2

82 6 6
                                    

Rachel's POV.

Teng Teng Teng!
Bel tanda istirahat pun dibunyikan.
Jacob masih tertidur di kelas.

Aku segera mengambil uang jajan dari dompetku.
Jacob menguap dan terbangun.

"Hai." sapanya.

"Halo." kataku.

"Lo mau ke kantin?" ia bertanya.

"Iya." kataku.

"Ikut doongg." katanya lalu berdiri dan meregakan tangannya. Pegal kali, ya.

"Berdua?" tanyaku sambil meneguk salivaku.

"Iya lah, mau ajak siapa lagi? Setan? Lo kan murid baru dan lo baru kenal gue doang." Ujarnya sambil tersenyum.

"Tapi lo kan pasti ditungguin temen-temen lo, ditambah lo terkenal dan status gue disini sebagai murid baru, bisa aja mereka pikir gue dan lo itu pacaran padahal gue baru masuk. Kalau gue di-bully gimana..." kataku masih merasa aneh karena menggunakan gue-lo.

"Ya terus? Lo mau ke kantin apa engga?" tanyanya tanpa mengidahkan perkataanku tadi.

"Ugh, fine." kataku menyerah.

Ia tersenyum lalu menggandeng tanganku.

Mukaku sekarang merah seperti tomat karena Jacob memegang tanganku, padahal dia baru kenal denganku. Apa memang semua laki-laki kayak begini?

Aku dan Jacob berlari secepat mungkin agar cepat sampai ke kantin. Takut sudah terlalu penuh dan menjadi bahan gossip-an.

Cewek-cewek di sekolahan ini banyak yang menyukai Jacob, bahkan ada yang menyatakan cinta dan meminta Jacob sebagai pacarnya. Tapi Jacob tidak pernah menerimanya. Dia bilang, "Ngapain, masih SMP."

Tiba tiba aku merasa sesak. Aku berhenti berlari.
Aku menundukan kepalaku. Jacob ikut menundukkan kepalanya lalu berbisik di dekat telingaku sambil terengah-engah.
"Gimana rasanya diliatin? Lo harus terbiasa."

Aku menatap Jacob, ia masih di dekat mukaku. Hidung kami bersentuhan. Bersamaan muka kami memerah.

Aku masih terdiam.

"Ayo jalan lagi." kata Jacob sambil menggandeng tanganku dan langsung lari dengan cepat.

Beberapa menit kemudian, akhirnya kami sampai di kantin. Jacob menyediakan meja untuk dua orang, aku dan Jacob. Jacob sudah duduk duluan dan mendengarkan lagu dari handphonenya. Aku masih mengantri mengambil makanan. Mata semua orang tertuju padaku. Aku merasa tidak enak.

"He-hello you there. What you gonna uh want? An egg? Uh rice? Oh to the me and you so cool." ucap seorang ibu-ibu yang jualan makanan.

Astaga.
Bahasa Inggrisnya lebih parah daripada yang kukira.

Aku menghela nafas. Kemudian tersenyum.
"Aku mau katsu nasi dan air putih dingin. Bisa tolong antarkan ke meja nomor 02? Thanks."

"Hah? oh ya ya okay okay." ucap ibu tersebut.

Ibu tersebut segera mengambil pesananku dan memberikannya kepadaku.

Aku tersenyum kecil yang menandakan aku berterima kasih.

Aku segera duduk di meja bersama Jacob.

Reflek semua orang memperhatikan kami dengan berbagai tatapan. Tapi muka mereka tersenyum. Apakah itu arti yang baik atau... buruk?

"Oh, lo udah pesen makanan?" tanya Jacob sambil melepaskan headsetnya.

"Udah." kataku singkat.
"Oh Rach, temen gue lagi mau kesini. Nanti kenalan ya. Besok juga ada acara nari di lapangan basket sekolah ini. Nggak modal banget tempatnya. Mau nggak lo jadi pasangan gue besok?" kata Jacob sambil tersenyum.

Aku terdiam. Kemudian tersenyum kikuk. "B-boleh."

"Baper ya? Cie cie."  Jacob tertawa kecil.

"Ih enggak!" Kataku sambil membuang muka.

"Oh iya," Aku mengeluarkan sesuatu dari kantung rok-ku. "Ini."

Aku memberikan Jacob permen.

"Ini permennya enak ngga nahan, lo cobain pasti ngiler deh!" Kataku.

Jacob menerima dan memakan permen yang kukasih.

"Wow." komentarnya.
Aku tertawa kecil

Lalu tiba-tiba mataku teralihkan pada delapan orang yang sedang lari kearah kami.

tujuh laki laki dan satu perempuan.

Perempuan yang satu ini cantik banget. Meskipun dia terlihat sangat tomboy. Rambutnya panjang tapi diikat, warna rambutnya coklat terang. Matanya berwarna hijau. Dia blasteran, ternyata aku bukan satu-satunya.

Ia memakai seragam sekolah yang sama. Tapi, jas warna putihnya dilipat acak- acakan tapi terlihat bagus untuk dia dan bagian yang mengagetkan adalah, roknya sekitar tujuh centi di atas lutut.

Mereka mendekati meja kami, lalu menyapa Jacob dengan gembira, dan beberapa dari mereka menatapku dengan aneh, mungkin bingung kenapa aku bisa di samping Jacob.

The Bloody Archangel [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang