''KOOKIE~~ Aku pulaaang~ Huft, aku sangat lelah.'' Sosok berseragam itu memasuki sebuah apartemen yang bernuansa hangat, membuat siapa saja yang bertamu kesana tidak ingin meninggalkan tempat yang mempunyai kesan nyaman tersebut.
Pria yang berada di ruang tengah itu kini mengalihkan pandangannya pada sang pemilik suara tadi, ia menyuruh sosok berseragam itu mendekatinya, duduk di sampingnya. Sosok berseragam tadi hanya menurut menuruti permintaan kecil sosok pria yang ia panggil 'Kookie' tadi. Ia melempar tas beratnya ke atas sofa yang empuk, lalu ikut menghempaskan badannya ke sofa itu, tepat di samping Jeon Jungkook- pria yang ia panggil 'Kookie' tadi.
''Taetaeku sudah pulang hm?'' Ujar Jungkook kepada sosok di sebelahnya kini yang tengah menyenderkan kepalanya di pundaknya. Jungkook mengecup pelan pucuk kepala Taehyung dan mengusapnya pelan dengan penuh kasih sayang. Sosok bernama Taehyung tadi hanya menganggukan kepalanya kecil sembari memejamkan matanya, menikmati letupan-letupan kecil yang selalu muncul memenuhi sudut-sudut hatinya jika berada di dekat Jeon Jungkook, kekasihnya.
''Bagaimana sekolah tadi hm?'' Lanjut Jungkook.
''Hm, luar biasa~ Apakah kau tahu hyung? Mimpi yang kuceritakan tadi pagi benar-benar terjadi lagi! Haha, aku luar biasa ingin tertawa jika mengingat kejadian tadi kekeke~'' Ujar Taehyung dengan senyum kotak yang menghiasi wajahnya yang manis itu, menambahkan kesan menggemaskan di mata Jungkook.
''Oh, jadi kau senang jika ada seorang gurumu yang dipermalukan hm?'' Tanyanya lagi dengan senyum seperti memaksa meminta jawaban.
''Haish, tidak juga sih. Aku hanya kesal saja kepada Lee sonsaengnim itu. Ia selalu menunjukku untuk maju ke depan untuk mengerjakan kumpulan angka laknat itu dengan alasan aku yang selalu melamun di tengah pelajaran. Berbanding terbalik dengan kenyataannya. Padahal sebenarnya aku hanya memerhatikan apa yang ia terangkan dengan mulut terbuka, karena yaah- aku terlalu sulit untuk memahaminya, hyung. Hyung percaya kepadaku kan?'' Taehyung mengedip-ngedipkan matanya berulang kali saat ia melontarkan kalimat terakhir. Ugh, kan Jungkook jadi semakin gemas.
''Hm, aku selalu mempercayaimu Tae~ Tapi, kau tidak boleh melampiaskan kekesalanmu itu dengan menertawakannya saat yaa- rambut palsunya itu terbang tertiup angin di musim gugur ini. Begitukah mimpimu tadi malam Tae?'' Pertanyaan Jungkook dibalasi anggukan oleh Taehyung.
''Huh, aku heran mengapa semua mimpimu itu selalu terjadi Tae? Kau sangat beruntung mempunyai bakat itu.'' Jungkook menarik hidung Taehyung dengan gemas.
''Beruntung apanya? Bagaimana jika aku bermimpi buruk hah? Apakah kau tetap akan mengatakan jika aku beruntung hyung? Untung saja aku jarang sekali bermimpi buruk.'' Taehyung mempoutkan bibirnya.
''Kurasa itu juga termasuk beruntung. Jadi, sebelum kau mengalami hal buruk yang persis seperti di mimpimu kau bisa mencegahnya kan?''
''Huh, terserah kau Jeon!'' Taehyung membalikkan badannya, membelakangi Jungkook.
''Uuuu~ Baby Taehyungie marah ya? Ayo sayang, berhenti merajuk okay? Mari kita segera makan malam hm? Kau akan sakit jika terlambat makan babe,'' Jungkook menarik-narik kecil lengan Taehyung.
Tetapi, tidak ada pergerakan sedikitpun dari Taehyung. Sepertinya ia sedang dalam mode bad mood nya. Dan saat itu, Jungkook menarik kecil salah satu sudut bibirnya, ia tersenyum miring. Sepertinya ia punya ide untuk menyuruh kekasihnya yang merajuk kini untuk makan.
Jungkook membalikkan tubuh Taehyung agar menghadapnya, lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah manis milik Taehyung, sangat dekat hingga hidung mereka saling menempel. Jungkook menghembuskan nafasnya di depan wajah kekasihnya, dan Taehyung hanya bisa menahan nafasnya secara reflek. Pipinya otomatis memerah seperti buah strawberry yang sudah matang dan siap di panen, kesukaan Taehyung. Jungkook tersenyum miring lalu seperkian detik selanjutnya ia memiringkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya pada bibir cherry milik Taehyung. Ia melumatnya pelan, dengan perasaan, tanpa melibatkan nafsu. Taehyung yang pada awalnya tidak membalas pada akhirnya juga hanyut dalam permainan seorang Jeon Jungkook, ia terkadang membalas kecil lumatan-lumatan Jungkook.
