. Sesaat kemudian si pria berlutut di hadapan si wanita sembari memegang tangannya kembali.

"Aku tahu ini terlalu cepat, tapi jika hati kita telah menyatu kenapa harus menunggu waktu? Aku, Brandon Abraham memintamu untuk menikah denganku. Bersediakah? Helena Rusita?" Sebuah kotak terbuka di depan mata Helena menampilkan cincin bermata merah. Helena merasakan tubuhnya bergetar mendapati pinangan Brandon. Ini terlalu cepat, ia bahkan tak tahu apakah ia siap atau tidak tapi pria di depannya ini, apakah pria ini yang ia tunggu selama bertahun-tahun?.

Hening, tak ada jawaban dari Helena. Ia hanya memandangi Brandon dan cincin itu bergantian, Brandon masih menantikan jawaban Helena dengan perasaan cemas. Helena bangkit yang membuat Brandon terkejut, kembali Helena memandangi mata Brandon yang masih berlutut, mencari keseriusan dibalik matanya. Ia mengerjapkan matanya pelan, ia membuang nafas dan melihat kesekeliling. Berpuluh mata menyaksikan mereka, seperti tombol pause telah ditekan dan dunia nampak hening. Helena mengulurkan tangannya, menggapai jemari Brandon dan menariknya untuk bangun. Tangannya naik ke atas, menyusuri lengan kokoh Brandon dan kemudian berhenti untuk menangkup wajah tegas itu. Tangan lembut itu menarik lembut wajah tampan di depannya dan 'cup' sebuah kecupan hangat dibibir tipis milik Brandon mendarat dengan manisnya.

"Sayang, selama hampir satu tahun hubungan kita berjalan dan selama itu pula kau masih sulit menyebutkan nama lengkapku?" Helena berbisik di telinga Brandon kemudian memandang wajahnya. Brandon merasa dirinya terlihat bodoh dimata Helena. Ia tersenyum canggung lalu memeluk erat wanita dihadapannya.

Helena melepaskan pelukan Brandon dan menjulurkan lengan kirinya, sebuah isyarat agar Brandon memasangkan cincin yang digenggamnya. Segera cincin bertahtakan berlian itu pindah ke jari manis Helena dan ia memandanginya dengan haru. Semua mata memandang iri pada pasangan romantis ini, sadar jika tingkah mereka menjadi bahan tontonan pengunjung restoran, Brandon menarik Helena untuk meninggalkan tempat itu.

"Herlena Rusita, ayo pergi?" Ajak Brandon bersemangat. Helena tersenyum mendengar Brandon menyebutkan namanya dengan benar.

"Kita kemana?" Tanya Helena yang menyeimbangkan langkahnya dengan Brandon.

"Kau akan menyukainya, percayalah padaku"

Deru mobil hitam mengkilap itu berhenti tatkala memasuki sebuah halaman rumah mungil bercat putih. Brandon membukakan pintu mobil untuk kekasihnya yang terlihat bingung dengan tempat yang ia kunjungi sekarang.

"Ini rumah siapa?" Tanya Helena bingung

"Kau akan lihat nanti." Brandon menarik tangan Helena untuk mengikutinya memasuki pintu putih rumah itu.

Saat memasuki rumah, tidak ada bagian yang istimewa dari rumah ini hanya saja perabotnya yang terbilang 'kosong'. Tunggu, memang tidak ada perabot di dalam rumah ini. Helena mengerutkan kening, Brandon semakin erat menggenggam tangan Helena. Ia memandangi wanita di depannya, Helena tersenyum melihat sikap Brandon.

"Ada apa?" Tanya Helena lembut.

"Aku ingin menunjukkan sesuatu, tapi ini kejutan. Aku harap kau tidak keberatan menutup matamu." Brandon menatap manik coklat indah itu.

"Oh, aku rasa kejutannya rumah ini." Helena terkejut. Brandon menggeleng pelan masih dengan senyuman. Lalu ia mengeluarkan sebuah kain dari sakunya, kain hitam yang terjulur panjang kebawah itu membuat Helena tertegun kemudian pipinya bersemu merah.

"Apa kau akan melakukan hal yang ada di buku itu?" Tanya Helena malu-malu.

