4. ...Trying to Change

1.1K 171 55
                                    

Seokmin mengira yang membuat Soonyoung menjadi seperti ini adalah karena dia canggung dengan wanita. Makanya dia mengenalkan Soonyoung dengan teman sekelasnya, lagipula mereka sendiri juga minta dikenalkan dengan Soonyoung kan? Sekali kayuh, dua tiga pulau terlampaui.

Tapi ternyata tidak.

Soonyoung terlihat oke-oke saja dengan wanita. Malah lebih mahir menangani mereka dibanding Seokmin. Padahal suara mereka sudah begitu melengking karena gembira. Kalau satu masih mending, tapi Seokmin mengenalkan empat orang. Seokmin menjadi merasa bersalah melihat Soonyoung yang tampaknya agak kewalahan menanggapi gadis-gadis itu.

Tapi siapa tahu Soonyoung bisa berubah. Segala kemungkinan harus dicoba. Seokmin hanya ingin yang terbaik bagi sahabatnya.

Setelah kuping mereka pengang dan lelah meladeni selama 2 jam, akhirnya Seokmin dan Soonyoung sampai juga di apartemen. Soonyoung langsung menjatuhkan dirinya di atas sofa. Seokmin menghampiri dengan membawa dua buah mug berisi coklat panas.

"Ini coklat panas. Kurasa aku berhasil membuatnya tidak terlalu manis dan tidak terlalu pahit.", Seokmin menyerahkan mug berwarna biru sambil duduk di samping Soonyoung.

"Terima kasih.", Soonyoung mulai menyesap minumannya, "Kau memang peracik coklat yang handal!"

Soonyoung terlihat sangat menikmati minuman panasnya. Cuaca memang semakin mendingin akhir-akhir ini. Maklumlah sudah memasuki musim gugur. Soonyoung mengenakan sweater turtleneck-nya. Selain memang tidak kuat dingin, maksudnya adalah menutupi bekas luka di lehernya. Tanpa sadar tangan Seokmin sudah menyentuh bekas luka yang ditutupi leher sweaternya.

"....kenapa Seokmin-ah?"

"Apakah masih sakit?"

"Oh ini? Sudah tidak begitu sakit lagi kok.", Soonyoung memegang bekas lukanya juga sambil tersenyum.

Seokmin masih merasa bersalah. Dia membenarkan posisi duduknya agar bisa melihat Soonyoung lebih jelas. Soonyoung sendiri menekuk kakinya ke dada dan menyenderkan kepalanya ke senderan sofa. Mereka sekarang duduk berhadap-hadapan. Mata mereka saling menatap. Terdapat keheningan yang nyaman untuk beberapa saat sampai Soonyoung memutuskan berbicara lagi.

"Teman-teman wanitamu manis-manis."

"Begitukah?"

"Um! Dan menurutku mereka juga kuat sekali. Di cuaca sedingin ini masih mengenakan rok pendek. Hahaha."

"Yah..biasalah mereka kan centil."

"Anak perempuan itu memang manis ya. Tampaknya lembut dan harum. Berbeda sekali dengan laki-laki.."

"Benarkah? Hyung berpikir seperti itu?!", Seokmin terlonjak dari duduknya mendengar kata-kata hyungnya. Jangan-jangan usahanya berhasil?

"Um..", Soonyoung tersenyum melihat reaksi Seokmin, "Terutama yang rambut panjang, kalau tidak salah namanya Kim Namoo, katanya dia juga ikut kelas tari di sebuah sanggar."

"Ooh? Iya ya? Hahaha! Iya!!"

Jujur saja Seokmin tidak pernah terlalu mengingat nama teman-teman wanitanya itu. Dia hanya menamai mereka teman wanita A, teman wanita B atau sebagainya. Tapi syukurlah jika Soonyoung jadi tertarik pada wanita.

Seokmin memanjangkan tangannya dan mulai mengusap-usap kepala Soonyoung. Soonyoung sendiri menutup matanya, menikmati gerakan tangan besar Seokmin yang menenangkan. Sekali lagi mereka tenggelam dalam keheningan yang nyaman.

-----------------

Dua hari berselang, Seokmin mendapatkan kabar mengagetkan dari teman wanitanya yang mungkin bernama Kim Namoo.

Roommate For...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang