Bagian 11

2.5K 64 7
                                    

Louis mendecak sebal pada Brandon, ia menghentakkan kakinya beberapa kali ke tanah yang dipijaknya. Pria besar dihadapannya ini selalu saja tak dapat mengontrol nafsunya pada wanita, akibatnya kini ia harus tidur diluar karena hukuman atas ketidak senonohan yang akan ia tampilkan bersama dengan kakak iparnya. Louis membelai rambut panjangnya sayang, Brandon hanya terdiam memandangi langit malam yang kala itu sangat cerah dengan bintang-bintang yang tampak disetiap gelapnya. Ia terus mendecak kesal karena nyamuk mulai menggigiti kulit putih mulusnya, Louis merengek manja mengganggu lamunan Brandon.

"Diamlah, Pak tua. Ingat umurmu dan berhentilah bersikap seperti itu, kau membuatku kesal saja." Ucap Brandon mencuramkan halisnya pada Louis. Louis yang mendengar itu bersidekap sambil cemberut.

"Siapa yang Pak tua? Kau tak pernah bercermin yah?" Ucap Louis masih mengehentakkan kakinya ke tanah tanda kesal. "Harusnya kau menahan hormon kejantananmu itu, Brandy. Apa kau lupa sedang dimana kita sekarang? Kau lupa dengan nilai tata krama yang ku ajarkan padamu yah?" Louis memandang Brandon sengit, Brandon hanya memandang Louis sekilas kemudian menarik selimutnya semakin atas menutupi hingga ke dagunya. Ia sekarang berbaring disebuah dipan yang terbuat dari anyaman bambu dengan Louis yang duduk di ujung dipan. Dibalik tembok, Suminar mendengar percakapan calon menantunya, ia terkikik geli mendengar Louis yang merajuk seperti itu dan Brandon yang bersikap dingin.

"Aku hanya ingin mencium wanitaku, apa itu salah? Lagipula aku sudah mendapat ijin untuk menikahinya kan?" Ucap Brandon melirik Louis dengan ekor matanya, tangannya ia buat sebagai bantalan dibalik kepalanya yang berambut silver.

"Itu memang benar, tapi kan bukan berarti kau harus menciumnya dihadapan orangtuanya sebelum kalian menikah." Louis mengurut keningnya, pusing dengan sikap pria disampingnya ini. Brandon bangkit dengan senyuman diwajahnya. Louis menjaga jarak dari wajah Brandon dengan kerutan di kening.

"Kenapa kau?" Tanya Louis curiga.

"Aku akan menikahinya besok." Ucapnya cepat, Louis bangkit sambil memegang dadanya, terkejut.

"Oh astaga! Yang benar saja?!" Louis tak dapat menutup mulutnya yang menganga terkejut, Brandon mengangguk dengan sorot mata yang berbinar.

"Ada yang salah?" Tanya Brandon

"Tentu saja!" Teriak Louis sambil menjitak kepala Brandon yang keras dengan tangannya yang rapuh. Louis mengaduh sendiri karena memukul batu.

"Uuuughh..." Ia meringis sambil mengibas-ngibaskan tangannya, Brandon masih menampilkan sorot mata yang berbinar karena idenya.

"NO!" Ucap Louis tegas. Brandon mengerutkan wajahnya, Suminar yang menguping dari dalam pun sama.

"Kenapa? Ku kira kau ingin aku segera menikah." Ucap Brandon heran, Suminar mengangguk mendengar ucapan calon menantunya. Rusidi yang akan ke kamar mandi melihat istrinya tengah mencondongkan telinganya ke tembok, ia mencolek suminar membuat wanita itu terkejut. Dengan bahasa isyarat ia meminta suaminya untuk diam dan ikut mengupingg bersamanya.

"Aku setuju kau menikah dengannya, aku juga inginnya seperti itu. Tapi.... Errrmm... Aduh, bagaimana yah mengatakannya." Louis bersikap aneh, ia berjalan mondar mandir dihadapan Brandon sambil memainkan rambutnya yang ia gulung kemudian ia gerai, gulung kemudian gerai berulang kali. Brandon memiringkan wajahnya sambil mengerutkan halis.

"Brandy, kau tahu sendiri kan jika pernikahan itu tak bisa mendadak. Apa yang akan orang lain katakan pada keluarga Herlena?" Louis mencoba menjelaskan sambil duduk disamping Brandon. Ia mencoba menjelaskannya dengan hati-hati sekali, karena memberikan penjelasan pada keinginan Brandon yang ditolak dalam jarak dekat ialah sebuah aksi bunuh diri.

Abraham's Family and Their Secrets (21+)Where stories live. Discover now