"Buku apa?" Tanya Brandon bingung sambil memiringkan kepalanya.

"Anu, itu... Fifty Shades of Grey... " Jawabnya pelan, mendengar hal itu Brandon terbahak. Ia tak menyangka kekasihnya memiliki pemikiran erotis semacam itu. Melihat Helena yang manyun Brandon menghentikan tawanya.

"Well, baby... Untuk hal seperti itu aku akan menunjukkannya nanti" Kecup Brandon di kening Helena.

"Oh God, itu membuatku merinding" Ucap Helena sambil mengusap-usap lengan atasnya dan lagi Brandon terbahak.

Saat penutup mata telah terpasang menutupi penglihatan Helena, Brandon memapahnya untuk memasuki rumah itu lebih dalam melewati beberapa pintu, menuruni undakan anak tangga yang membawanya pada ruangan yang gelap dan pengap.

"Kita mau kemana?" Bisik Helena ketakutan.

"ketempat yang indah. Kau akan menyukainya." Jawab Brandon sambil tersenyum dibawah lampu temaram yang ia nyalakan di ujung lorong tadi.

"Aku takut" Lirih Helena. Brandon menggenggam erat tangan Helena dan menariknya dalam rangkulannya agar ia merasa aman.

"Aku disini, tenanglah ini bukan tempat yang berbahaya." Brandon kembali meyakinkan.

Mereka berjalan semakin jauh menembus lorong gelap dan pengap, kemudian langkah mereka berhenti di depan sebuah pintu besi besar yang terlihat kumuh. Brandon berdiri mematung terlihat seperti memikirkan sesuatu. Helena diam, menunggu perintah Brandon untuk membuka matanya. Lama tak ada suara, Helena makin mencengkeram lengan Brandon dan pria disampingnya ini nampaknya mulai tersadar dari lamunannya.

"Sayang, aku lupa membawa kunci jadi kita harus kembali." Ucap Brandon tiba-tiba.

"Memangnya kita sekarang ada dimana?" Tanya Helena penasaran "Aku buka penutup matanya ya?" Lengan Helena hampir menyentuh kain itu namun gagal karena Brandon menahannya.

"Ayo kita kembali saja" Ucap Brandon sambil memapah Helena kembali ke jalan yang mereka lalui tadi.

"Memangnya harus dengan kunci yah? Hal apa yang ingin kau tunjukkan padaku? Kenapa tidak mengatakannya saja?" Helena masih dengan penasarannya

"Hehehe... Aku rasa ini karena aku terlalu gugup untuk momen hari ini. Jadi aku lupa menyiapkan kuncinya. Ini hanya kunci biasa dimana ada taman yang sangat indah dan aku yakin kau akan menyukainya."

"Oh, begitu. Aku kira apa. Mungkin kita bisa pergi kesana dengan pintu yang lain? Memanjat pagar misalnya?" Pinta Helena. Brandon terkekeh lalu mengecup lengan Helena mesra.

"Hanya ada satu pintu menuju kesana."

"Lalu kau akan mengambil kuncinya dan kembali lagi sekarang?" Tanya Helena.

"Tidak, Tidak, lain kali saja. Lagi pula ini sudah larut. Aku harus mengantarmu pulang."

"Bagaimana jika aku tak ingin pulang?" Tantang Helena sesaat setelah mereka sampai diruangan tengah.

Brandon membuka penutup mata Helena dan memandangi manik mata wanita didepannya, ia merengkuh wajah Helena dan menenggelamkannya dalam sebuah ciuman panas. Suasana ruangan yang gelap dan hanya lampu taman saja yang menerobosnya masuk membuat dua insan ini terbakar gairah. Helena terengah saat Brandon melepaskan bibirnya. Ia menempelkan keningnya di kening Helena dan membisikkan sesuatu.

"Sebaiknya kau ku antarkan pulang... aku tak ingin mengambilnya sekarang." Brandon mengecup kening Helena dan menariknya keluar. Helena hanya bengong dan menuruti apa yang Brandon perintahkan.

-------------------------------------------------------------------

Thank you readers, :*

Abraham's Family and Their Secrets (21+)Where stories live. Discover now