3. ...Making you Realise

1.2K 160 25
                                    

Saat Seokmin masih kecil, kedua orang tuanya bekerja. Makanya sesudah pulang sekolah, biasanya dia akan ke rumah neneknya, kemudian malamnya akan dijemput oleh orang tuanya.

Ketika itu sedang marak berita anak kecil laki-laki yang mengalami pelecehan seksual oleh orang yang tidak dikenal. Nenek Seokmin suka menasihati Seokmin (kalau tidak mau dibilang menakut-nakuti).

"Kau tahu? Gay itu paling menakutkan! Emosi mereka tidak stabil. Kalau kau suka bermain sendirian ke tempat sepi, bisa-bisa kau diculik lalu di-cuss!!"

Mungkin maksud neneknya baik, yaitu untuk melindungi cucunya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi dari kecil hal itu seperti sudah terpatri di pikirannya. Lagipula kalau manusia banyak yang menjadi gay, siapa yang akan meneruskan keturunan keluarga?

Beranjak dewasa, Seokmin sering mendengar berita pembunuhan sadis yang berkaitan karena percintaan sesama jenis. Seokmin semakin yakin dia homophobia.

Gay itu menakutkan. Mereka akan menyerangmu. Kau harus hati-hati. Kau harus menghindari. Kau harus menjauhi.

Kau harus membenci mereka.

----------------------

Setelah kejadian itu, Seokmin langsung lari meninggalkan Soonyoung sendiri. Dia sendiri tidak mengerti kenapa dia lari. Sudah hampir seminggu Seokmin tidak pulang ke apartemen mereka dan tidak menunjukkan dirinya di depan Soonyoung. Seokmin sendiri mendengar Soonyoung sudah beberapa hari tidak masuk kuliah.

Dia tidak menginap di apartemen Mingyu ataupun Minghao. Kalau tiba-tiba datang ke apartemen mereka, pasti akan ditanyai macam-macam. Makanya dia pun menghindari mereka. Selama ini Seokmin menumpang di restoran Lee atau pun di toko kelontong langganannya.

Lagipula Soonyoung tidak pernah menghubunginya sekalipun. Sekarang yang dia bingungkan adalah bagaimana keluar dari apartemen tersebut.

Seokmin menidurkan kepalanya di atas meja perpustakaan. Sebentar lagi masa-masa uts dimulai, selain itu dia juga harus berkonsentrasi menghapal kertas lirik yang diberikan Jihoon. Bukan saatnya memikirkan hal lain. Seokmin sudah cukup pusing.

"Kau Lee Seokmin?"

Mendengar namanya disebut, Seokmin menengadahkan wajahnya. Dia melihat seorang pria agak kurus yang berambut hitam dengan kacamata bundarnya. Rasanya Seokmin pernah dikenalkan oleh Soonyoung. Di belakang pria yang tak begitu dikenalnya, ada Minghao yang tampak gusar, tapi menahan tangan pria tersebut.

"Wonwoo hyung, tunggu dulu. Jangan disini, ini perpustakaan."

Yang disebut Wonwoo itu duduk di kursi depan Seokmin. Wonwoo menatap Seokmin lama, sampai akhirnya dia berbicara.

"Apa kau tahu bahwa Soonyoung mencarimu? Kemana saja kau selama ini?"

Seokmin sudah menduga pasti ini yang akan menjadi topik pembicaraan. Dia menghela napas dengan kasar, sengaja. Seokmin mengumpulkan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas. Ketika hendak beranjak dari tempat duduknya, tangan Wonwoo mencengkram lengan Seokmin dengan keras.

"Ini bukan urusan an-.."

"Tentu saja ini urusanku!", suara berat Wonwoo yang setengah berteriak membuat Seokmin terkejut. Beberapa pasang mata melihat ke arah mereka. Beruntung petugas perpustakaan tidak ada di sekitar. Menyadari mereka sedang menjadi tontonan, Wonwoo mendekatkan dirinya ke arah Seokmin. Dengan suaranya yang turun satu oktaf, Wonwoo mulai berbicara lagi sambil tetap menarik lengan Seokmin.

"Aku temannya dari kecil. Aku tahu betapa menderitanya Soonyoung dengan orientasi seksualnya. Tapi kau tahu apa yang dia lakukan ketika orang menindasnya? Dia simpan rapat-rapat dan tersenyum. Dia bahkan tidak pernah mengeluh kepadaku. Dan aku dengar dari Minghao kejadian beberapa hari lalu. Kau tahu? Soonyoung sampai mencarimu!"

Roommate For...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang