17

22.8K 1.6K 59
                                    

Suasana kantin begitu ramai. Para siswa berdesakan agar bisa segera mengisi perut mereka. Sementara itu Naruto dan kawan-kawannya Kiba, Chouji, Shino dan beberapa teman kelasnya yang lain, tengah duduk bersama mengelilingi sebuah meja panjang di tengah-tengah kantin, menikmati santapan mereka. Beberapa orang mencuri pandang kepada mereka, tidak jarang suara cekikikan terdengar dari orang-orang yang melihat kearah mereka. Semua hal ini terjadi karena mereka sedang bersama Naruto. Dari dulu memang Naruto sudah popular, tapi semenjak kabar kedekatannya dengan Sasori menyebar entah mengapa semakin banyak orang yang mengaguminya. Padahal dia mengira orang-orang malah akan merasa jijik dan menganggap itu aneh.

"Naruto kamu dengar aku ga sih?" sungut Kiba kesal. Mulutnya sudah berbusa dari tadi berbicara pada Naruto tapi temannya itu malah asik dengan pikirannya sendiri. "Iya, aku dengar kok. Kamu mau kasih anaknya Akamaru ke Hinatakan" Kiba menatap Naruto tidak percaya. "Kamu benar-benar! Dari tadi aku ngomong kamu ga dengar". "Maaf, maaf. Hehe" ucap Naruto cepat sambil terkekeh kecil, dia tidak terlihat menyesal sedikitpun.

"Kamu mikirin apa sih?" kata Shino. Naruto hanya menggeleng. Sebenarnya dia masih kepikiran dengan perkataan Sasuke di ruang ganti tadi. "Kamu ga makan? Nungguin Sasuke?" kata Shino lagi, saat melihat Naruto membiarkan nasi gorengnya mendingin diatas meja. "Eh, engga juga sih" jawab Naruto agak ragu. Setelah dari ruang ganti dia dan Sasuke memang sudah berencana langsung ke kantin tapi Sasuke harus mengurus beberapa urusan osis dan terpaksa meninggalkan Naruto.

"Jadi kenapa kamu belum makan?" selidik Kiba cepat. Chouji melirik kearah teman-tamannya, dia malah merasa kasihan pada Naruto yang acara menghayalnya terus saja diganggu. "Mungkin Naruto udah kenyang" kata Chouji kepada Kiba dan Shino. "Kamu mau aku bantu habisin?" lanjut Chouji sambil menatap Naruto.

"Oi, Chouji. Mending kamu habisin dulu makananmu. Mana bisa Naruto kenyang makanannya aja belum kesentuh begitu!" ucap Kiba gemas, dengan ekspresi kesal menunjuk kearah piring Naruto. Naruto hanya bisa mendengus malas melihat kedua orang temannya berdebat.

Naruto mengamati setiap sudut kantin, mencari sosok Sasuke. Walau sudah mencari cukup lama dia tidak juga menemukan pemuda itu. Namun sekejap saja wajah Naruto jadi ceria kembali saat melihat Sasori berjalan kearahnya. Disamping Sasori ada Nagato dan Yahiko berjalan beriringan dengannya. Namun, Nagato dan Yahiko memilih duduk di tempat teman-teman mereka yang lain terletak tidak jauh dari tempat Naruto dan teman-temannya, sedang Sasori tentu saja memilih bersama Naruto.

Melihat Sasori datang menghampiri mereka Shino dengan sigap bergeser agar seniornya itu bisa duduk berdampingan dengan Naruto. "Aku gabung disini yah" kata Sasori ramah. Segera Naruto mengangguk. "Kalo gitu aku pesan dulu" kata Sasori, matanya menatap Naruto lekat. "Senpai, aku udah kenyang" kata Naruto. Dia membalikkan tubuhnya agar bisa berbicara dengan Sasori lebih mudah. "Senpai, makan punyaku aja" lanjut Naruto terbata. Sebenarnya dia tidak terlalu yakin menawarkan Sasori makanannya. Walaupun belum dimakan tapi nasi goreng Naruto sudah mulai dingin karena dipesan sejak tadi. Sasori melirik kearah piring Naruto, Nasi gorengnya masih tertata rapi tidak ada tanda dimakan sedikitpun. "Kamu yakin udah kenyang" Tanya Sasori. Dengan senyum indahnya Naruto kembali mengangguk. Tanpa sadar teman-temannya sudah menatapnya tajam.

Sasori mengambil tempat duduk disamping Naruto. Orang-orang disekitar mereka tambah banyak yang mencuri pandang untuk melihat mereka. Dan itu membuat Naruto cukup risih. Naruto menggeser piringnya kedepan Sasori. Kiba hanya bisa menggeleng, karena akhirnya Naruto ke kantin tanpa makan sesendokpun.

