Dalam perjalanan kembali ke Kantornya Vella tampak termenung, sebenarnya ia sedang memutar otak, mencari kata-kata yang tepat untuk mengajak Aksa menghadiri resepsi pernikahan Niken tanpa membuat kesan ia perempuan yang agresif. Rupanya Aksa mengira Vella terdiam karena kata-kata nya saat mereka makan barusan, meminta Vella mengingat –ngingat kejadian dalam mimpinya dengan lebih detail dan memulai proses interogasi kembali.
"Vella, kalau kamu belum siap kita gak usah interogasi malam ini" Aksa memulai percakapan
"Gak apa, Mas, Malam ini aja.. takut kalau ditunda malah ada detail penting yang terlupa.." Vella menjawab yakin
"Kamu yakin? Daritadi soalnya kamu diam aja.. Saya paham banget ini pasti berat buat kamu. Saya aja yang polisi masih stress kalau liat TKP pembunuhan.. apalagi kamu yang menyaksikan.." Suara Aksa mengecil lirih, ada nada khawatir terdengar jelas disana
"I'm OK Mas.. " Vella tersenyum manis saat mendengar kata-kata Aksa tadi, entah mengapa perhatian kecil itu begitu berharga baginya
"If there's anything I can do to make it easier please let me know, ya Vel.."
Vella segera menyadari ini waktu yang tepat untuk mengutarakan maksudnya,
"Hemmm... Sebenarnya ada sih yang bisa Mas Aksa bantu... "
Vella menghentikan kalimatnya menunggu reaksi Aksa, sementara Aksa hanya mengangkat salah satu alisnya dengan ekspresi bertanya, matanya masih focus ke jalan raya di depannya
"Kalau aku ajak Mas Aksa datang ke nikahan teman kantorku kira-kira Mas Aksa berkenan ga?"
Vella memilih kata-katanya dengan cermat, Tubuhnya menegang menanti jawaban Aksa.
Aksa tersenyum simpul seraya menjawab "oh ya pasti dong... Tapi wani piro?"
Jawaban Aksa membuat Vella memukul lengannya ringan, "Mas, ini serius.. acaranya malam minggu ini"
"Hahaha, Siaaaap... don't worry.. 7 o'clock, sharp, I'll be at your door, My Lady" Aksa menjawab sembari menghormat ke arah Vella, Vella mendadak tersipu mendengar kata My Lady yang diucapkan Aksa untuknya, membuat Aksa tidak mampu menahan diri dan mengusap lembut pipi Vella, lalu dengan cepat mengalihkan kembali jarinya pada kemudi dan tampak fokus pada kemacetan di hadapannya seolah mengabaikan Vella yang mendadak mematung di sampingnya.
Sentuhan ringan itu menimbulkan efek dahsyat dalam diri Vella, sepertinya ia telah tersengat listrik dan sekarang yang ia rasakan hanya degup kencang jantungnya sampai-sampai ia takut Aksa bisa mendengar suara jantungnya yang seolah bagai drum sedang ditabuh. Sementara Aksa tampak menikmati perjalanannya, bersenandung kecil mengikuti lagu yang diputar di radio.
***
Malam itu Vella kembali ke kantor Polisi, kali ini interogasi dilakukan di ruangan Aksa, namun sosok Aksa sendiri tidak tampak. Hanya Angga dan Pak Burhan yang kembali menanyai Vella dan mencoba membuatnya mengingat-ingat kembali detail-detail yang mungkin terlupakan.
Rasa kecewa menyelinap di hati Vella saat ia mengetahui bahwa Aksa tidak bisa hadir karena harus mendampingi Komandannya menghadiri acara penting. Entah mengapa semua terasa berbeda tanpa kehadiran Aksa, dan sejujurnya walaupun baru tadi siang ia berpisah dengan Aksa di lobby kantornya namun ia sudah merindukan sosok Aksa yang sekilas tampak skeptis namun ternyata memiliki sisi humoris.
Tidak banyak yang bisa Vella utarakan karena seingatnya ia sudah menceritakan semua peristiwa dengan detail. Pertanyaaan yang sama diajukan berulang-ulang membuatnya lelah dan semakin ia memaksa untuk mengingat lebih detail, peristiwa-peristiwa itu malah semakin kabur dari ingatan digantikan suara-suara disekelilingnya yang menyerbu masuk ke dalam pikirannya. Sampai ahirnya ia menyerah karena sakit kepala hebat melandanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gifted
RomanceAdhyaksa, Mendedikasikan hidupnya sebagai Polisi, hasilnya pada usia yang terbilang muda ia telah sukses menjadi Kepala Satuan Reserse dan Kriminal. Sering bersinggungan dengan kejahatan membuatnya sinis dan skeptis, terlebih jika menyangkut cinta d...