Setelah nafas mereka dirasa ingin habis, Taehyung melepaskan pangutan mereka dan segera memalingkan wajahnya, menghindari wajah Jungkook. Jungkook yang melihat itu hanya terkekeh geli. Dan satu gerakan ia mendekatkan bibirnya di telinga Taehyung, ia membisikkan sebuah pertanyaan yang bisa membuat bulu kudu Taehyung meremang,
''Jadi, kau ingin makan atau dimakan sayang?'' Tanya Jungkook seduktif.
Wajah Taehyung memerah padam menanggapi kelakuan dan pertanyaan Jeon –mesum-Jungkooknya.
''A-aku...Haish- Mati saja kau Jeon'' Umpatnya lalu ia berlari kecil ke meja makan.
Sedangkan Jeon Jungkook hanya bisa tersenyum kecil menanggapi sikap manis kekasihnya itu. Tetapi, ia menghela nafas setelahnya dan bergumam kecil, sangat lirih, hampir tak terdengar.
''Bagaimana jika nantinya aku akan benar-benar mati Tae?''
~●●●~
Sosok mungil itu mulai terusik dari tidurnya, karena pelaku yang tengah memainkan poni coklatnya. Ia pun mulai membuka mata kucingnya perlahan. Biasan cahaya pagi masuk ke netra karamelnya. Setelah ia menetralkan biasan cahaya yang masuk, ia melihat sosok tampan di depannya kini tengah menatapnya dalam dengan tatapan memuja dan penuh akan kasih sayang yang benar-benar tersurat jelas dalam pandangannya.
Sosok tampan tadi tersenyum, ''Selamat pagi, Tae.'' Ujarnya sembari mengusak surai Taehyung lembut. Taehyung selalu merona diperlakukan seperti ini di setiap paginya, membuatnya jatuh semakin dalam ke dalam jeratan pesona dan semua sikap manis Jungkook kepadanya.
''Selamat pagi juga, hyung.'' Taehyung mengucapkannya dengan malu-malu.
''Kau bermimpi apa semalam sayang?'' Jungkook bertanya sembari makin mempersempit jarak antar keduanya. Selalu seperti ini, terbangun di pagi hari dengan perlakuan manis dan pertanyaan yang selalu sama setelahnya. Namun, Taehyung tidak pernah bosan akan hal itu. Bahkan, menurutnya itu adalah candunya. Candu yang ia konsumsi di setiap harinya.
''Hm, kali ini aku bermimpi sedikit berbeda hyung.'' Taehyung berkata lirih.Pucuk kepalanya ia letakkan di atas pundak kokoh milik kekasihnya, sedangkan Jungkook hanya mengusap-usap pucuk itu dengan penuh kasih sayang dan penuh kelembutan, seakan Taehyung ialah sebuah barang yang mudah retak atau pecah. ''Ceritakan saja, sayang.'' Jungkook berkata dengan nada penuh perhatian yang menguar jelas, dan rasa khawatir pun terlihat dari kedua bola matanya.
''Aku bermimpi pulang ke rumah orang tuaku di Daegu, hyung. Aku tidak tahu mengapa. Namun, entah mengapa mereka mengekspresikan wajah yang tak bisa kutebak. Seperti mereka menatapku dengan rasa sedih, kasihan, dan juga raut khawatir. Menurutmu apa yang akan terjadi?'' Nada gelisah itu sangat terdengar jelas. Dan jika begini, Jungkook harus bertindak, ia merengkuh tubuh Taehyung ke dalam pelukannya dan menenangkannya. ''Ssshh,, tidak akan terjadi apa-apa Tae. Percaya padaku. Lagipula jika ada terjadi apa-apa, aku yang akan melindungimu kan? Aku akan melindungimu dengan segenap jiwaku, sayang. Maka, jangan khawatir okay?''
Dan Taehyung hanya mengangguk patuh dalam pelukan Jeon Jungkook.
''Ngomong-ngomong, Tae. Kurasa kau terlambat.''
Yang setelahnya Taehyung tiba-tiba melopat dari atas ranjang dan dengan gerakan kilat ia menuju kamar mandi, sedangkan Jungkook hanya terkekeh melihat tingkah kekasihnya itu.
~●●●~
Jungkook kini tengah menapakkan kedua kakinya dalam sebuah bangunan yang terlihat gelap dan seperti tidak terurus, terbengkalai. Aroma timah berpadu dengan karat menyapa indra penciuman Jungkook. Dan semakin ia masuk ke dalam bangunan 'terlarang' itu, semakin pula juga ia mencium bau tembakau bercampur dengan aroma darah kering yang menusuk.
Jungkook menarik langkahnya berat saat onyx hitamnya mendapati
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Candy ◁KookV▷
Fiksi PenggemarCinta itu terkadang pahit seperti kopi, dan manis seperti permen. Terkadang pun itu semua berbaur menjadi satu, seperti permen kopi. Dan itu semua tergantung bagaimana kau mengecap rasanya. Apakah itu manis atau pahit? Warning! Jungkook as Top & Tae...