Jumat, 2 September 2016
Untuk ke sekian kalinya kuinjakkan kaki di bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Tapi kali ini tujuanku bukan untuk jalan-jalan, melainkan menetap selama puluhan hari di daerah Jakarta Timur. Tempat tujuanku adalah Pusdikkes TNI AD. Aku tak dapat membayangkan bagaimana kondisi di sana. Yang kutahu hanyalah di sana merupakan tempat para TNI menjalani pendidikan.
Supir yang udah disewa mama untuk mengantarku ke Pusdikkes menelefonku.
"Halo Mbak.. udah sampe?"
"Eh iya Pak, tapi lagi nungguin bagasi. Pak Hari di mana ya?"
"Bapak tunggu di luar ya Mbak."
"Oh udah di luar. Iya Pak, iya, kalo udah ngambil bagasi aku langsung ke sana," aku ngangguk-ngangguk walau Pak Hari tidak melihatku.
"Iya Mbak. Bapak pake baju putih ama topi hitam tulisan *** ya."
"Iya Pak."
Tak lama, bagasi sudah kumasukkan dalam troli dan aku mendorongnya hingga ke luar pintu. Kuambil ponsel dan menelefon Pak Hari. Dengan sekali pandangan mata, aku langsung mendapatinya berdiri dan juga sedang memandangku sambil menerima telefon dariku. Benar sudah. Beliau menghampiriku.
"Mari Mbak.." Pak Hari mengambil alih mendorong troliku. Aku berjalan mengikutinya.
"Udah lama, Pak?"
"Hehehe, jam 10 Mbak," Pak Hari tersenyum.
Eww.. sekarang udah 11.30 WIB. Sudah lama berarti beliau menungguku. Aku hanya menyengir lebar. Kami menuju taksi yang dikemudi beliau, dan segera meluncur menuju lokasi yang dituju.
Pusdikkes TNI AD Kramat Jati, aku datang!Sekitar sejam perjalanan, akhirnya mobil memasuki Pusdikkes TNI AD. Hatiku berdebar. Seperti apa kelak pembekalan yang kujalani di tempat ini? Ini pertama kalinya aku memasuki lingkungan TNI. Meski aku menyukai lingkungan yang hijau dan bersih itu, hatiku deg-degan, serasa tidak ingin turun dari taksi Pak Hari.
"Makasih Pak."
Pak Hari tersenyum dan mengatakan "Sama-sama Mbak. Hati-hati ya."
Aku menelan ludah melihat sudah banyak "calon teman-teman"ku yang berada di depan ruang registrasi, sambil memegang koper masing-masing. Mereka ternyata sudah selesai registrasi ulang dan akan menuju kamar tempat kami akan tinggal.
Aku membaca sekilas nama ruang registrasi. Ruang Serba Guna. Aku segera membuka ransel dan mengambil map berisi berkas untuk registrasi ulang.
"Eh yang jaket biru! Lepas jaketmu!"
Seorang tentara menunjukku setelah berseru demikian. Aku tersentak dan menoleh. Itu gue yang ditunjuk. Jaket gue biru.
Tidak salah lagi. Dengan gugup aku segera melepaskan jaket yang kukenakan, kemudian lanjut mempersiapkan berkasku. Duh, jangan panik, jangan panik!
Aku masuk ke ruang registrasi dan mengantri. Seorang panitia bertanya, "Udah liat kertas yang di dinding? Liat dulu, di sana ada pembagian kelompok, baru ke sini."
Aku menggeleng sekaligus mengangguk mendengarnya. Aku mengikuti instruksinya, kemudian kembali lagi. Ternyata aku berada di kelompok 1, maka aku pun antri di meja kelompok 1. Aku berpapasan dengan temanku, Arfah, yang sedang antri di kelompok 6. Dia sudah lebih dulu tiba di Jakarta kemarin.
Selesai registrasi, kami mengambil koper dan tas masing-masing, kemudian berbaris rapi berjalan menuju kamar yang disediakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovenesia
Non-FictionAku tak pernah membayangkan akan hidup seperti ini, berdiam di dunia militer meski sejenak, dan jatuh hati pada seseorang yang juga menjalani pendidikan semi militer sepertiku.