"Naru" panggil Sasori. Tangannya sudah memegang sendok yang berisi nasi, bersiap memasukkannya kedalam mulut Naruto. Awalnya Naruto enggan memakannya, apalagi dia sadar begitu banyak orang yang memperhatikan mereka saat ini. Tapi akhirnya walau dengan muka yang memerah karena malu Naruto memakannya juga, dia tidak ingin tangan Sasori pegal karena menunggunya. Sasori tersenyum puas melihat kearah Naruto. "Nah, gitu dong" ucapnya masih terus memperhatikan Naruto mengunyah. "Senpai, juga makan dong" kata Naruto begitu selesai menelan. Tanpa sadar dia langsung mengambil piring didepan Sasori dan langsung membalas menyuapi kakak kelasnya itu. Dengan senang hati Sasori memakannya. Sudah banyak teriakan histeris disekitar mereka. Setiap gerak-gerik mereka memang selalu menjadi bahan perhatian.

Di pintu masuk kantin, seorang pemuda berparas tampan terlihat sudah memasang muka masam melihat kedekatan Naruto dan Sasori. "Sasuke-kun" panggil Sakura gadis cantik yang berdiri disamping pemuda itu. "Ayo" lanjutnya lagi sambil menggandeng Sasuke yang tidak bergerak dari depan pintu masuk kantin. "Kita makan ditempat lain saja" ucap Sasuke datar seperti biasa. Entah mengapa saat melihat Sasori dan Naruto nafsu makannya lenyap seketika. Sakura menatap Sasuke kesal sebelum akhirnya memutuskan untuk buka suara "Aku mau makan disini" ucapnya lantang. Belakangan ini dia memang sebal karena sikap tidak jelas Sasuke.

Sasuke tidak menjawab, dia hanya diam seakan menunggu Sakura yang akan menurutinya. Melihat tidak ada tanda-tanda Sasuke akan ikut bersamanya masuk Sasuke melangkah pelan, berjalan menjauh meninggalkan Sasuke. Walau ia tau dengan begini hubungan mereka akan semakin kacau. Melihat itu Sasuke juga tidak mau ambil pusing, dia tidak menyusul Sakura.

Dengan kesal Sasuke kembali kekelas. Karena ini waktu istirahat, tidak banyak orang di dalam. Ada Shikamaru yang sedang tertidur diatas mejanya dan beberapa orang gadis yang tengah asik mengobrol. Sasuke langsung jadi teringat kembali waktu-waktu indah yang ia lewati dulu saat bersama Naruto. Saat Naruto tidak berani berbicara dengan siapapun selain dirinya. Mereka selalu menghabiskan waktu istirahat dikelas, memakan bekal buatan Naruto. Jika Sasuke dapat memutar waktu, dia berharap akan kembali kemasa-masa menyenangkan itu.

Tidak lama lagi jam istirahat berakhir. Orang-orang yang tadi sedang makan bersama Naruto telah kembali kekelas, Naruto tidak bersama mereka. Mungkin Naruto sedang bersama senior kurang ajar itu, memikirkan hal ini membuat mood Sasuke semakin buruk.

"Sasuke kamu ingat besok ulang tahun Naruto?" bisik Kiba sambil berjongkok disamping bangku Sasuke. "Hn" jawab Sasuke singkat. Tentu saja dia ingat. Sejak dulu Naruto selalu merayakan ulang tahun dengan Sasuke dan keluarganya. "Kita mau kasi dia surprise setelah latihan sepak bola besok" kata Kiba semangat. "Kamu harus ikut" lanjutnya lagi.

"Hn, iya" jawab Sasuke. Dia langsung jadi kepikiran kado apa yang harus dia kasi ke Naruto. Kalau tahun lalu Sasuke tidak pernah terlalu memikirkan apa yang akan ia berikan pada Naruto. Apalagi Naruto memang tidak pernah menginginkan apapun, karena kedua orang tuanya telah memberikan segalanya. Entah mengapa kali ini dia sangat ingin memberikan Naruto sesuatu yang spesial.

"Jangan ngayal" kata Naruto sambil menarik pipi Sasuke. Setelah mendapatkan perhatian Sasuke, Naruto segera memberikan kantungan kertas yang dipegangnya. Kantung kertas itu didalamnya ada sandwich dan sekaleng teh dingin. Dahi Sasuke berkerut, alisnya terangkat bukan kerena dia marah tapi lebih tepatnya dia bingung. Kenapa Naruto bisa tahu dia belum makan.

Tidak menunggu reaksi Sasuke, Naruto dengan cepat berjalan menuju pintu. Sasuke ingin menahannya, tapi Naruto sudah berjalan semakin menjauh. Naruto menghampiri Sasori yang dari tadi berdiri menunggunya. Kali ini Sasuke bisa merasakan dengan jelas betapa sakit hatinya.

Sejak dulu Sasuke selalu posesif pada Naruto dan overprotektif, itu semua kerena dia menyayangi Naruto. Saat kecil Naruto begitu lemah, karena dia terlahir prematur. Kedua orang tuanya sangat melindunginya dan tanpa sadar Sasuke juga sudah melakukan hal yang sama. Menjaga Naruto menjadi kebiasaan bagi Sasuke. Tapi saat ini, ketika Naruto bisa berdiri sendiri bahkan mulai berjalan menjauh darinya, Sasuke tau ada perasaan lain yang ia miliki pada Naruto. Perasaan yang mungkin selama ini ia abaikan karena merasa itu hal yang biasa.

Kali ini Sasuke telah yakin untuk memperbaiki dan meluruskan segalanya. Melakukan hal yang seharusnya dari dulu dia lakukan.

Egoistic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang