Chapter 2
Peristiwa yang terjadi dalam mimpinya tampak begitu nyata, wanita itu memohon, menangis dan meraung-raung seolah ia tidak tahu kenapa dijadikan sasaran. Bahkan Vella dapat merasakan ketakutan nyata wanita itu saat pisau teracung di depan wajahnya. Keputusasaan nya karena menyadari hidupnya akan segera berakhir, semua dapat Vella rasakan dengan jelas.
Kemudian Vella merasakan emosi sang pembunuh, penyesalan lalu berganti menjadi kepuasan. Mendengar pikiran sang pembunuh untuk merusak wajah wanita itu sampai hancur, lalu membuangnya ke sungai.
Kemudian Ia terbangun dalam keadaan berkeringat, jantungnya berdebar cepat.
***
Hari Itu vella tidak bisa berkosentrasi mengerjakan analisa keuangan milik salah satu klien kantornya. Angka – angka dihadapannya tampak kabur, pikirannya dibayangi mimpi tadi malam.
"Vel... Vellaaaa halloooo ... halo halo Banduuuung..." Sisca teman sebelah kubikelnya melambaikan lambaikan tangannya di depan wajah Vella menyadarkan Vella dari lamunannya.
"Iya sis... sorry sorry gue lagi agak skip. Gimana gimana?" Vella mencoba fokus
"Apanya yang gimana, orang gue cuma mau pinjem lipstick lo, kok...hihihi. Mau meeting ama Skytrac nih, CFO nya bakal dateng juga katanya, yang ganteng mirip Darius Sinathrya itu lho Vel..." dengan genit sisca mengerjap – ngerjapkan matanya yang dihiasi bulu mata palsu.
Vella hanya tersenyum, saat ini dalam pikiran temannya dipenuhi impian akan laki – laki kaya yang tampan dan cara mendapatkannya. Tapi Vella tau, hatinya sebenarnya baik.
Ia segera mengeluarkan lipstiknya dari dalam make up pouch lalu menyerahkannya pada sisca, "Nih, lo bawa aja deh. Buat touch up nanti dsana. Siapa tauuu bibir lo jadi ikutan seksi kayak Kylie Jenner."ucap Vella sambil mengedipkan sebelah mata
"Aaaah semoga dengan lipstick ini sex appeal bibir gue muncul dan bikin mas CFO pengen icip – icip manja yak.. hihihi.. thank you so much my darling... beneran gue bawa yaa.. bye honeeey" Sisca memonyong – monyongkan bibirnya dan memberikan ciuman jauh ke arah Vella
"Good luck Siiiis, tarif sewa lipstiknya kita itung belakangan, yaaa.." Vella menjawab di sela tawanya sambil berteriak kearah sisca yang sudah pergi menjauh
Selepas kepergian Sisca, Vella beranjak dari kursinya menuju pantry. Mungkin secangkir kopi bisa membuat otaknya lebih konsentrasi pikirnya. Di pantry beberapa OB sedang mengobrol sambil menonton televisi.
Vella sedang mengaduk kopinya saat terdengar siaran berita breaking news,
"Ditemukan mayat seorang wanita tanpa identitas di sungai. Wajah korban rusak dan tubuhnya bengkak sehingga sulit untuk dikenali. Diduga korban terjatuh ke sungai dan hanyut terbawa arus. Jenazah langsung di bawa ke Rumah Sakit untuk menjalani proses otopsi. Jika anda memiliki informasi lebih lanjut mengenai korban, anda dapat menghubungi call center Polisi 24 jam di nomor 90000"
Vella segera membalikkan badannya untuk melihat siaran berita itu, pada layar tv tampak kerumunan warga dipinggiran sungai dan wawancara keterangan dari warga yang menyaksikan mayat itu hanyut dan tersangkut di dahan pohon.
Vella segera menyandarkan tubuhnya yang terasa lemas di konter pantry, tangannya gemetar membuat cangkir kopi yang dipegangnya bergetar, segera ia letakkan cangkir itu di konter tadi dan keluar dari pantry. Mendadak ia kehilangan selera, ia yakin, berani mempertaruhkan mobil baru yang masih dicicilnya, bahwa mimpinya semalam benar – benar nyata terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gifted
RomanceAdhyaksa, Mendedikasikan hidupnya sebagai Polisi, hasilnya pada usia yang terbilang muda ia telah sukses menjadi Kepala Satuan Reserse dan Kriminal. Sering bersinggungan dengan kejahatan membuatnya sinis dan skeptis, terlebih jika menyangkut cinta d...