Bagian 14

2.6K 69 14
                                    

Janur kuning melengkung dengan gagahnya di gerbang masuk desa Puncakwangi, pada hiasan paling bawah janur itu terdapat tulisan yang menandai pernikahan Helena dan Brandon. Warga berbondong-bondong memenuhi undangan Rusidi yang empunya hajat, semua golongan yang ada di desa tersebu tanpa terkecuali ia undang. Rusidi bukan tipe orang yang suka memilih-milih dalam bergaul di masyarakat, semua kalangan ia ajak bergaul maka tak heran jika ia selalu punya tempat di masyarakat.

Sebuah panggung sederhana untuk mengucapkan ikrar pernikahan telah berdiri dengan anggun, orang-orang nampak sibuk mengatur acara yang akan segera dilangsungkan. Di dalam kamar, Helena nampak tersenyum mesti hatinya masih sedikit ragu dengan keputusannya. Ia tak enak hati menolak permintaan Brandon yang tengah berlutut dihadapannya semalam, mata abu itu terlihat begitu tulus dalam memintanya. 'semoga Brandon memang pria yang tepat untukku.' Helena menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan. Alex memandangi Helena yang hanya mengenakan jubah mandi berwarna putih gading, ia tersenyum lalu mengambil kuas dan sebuah botoh kecil berisi alas bedak untuk memoles penampilan Helena menjadi wanita paling cantik di pestanya. Sementara itu di kamar Brandon, pria kekar tersebut tengah disibukkan dengan hafalan yang terus-terusan ia ulang agar tak salah mengucapkan ikrarnya. Ia tampak tak mau diam, kakinya tak henti-hentinya ia gerakkan. Menikahi Helena adalah hal yang paling Brandon tunggu sejak pertama kali ia bertemu dengan wanitanya. Wanita yang begitu cantik, anggun, ramah namun tegas. Helena akan menjadi ibu yang sangat sempurna untuk anak-anaknya kelak.

Brandon menggeser layar ponselnya, ia tak menemukan Louis semenjak subuh tadi. Beberapa kali nada sambung terdengar namun Louis tak juga mengangkatnya. Jam dinding menunjukkan hampir pukul 9 pagi, tubuh Brandon menegang karena sebentar lagi ia akan dipanggil untuk ke meja ikrar. Pintu kamar Brandon terbuka, sesosok tubuh berbalut kain satin berwarna tosca dengan renda di bagian dada atas hingga menutup leher jenjangnya membuat penampilannya sangat anggun. Rambut panjangnya di sanggul acak ke atas menampilkan tengkuk jenjang yang putih. Brandon terbelalak, ia bangkit kemudian air wajahnya berubah kesal.

"kenapa kau berpakaian seperti itu di pernikahanku, Lou?" kerutan Brandon semakin mendalam. Louis mengerjap genit dengan matanya yang cantik, kipas yang ia tenggerkan diwajahnya ia kibas-kibas pelan, kakinya yang lenjang dengan sengaja ia tarik keatas, kain batik dengan belahan yang tinggi itu tersingkap, memamerkan paha dan betisnya yang mulus. Louis masuk, bunyi sepatu hak tingginya begitu terdengar nyaring saat bersentuhan dengan lantai keramik yang dingin. Bibir tipisnya terlihat segar dengan lisptik pink lembut dan sentuhan glossy. Bibir tipis itu ia kerucutkan karena melihat air wajah Brandon yang terlihat sangat kesal. Tangan lembut Louis menangkup wajah Brandon gemas, kemudian mencium pria itu tepat di pipinya. Brandon yang merasa jijik langsung menghapus bekas lipstik yang menempel di pipinya. Ia mengelapkan tisu beberapa kali ke pipinya, Louis tertawa terbahak melihat sikap Brandon.

"Ya ampun Brandy, dulu bahkan kau aku timang-timang. Kenapa sekarang sikapmu berubah begitu?" Senyumnya dari balik kipas lipatnya sambil memainkan matanya yang indah. Brandon bergidik, merasa jijik dengan sikap Louis. Ia mendorong Louis keluar dan menutup pintu dengan kencang. Louis terkikik geli melihat sikap Brandon padanya.

"Jangan terlalu gugup Brandy, seperti baru pertama kali saja." Ucap Louis sambil cekikan. Para kerabat yang ada disekitarnya memandang pada Louis dengan takjub, Louis begitu cantik dan mempesona. Sadar dengan tatapan yang ia dapatkan, ia pun mulai memasang sikap seanggun mungkin sambil menyapa tiap orang yang tersenyum padanya. Tubuh tinggi itu pun melenggang, memasuki kamar yang ada di sudut ujung rumah itu, kamar Helena.

Sapuan kuas membuat wajah cantik Helena terlihat semakin merona, matanya bersinar dengan kegugupan yang terlihat jelas dari wajah cantiknya. Suminar duduk di sisi ranjang, Memandang bahagia pada putrinya yang sebentar lagi akan menjadi pengantin. Penata rias dan asistennya nampak sibuk membenahi penampilan Helena, mereka bekerja dengan profesional agar riasannya terlihat sempurna.

Abraham's Family and Their Secrets (21+)Where stories live. Discover now