Bagian 10

3.1K 86 5
                                    

Kabar mengenai kedatangan pria-pria asing di Desa Puncakwangi tersebar dengan cepat, warga dari Desa tetangga pun sengaja datang ke Puncak wangi hanya untuk melihat sosok yang menurut kabar sangat rupawan. Gadis-gadis desa bersolek saat mengetahui kabar tersebut, mereka berusaha tampil menarik agar pria-pria tampan tersebut dapat melihat mereka. Seperti  pagi ini, saat Louis tengah menikmati pagi bersama Juna, banyak warga Desa yang memperhatikannya dari kejauhan. Ia yang menyadari hal tersebut langsung saja tebar pesona, berjalan menghampiri warga desa yang tengah berkerumun disebuah warung kopi. Dalam sekejap Louis menjadi daya tarik di warung kopi tersebut. Warga desa senang berbincang dengannya karena pembawaan Louis yang menyenangkan, beberapa diantaranya masih terbengong-bengong melihat penampilan pria jangkung ini.

"Namanya siapa Mister?" Tanya Ibu penjaga warung.

"Louis" Jawabnya sopan.

"Bisa bahasa Indonesia?" Tanya seorang Bapak berjaket kulit hitam yang terlihat kebesaran untuk ukuran tubuhnya, Louis mengangguk sambil tersenyum.

"Calon suaminya Herlena?" Tanya seorang Ibu berumur sekitar 40 tahunan yang sibuk menggendong anak lelakinya yang masih balita.

"Bukan, adik saya yang calon suami Helena."

"Oh begitu. Beruntung sekali Herlena bisa mendapatkan calon suami bule, anaknya nanti pasti lucu-lucu." Ibu tadi berkomentar takjub.

"Kalau Mister Louis sendiri, sudah menikah?" Tanya Ibu penjaga warung yang mewakili rasa penasaran gadis-gadis yang mnenjadi penonton di warungnya.

Louis menyeruput kopi hitam panas yang ada di genggamannya, ia tak langsung memberikan jawaban pada pertanyaan barusan. Ia hanya menebar senyum lalu bangkit sambil mengibaskan rambutnya yang panjang.

"Itu... Ra-ha-si-a." Ucap Louis mengedip genit pada semua yang hadir disana. Melihat tingkah Louis tadi membuat orang-orang tertawa terbahak, ditengah perbincangan hangat dengan para warga Louis melihat Brandon tengah berjalan bersama Rusidi melewati warung kecil yang tengah disesaki pengunjung. Para pengunjung wanita langsung senyum-senyum melihat Brandon yang tampan dengan tubuh tegap atletisnya ditambah senyuman yang ia tebarkan kepada semua orang yang ada disana, hanya bermaksud untuk bersikap ramah.

"Kau mau kemana Brandy?" Tanya Louis dengan bahasa yang tak dimengerti Rusidi dan warga lain.

"Entahlah, tapi sebaiknya kau disini saja." Ucap Brandon, Rusidi yang berjalan di depan Brandon dan mendengar percakapan yang berlangsung itu dengan bahasa yang tak ia mengerti segera menghentikan langkahnya dan menatap tajam pada Brandon. Brandon melihat ke arah Rusidi lalu menghampirinya dan tanpa pamit ia meninggalkan kerumunan warga. Rasa penasaran kemudian menggelitik Louis, ia tahu bahwa bahkan tadi pagi saja Rudisi tidak mengindahkan Brandon yang sarapan satu meja dengannya dan kini ia melihat Brandon tengah mengekorinya. Louis memesan segelas kopi lainnya, kemudian saat minuman itu telah jadi ia mengajak Juna dan kemudian meninggalkan warung kopi tersebut setelah membayar bill.

Pelan mereka membuntuti Brandon dan Rusidi menuruni rerimbunan kebun teh, berjalan semakin kebawah, tubuh Louis yang jangkung membuat dirinya akan dengan mudah diketahui oleh Rusidi dan Brandon maka ia berjalan jongkok sembari mengendap-endap bersembunyi dilebatnya pohon-pohon teh yang tertata rapi dengan tinggi yang hampir sama, sesekali kepalanya muncul kepermukaan untuk memastikan kearah mana kakaknya dibawa Rusidi. Juna yang mengikuti Louis dengan antusias, apa yang mereka lakukan sekarang ini membuatnya merasa seperti seorang detektif yang menyelidiki gerak-gerik penjahat yang diintainya.

Louis melihat Brandon dan Rusidi menghampiri seorang pria yang tengah memegang alat pancing disebuah sungai kecil. Mereka terlibat perbincangan, kemudian Rusidi dan pria asing tersebut meninggalkan Brandon sendiri dengan alat pancing yang sebelumnya dipegang si pria tadi. Louis melihat jika Rusidi tidak meninggalkan Brandon, tapi ia bersembuyi, ya, mereka bersembunyi 3 baris dibawah Louis. Ia dapat dengan jelas mendengar percakapan 2 pria dihadapannya. Louis meminta Juna untuk menahan diri agar tidak mengeluarkan suara, anak tersebut hanya sedang mengorek-ngorek tanah untuk membuang kesal. Louis tersenyum melihatnya menggembungkan pipi, lalu ia mengeluarkan beberapa batang coklat yang ia simpan disakunya, melihat itu Juna merasa senang kemudian Louis pun melanjutkan pengintaiannya.

Abraham's Family and Their Secrets (21+)Where stories live. Discover now