Tinggalkan Ayah, Tinggalkan Ibu

429 7 1
                                    

Malam yang pertama di Pusdikkes. Entah di ruangan apa, Komandan meminta kami berkumpul dan duduk sesuai peleton masing-masing.

Ada 3 komandan pria yang memberikan arahan. Aku masih belum mengenal siapa saja mereka. Hanya satu yang aku ingat nama mereka, Komandan Junnasius. Dari mereka bertiga, sepertinya Komandan Juna yang termuda. Hanya saja seorang komandan segera berkata, "Kalian tidak usah berharap sama Komandan Juna. Dia itu baru saja menikah, masih pengantin baru. Nggak jomblo lagi. Ngerti kalian?"

Kami tertawa sambil menjawab, "Siap, mengerti Ndan!"

"Ndan, jadi siapa yang masih jomblo?" seorang teman nekad bertanya. Ckck... aku sih nggak berani.

"Kenapa? Kamu mau cari yayang? Aku yayangmu sekarang!"

Gubrakk... anak-anak pada ngakak. Komandan berkumis yang lebih tepat menjadi ayah kami ternyata jiwa humorisnya lumayan tinggi, meski wajah beliau lumayan sangar. Aku menajamkan mata, berusaha membaca nama yang tertulis di seragam beliau. Komandan Djoko.

Seorang komandan wanita yang sudah berumur memasuki ruangan dengan langkah tegap. Semua menoleh pada beliau. Ketiga komandan lantas memberi hormat.

Aku mengamati langkah beliau. Keren sekali, meski komandan wanita. Seperti seorang ibu. Beliau berdiri di hadapan kami dan tersenyum sejenak. Lesung pipi beliau tampak, dan menambah kemanisan sekaligus kegagahan beliau. Yap, komandan wanita yang gagah.

"Selamat malam."

"Siap, selamat malam!"

"Sebelumnya saya ucapkan selamat datang di Pusdikkes Kodiklat TNI AD, selamat menempuh pembekalan Nusantara Sehat. Saya adalah Danlat kalian, nama saya Vera. Nusantara Sehat... semangat pagi!"

"Siap, pagi!"

Danlat alias Komandan Latihan, Komandan Vera berkata, "Kalau saya bilang selamat pagi, kalian bilang pagi! Tapi kalau saya bilang semangat pagi, kalian bilang pagi, pagi, pagi! Paham?"

"Siap, paham!"

"Nusantara Sehat, selamat pagi!"

"Pagiii...."

"Selamat pagi!"

"Pagiii...."

"Semangat pagi!"

"Pagi, pagi, pagi!"

"Saya sebagai Danlat kalian, adalah orang yang bertanggung jawab terhadap kalian selama kalian menjalani pembekalan di Pusdikkes. Saya harap kerja samanya, mohon untuk taati semua aturan yang ada, hindari pelanggaran sekecil apapun. Karena kalau kalian berbuat salah, yang ditegur adalah saya. Yang dimarahi adalah saya. Kalian rela danlat kalian dimarahi?"

"Siap, tidak!"

"Baik. Kemudian saya tekankan pada kalian, banyak yang menjalani pendidikan di sini. Kalo saya istilahkan, kalian lebih rendah militernya dibandingkan pendidikan militer yang ada di sini. Jadi kalo ketemu militer yang lain, kalian beri hormat dan teriak, Nusantara Sehat! Jadi kalian ketemu siapapun, apalagi kami yang istilahnya organik, teriak Nusantara Sehat! Terserah mau bilang Nusantara Sehat atau NS atau Kemenkes, yang penting orang bisa melihat sikap hormat kalian."

Komandan Vera berhenti sejenak memberikan arahan, berganti dengan latihan menyanyikan Mars Nusantara Sehat.

Kami generasi muda bangsa
menyatukan tekad padukan tenaga
membangun Indonesia dari pinggiran bersama-sama
demi wujudkan bangsa yang kuat, jiwa raga, serta lingkungan yang sehat
janji bakti kami kepada bangsa Indonesia Raya
mari bersama-sama masyarakat semua
budayakan perilaku hidup bersih sehat
bersatu kita bergandeng tangan meningkatkan pelayanan kesehatan
bangkitkan semangat meraih asa Nusantara Sehat

Setelah selesai memberikan arahan, Komandan Vera lantas meminta Komandan lainnya untuk mengambil alih. Kali ini yang berbicara adalah Komandan Juna. Sebelum Komandan Vera pamit, beliau berkata, "Kalian nggak bisa ngapa-ngapain, dia ini pengantin baru."

Serentak kami tertawa, sementara Komandan Juna hanya tersenyum simpul. Setelah Komandan Vera pergi, barulah beliau memulai arahan.

"Selamat malam!"

"Malam!"

"Pagi!"

"Pagi, pagi, pagi!"

"Sepertinya kalian kekurangan Aq*a ya? Saya bilang pagi, bukan semangat pagi."

Semua riuh tertawa. Iya juga ya, kadang kami terkecoh antara selamat pagi dan semangat pagi.
Kemudian Komandan Juna lanjut berbicara.

"Di sini kami belum akan memberikan materi, istilahnya masih pembekalan awal. Kita di sini berada di lingkungan pendidikan, jadi kalian para siswa.... saya boleh manggil kalian siswa?"

"Siap, boleh!"

"Para siswa, lingkungan kita di sini adalah lingkungan militer, jadi biasakan apabila bertemu dengan siapa saja, ucapkan salam. Kami tidak mau tau, kalian bertemu pembinamu, bertemu dengan siswa lain, kalian harus memberi salam. Di sini banyak yang juga menjalani pendidikan, ada dari BPJS, Bintara, Kopasus, jadi ketika kalian memberi salam Kemenkes!, orang-orang akan paham kalian adalah siswa Kemenkes, Nusantara Sehat."

"Kemudian pada saat kalian berjalan, usahakan untuk berbaris. Kalau jumlahnya kurang dari 10 orang, kalian berbanjar satu, dan kalau lebih dari 10 orang, kalian berbanjar tiga. Jangan sendiri-sendiri seperti tadi. Memang kalian baru di sini tapi setidaknya kalian membiasakan diri, kalau berjalan harus berbaris sambil bernyanyi."

Panjang lebar Komandan Juna menjelaskan, dan akhirnya diakhiri dengan latihan menyanyikan sebuah lagu khas tentara. Hanya saja ada beberapa lirik yang diganti dan disesuaikan dengan kondisi kami.

Tinggalkan ayah, tinggalkan ibu
izinkan kami pergi berjuang
di bawah kibaran sang Merah Putih
majulah ayo maju, menyerbu! serbu!
tidak kembali pulang sebelum kita yang menang
walau keringat bersimbah di badan kita
demi bangsa kami kan berjuang

maju ayo maju ayo terus maju
singkirkan dia, dia, dia
kikis habislah mereka demi negara Indonesia
wahai kawanku tim Nusantara Sehat di mana engkau berada
teruskan perjuangan para pahlawan
demi bangsa kami kan berjuang

LovenesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang